Bulog Klaim Gudang Bebas Beras Plastik

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menengarai peredaran beras plastik bukan semata untuk meraup keuntungan.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 26 Mei 2015, 12:40 WIB
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa memastikan pasokan raskin di Sulawesi Selatan bebas beras plastik.

Liputan6.com, Jakarta - Perum Bulog memastikan gudang-gudang milik perseroan terbebas dari beras palsu alias beras plastik. Hal itu disampaikan oleh Sekreatris Perusahaan Bulog Djoni Nur Ashari dalam konferensi pers yang digelar pada hari ini, Selasa (26/5/2016).

Terkait dengan isu adanya beras plastik yang masuk ke Gudang Karawang, Jawa Barat, Bulog menampik hal tersebut. Djoni menjelaskan, beras yang ada di gudang itu merupakan beras fortifikasi. Tidak ada, sudah kami cek itu beras fortifikasi, beras kami masukan zat tertentu untuk menambah gizi masyarakat. Sudah diklarifikasi," tambahnya.

Perum Bulog sendiri, lanjut dia, telah melakukan sejumlah langkah antisipasi untuk menghadang peredaran beras palsu. Dia menuturkan, perusahaan telah melakukan pemantauan rutin setiap minggu meliputi kuantitas dan kualitas beras. "Sudah instruksi sub divisi regional untuk melakukan monitoring, setiap pekan, mengecek kualitas dan kuantitas," ujar dia.

Dia juga mengatakan telah melakukan pengontrolan kualitas dari sisi penyaluran beras. "Beras yang masuk ada quality control sesuai dengan standar, yang disalurkan juga akan dilakukan kontrol. Bulog sudah instruksikan untuk melakukan kontrol cek dan ricek," paparnya.

Perum Bulog sendiri mengapresiasi tindakan pemerintah untuk mengusut tuntas peredaran beras ini. Dia berharap, pemerintah menindak tegas pelaku yang bermain di beras plastik. "Agar segera dibawa ke ranah hukum karena semakin hari semakin meresahkan masyarakat,"tandas dia.

Sebelumnya, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menengarai peredaran beras plastik bukan semata untuk meraup keuntungan, tetapi terselip isu politik dibelakangnya.

Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perdagangan, Distribusi dan Logistik, Natsir Mansyur mengatakan, kecurigaan ini muncul karena harga biji plastik di pasaran, pada kenyataannya lebih mahal ketimbang harga beras. "Biji plastik itu lebih mahal dua kali lipat dibandingkan beras. Kalau dicampur dan dijual lebih murah aneh," kata Natsir.

Berkaca dengan kenyataan inilah, Natsir berani memprediksi jika peredaran beras plastik bukan murni mencari keuntungan, tetapi ada unsur politik meski ini harus dibuktikan lebih lanjut. "Ini bukan murni bukan bisnis. Saya kira ini pengalihan isu atau motif politik saja. Itu bukan motif dagang jadinya," tegas dia.

Dia menilai, meski  beras tersebut tidak murni motif ekonomi, tetap saja sudah memasuki ranah kriminal, karena membahayakan masyarakat. "Kalau begitu, baru motif dagang mencari keuntungan. Kalau di campur plastik itu sudah kriminal," pungkasnya. (Amd/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya