Pedagang Sapi Mogok Jualan, Ini Respon JK

Sebagai kota jasa dan tujuan pariwisata, kebutuhan daging sapi di Jakarta mencapai 60 ton per hari.

oleh Silvanus Alvin diperbarui 10 Agu 2015, 16:56 WIB
Sebuah spanduk tuntutan terpasang di kios pedagang daging sapi di Pasar Palmerah, Jakarta, Senin (10/8/2015). Pedagang daging sapi melakukan aksi mogok jualan karena harga daging terus merangkak naik mencapai Rp 130 ribu/kg. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Para pedagang daging di pasar tradisional melakukan aksi mogok jualan dari Minggu 9 Agustus 2015 hingga Rabu 12 Agustus 2015 mendatang. Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan pemerintah akan mempelajari lebih dulu masalah sehingga para pedagang mogok.

"Nanti kami pelajari masalahnya apa. Kalau permasalahannya pasokan ya kami perbaiki suplainya," kata JK, di Gedung Sekretariat ASEAN, Jakarta, Senin (10/8/2015).

Para pedagang sapi melakukan aksi mogok karena pemerintah membatasi impor sapi bakalan. Terkait hal itu, JK menuturkan pemerintah akan mencari solusi lain. "Kalau itu masalahnya ya kami perbaiki tapi nanti kami lihat penyebabnya," ujar dia.

Ketua Komite Daging Sapi Jakarta Raya, Sarman Simanjorang meminta para pedagang daging di pasar tradisional untuk menghentikan aksi mogok berjualan.

Dia mengatakan, aksi mogok yang dilakukan oleh para pedagang ini akan membawa dampak pada kegiatan ekonomi lain, seperti bisnis rumah makan.

"Kami mengimbau kepada pedagang daging segera menghentikan mogok jualan karena akan mengganggu roda ekonomi khususnya pelaku usaha UKM yang membutuhkan daging sapi sebagai bahan baku seperti pedagang bakso, rumah makan padang, warteg, catering," ujar Sarman.

Dia mengungkapkan, sebagai kota jasa dan tujuan pariwisata, kebutuhan daging sapi di Jakarta mencapai 60 ton per hari. Jumlah ini meliputi kebutuhan konsumsi masyarakat dan juga kebutuhan sektor usaha.

Sedangkan secara nasional, kebutuhan daging diperkirakan sebanyak 640 ribu ton, atau naik sekitar 8,5 persen dari tahun lalu yang sebesar 590 ribu ton.

"Suplai bersumber dari daging lokal dan impor. Khusus untuk daging impor 40 persen daging beku dan 60 persen sapi hidup," tandas Sarman. (Silvanus Alvin/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya