Sahabat Ical Minta Akbar Tandjung Turun Tangan Selamatkan Golkar

Seluruhnya menyepakati munas adalah jalan terbaik untuk menyelesaikan konflik Golkar.

oleh Taufiqurrohman diperbarui 07 Jan 2016, 18:06 WIB
Suasana pertemuan Eksponen Pengurus DPP dan Eksponen Dewan Pertimbangan Partai Golkar dengan Akbar Tandjung, Jakarta, Kamis (7/1/2016). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - 2 Orang yang mengaku sahabat Aburizal Bakrie atau Ical di Partai Golkar yakni Ahmad Hafis Zawawi dan Indra Bambang Utoyo meminta mantan Ketua Dewan Pertimbangan Golkar Akbar Tandjung, segera turun tangan menyelamatkan partai.

Keduanya memohon Akbar untuk bisa membentuk presidium penyelamat partai, demi melaksanakan musyawarah nasional (Munas).

"Kami minta senior turun tangan. Kami minta senior membentuk presidium penyelamatan partai dengan tugas menyelenggarakan munas," ujar Ahmad Hafis Zawawi saat bertemu Akbar Tandjung di kantor Akbar Tandjung Institute, Pancoran, Jakarta Selatan, Kamis (7/1/2016).

Hafis dan Bambang merupakan sahabat dekat Aburizal di Golkar, karena berasal dari almamater kampus yang sama di Institut Teknologi Bandung (ITB) dan sama-sama berpolitik di Golkar.

Hafis dan Bambang datang kepada Akbar bersama 2 kader lainnya, Priyo Budi Santoso dan Agun Gunandjar Sudarsa. Seluruhnya menyepakati munas adalah jalan terbaik untuk menyelesaikan konflik Golkar.


Menurut Hafis, pembentukan presidium dapat segera dilakukan jika mendapatkan restu dari Mahkamah Partai Golkar, untuk selanjutnya menyelenggarakan Munas. Nantinya, kata dia, semua kader Golkar mesti terlibat dalam Munas tanpa disekat oleh kepengurusan Bali atau Jakarta.

"Kita lihat secara formal, saat ini kepengurusan Riau sudah habis masanya, kepengurusan Ancol tidak diakui, sedangkan kepengurusan Bali tidak pernah disahkan sampai sekarang. Maka perlu dibentuk presidium untuk menyelenggarakan munas," jelas dia.

Bela Akbar

Di kesempatan yang sama, Priyo Budi Santoso dan Agun Gunandjar Sudarsa mengaku kecewa karena Aburizal melalui Rapat Konsultasi Nasional di Bali berencana mengeluarkan teguran bagi Akbar Tandjung, karena kerap menyuarakan penyelenggaraan munas.

"Bang Akbar itu ibarat sedang mencoba menyatukan tulang-tulang berserakan dengan tetap berpedoman pada prinsip AD/ART, tapi kok tiba-tiba jatuh teguran. Yang akan memberi teguran sepertinya menggunakan jurus mabuk," kata Priyo.

Priyo memandang hanya munas yang dapat mempersatukan Golkar. Instruksi penyelenggaraan munas menurut dia, hanya bisa dikeluarkan Mahkamah Partai yang dinilai belum habis legalitasnya.

"Kami mendorong dibentuk presidium transisi penyelenggaraan munas, dan kami akan nyaman kalau anggotanya tokoh-tokoh sekaliber Bang Akbar. Oleh karena itu, kepada Bang Akbar ini tugas sejarah paling mulia pada menit-menit akhir kebaktian Abang kepada negara," ujar Priyo.

Sementara itu, Agun Gunandjar Sudarsa berharap Akbar Tandjung bersikap tegas kepada kelompok Aburizal dengan segera mengambil alih Partai Golkar dalam kepengurusan transisi guna melangsungkan munas.

Mendengar segala keluh kesah itu, Akbar Tandjung menyampaikan bahwa secara prinsip dirinya telah jelas merekomendasikan munas sebagai jalan akhir penyelesaian konflik Golkar.

Akbar berpendapat, saat ini keputusan berada di tangan Mahkamah Partai Golkar yang dipimpin Muladi. Dia siap memberikan kontribusi jika memang Mahkamah Partai memutuskan agar dibentuk kepengurusan transisi untuk menyelenggarakan munas.

"Apa yang saya lakukan adalah demi Golkar, maka sekarang kita tunggu keputusan Mahkamah Partai Golkar," ujar Akbar.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya