Anak ADHD Bukan karena Pola Asuh

Orangtua mulai menyadari bahwa perilaku sulit diatur anak-anak ternyata memang disebabkan oleh gangguan pada fungsi dan cara kerja otak.

oleh Nilam Suri diperbarui 26 Jan 2016, 15:30 WIB
Hal ini terkait dengan persiapan antara mental dan materi yang matang. (Foto: .metrokids.com)

Liputan6.com, Jakarta Gangguan perhatian seperti ADHD ini bukanlah sesuatu yang baru. Namun baru belakangan ini orangtua mulai menyadari bahwa perilaku sulit diatur anak-anak mereka ternyata memang disebabkan oleh gangguan pada fungsi dan cara kerja otak mereka.

Hal ini juga sekaligus membantah anggapan bahwa anak hiperaktif disebabkan pola asuh orangtua yang tidak benar. Ini juga menghapus anggapan bahwa anak menjadi hiperaktif dan sulit fokus karena pola makan yang salah, seperti terlalu banyak gula dalam menu makanannya.

Anita Thapar, professor psikiatri anak dan remaja dari Cardiff University di Amerika membuat studi khusus untuk membuktikan bahwa gangguan ADHD pada anak bukan karena pola makan atau pola asuh yang salah. Studi yang dipimpin oleh Thapar ini menunjukkan bahwa sudah bisa dipastikan penyebab utama ADHD adalah faktor genetik.

Peneliti mengamati peta gen pada lebih dari 1.400 anak dan menemukan fakta bahwa anak yang mengalami gangguan ADHD memiliki potongan kecil DNA yang digandakan atau justru hilang. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kondisi otak anak dengan ADHD berbeda dengan anak-anak lainnya.

Seperti yang dikutip dari Parents Today, Selasa (26/1/2016), penelitian lainnya menemukan bahwa ADHD disebabkan adanya disfungsi sirkuit saraf di otak yang dipengaruhi oleh dopamine sebagai neurotransmitter pencetus gerakan dan sebagai kontrol aktivitas diri.

Hal inilah yang menyebabkan anak menjadi tidak bisa diam, sering bertindak impulsif, dan susah berkonsentrasi.

Dr Hendryk Timur, MM, MARS dari situs www.adhd-center.com menjelaskan karena kondisi otak mereka yang berbeda, anak dengan ADHD mengalami kesulitan untuk melakukan hal-hal yang mudah dan biasa dilakukan oleh anak-anak lain seumurnya.

“Bagaimana rasanya jika Anda disuruh mengendarai sebuah mobil padahal Anda belum bisa mengemudi? Atau bagaimana rasanya jika Anda harus berenang padahal tangan dan kaki Anda terikat? Demikianlah yang dirasakan oleh anak penderita ADHD jika disuruh melakukan aktivitas yang sebenarnya tidak bermasalah untuk anak yang normal, namun terasa berat dan menyiksa bagi anak penderita ADHD,” jelasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya