Wapres JK Berkisah Antara Batik dan Hemat Energi

Wapres Jusuf Kalla berharap harga energi terbarukan di masa depan bisa jauh lebih murah dibandingkan saat ini.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 11 Feb 2016, 19:39 WIB
Wapres Jusuf Kalla di rumah dinas Wakil Presiden, Jakarta (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Nusa Dua - Wakil Presiden Jusuf Kalla (Wapres JK) mengutarakan makna tersembunyi di balik kehadiran batik yang kini menjadi pakaian resmi masyarakat Indonesia, menggantikan posisi setelan jas modern. Batik disebut mencerminkan upaya Indonesia dalam menghemat energi.

"Untuk acara-acara resmi, sekarang cukup pakai batik, tidak perlu lagi pakai jas. Ini sudah dimulai sejak 10 tahun lalu demi menghemat energi," kata JK saat membuka Bali Clean Energy Forum di Bali, Kamis (11/2/2016).

JK kemudian menceritakan sedikit kebijakan pemerintah yang menerbitkan aturan suhu di ruangan. Terutama di kantor-kantor pemerintah yang dipasang tidak boleh kurang dari 25 derajat celcius. Aturan ini keluar saat harga energi mahal di 2005.

"Jadi dengan suhu tersebut, sulit dong pakai jas, sehingga muncul batik untuk pakaian resmi kita. Ini bagian dari energi efisien, mengeluarkan kebijakan mengubah pakaian resmi supaya energi yang dihemat makin banyak," papar JK.

Dia berharap, harga energi terbarukan di masa depan bisa jauh lebih murah dibandingkan saat ini. Ini apabila Indonesia dapat memanfaatkan kombinasi energi dan pengelolaan keuangan yang baik. Alasannya, negara ini dianugerahi limpahan sumber energi terbarukan, tinggal membutuhkan teknologi dalam pengembangannya.

"Makanya kita buka pintu masuknya investasi sebesar-besarnya. Kita menjanjikan kemudahan perizinan dan aturan di bidang ini supaya maju bersama-sama," dia memungkasi. (Fik/Nrm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya