Peran Didi Petet di Expo Milan 2015 Versi Triawan Munaf

Kepala Badan Ekonomi Kreatif dan Menteri Perdagangan membantah ada uang negara yang dipakai dalam penyelenggaraan World Expo Milan 2015.

oleh Liputan6 diperbarui 17 Mei 2015, 20:40 WIB
Didi Petet menunjukkan letak Paviliun Indonesia di Milan Expo 2015. (www.expo2015.org)

Liputan6.com, Jakarta - Kepergian komedian kondang Didi Petet telah menyisakan duka mendalam, tak hanya bagi keluarga tapi juga bagi kalangan pecinta film. Aktor kawakan itu menghembuskan napas terakhir pada Jumat 15 Mei 2015.

Didi yang lahir di Surabaya, 12 Juli 1956, disebut meninggal tak lama setelah pulang dari Milan, Italia. Didi berada di Negeri Pizza untuk mengurus paviliun Indonesia di World Expo Milan 2015.

Di Milan, Didi sempat sakit dan kondisinya tidak membaik hingga ia berada kembali di Tanah Air. Disebut-sebut, kematian Didi terkait dengan Expo Milan tersebut.

Didi Petet merupakan Event Organizer penyelenggaraan Paviliun Indonesia di World Expo Milan yang berlangsung selama 6 bulan, yakni mulai 1 Mei hingga 31 Oktober 2015.

Simpang siurnya berita tentang hal tersebut membuat Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf, yang berteman dekat dengan almarhum Didi Petet buka suara.

Berikut komentar Triawan tentang Didi Petet dan Expo Milan, yang diposting pada Sabtu 16 Mei 2015 malam, untuk menanggapi sebuah tulisan yang menyebut kegagalan Didi Petet di Expo Milan tersebut:

Pertama-tama, perlu saya jelaskan bahwa penyenggaraan Paviliun Indonesia di Milan ini sepenuhnya oleh swasta yaitu atas inisiatif almarhum Didi Petet sendiri dengan mengatasnamakan Koperasinya. Menurut informasi, perlu diketahui bahwa penyelenggaraan Expo sebelumnya pada tahun 2010 di Shanghai, pemerintah mengeluarkan biaya lewat APBN sebesar antara Rp 250M-300M.

Kira-kira mendekati akhir tahun 2014, saya dihubungi oleh Alm yang meminta saran-saran utk dapat menghimpun sponsor-sponsor yang dibutuhkannya mengingat Expo di Milan ini akan dimulai beberapa bulan lagi tapi belum ada SATU PUN sponsor yang menyatakan bersedia berpartisipasi.

Rupanya, awal dari semua ini adalah ketika Almarhum mendengar bahwa pemerintah (masih pemerintah SBY) memutuskan untuk tidak ikut dalam Expo di Milan 2015. Almarhum mengajukan diri (kepada Menteri Marie Pangestu waktu itu) untuk mengambil alih penyelenggaraan dan pendanaannya secara swasta.

Banyak pekerjaan arsitektur dan konstruksi yang sudah kejar-kejaran dengan kondisi pendanaan yang hampir tidak ada. Di saat-saat kritis itu datang pertolongan dari seorang pengusaha swasta yg meminjamkan dana bridging sebesar 4-5 milyar rupiah. Dana ini hanya mencukupi bagi pembiayaan awal saja. Sedangkan Expo Milan 2015 ini nantinya akan berjalan selama 6 bulan dari 01 Mei 2015 sampai 31 Oktober 2015, yang tentunya akan memerlukan banyak biaya untuk menjalankannya.

Setelah itu saya tidak lagi mengikuti perkembangannya, tapi saya sempat diberitahu oleh almarhum sewaktu masih di Milan sebelum pulang ke Jakarta dalam kondisi sakit, bahwa dana yang terkumpul dari para sponsor dan sudah terpakai itu baru sebesar Rp 34 M dari sekitar minimal Rp 57 M yang dibutuhkan. Hitung-hitungan almarhum pada awalnya diperkirakan dibutuhkan Rp 80 M.

Nah, dalam kondisi pendanaan yang cekak itu lah Expo Milan dibuka pada tgl 01 Mei 2015 dengan segala keterbatasannya. Sejak awal saya selalu bilang kepada almarhum bahwa Expo Milan ini pekerjaan yang telalu besar dan rumit untuk dikerjakan seorang Didi Petet TANPA pendanaan yang jelas ataupun dari pemerintah.

Saya selalu bilang Kang Dipet nekad. Tapi karena merasa sudah merasa tidak bisa mundur lagi Alm tetap saja melaksanakannya.

Dalam usahanya mengetuk pintu2 potensi pendanaan, alm juga berhasil memperoleh bantuan teknis dari Kementerian Perdagangan dan juga kesanggupan pengisian acara oleh misalnya Kementerian Koordinator Bidang kemaritiman yang akan mengirimkan ekspedisi Kapalnya dalam rangka The World Ocean Day  bln September nanti di Milan.

Jadi TIDAK BENAR bahwa ada uang negara maupun komitmen APBN yang digunakan oleh kepanitiaan almarhum Didi Petet, yang disebut oleh sdr Derek Manangka dikorupsi dari dana sebesar 'Rp 80 M dan hanya separuhnya cair' itu.

Sebelum alm wafat saya sempat meminta agar alm mengeluarkan statement untuk mengklarifikasi berita yang simpang-siur ini. Namun kondisi kesehatannya terus menurun hingga kita semua kehilangan seorang sahabat dan aktor besar ini dua hari yang lalu.

Tentu saja almarhum merasa tertekan dengan kondisi ini. Apalagi alm membaca dan mendengar berita-berita di media sosial yang di antaranya menuduh adanya korupsi dll. Padahal semua ini karena KURANGNYA PENDANAAN yang bisa dihimpun oleh almarhum.

Saya hanya bisa menyarankan, agar sebelum kita menulis atau menyebarkan sangkaan-sangkaan kita, sebaiknya dicek dan diverifikasi dahulu kepada sumber yang terpecaya Demikian penjelasan dari apa yang saya ketahui tentang sahabat saya alm Didi Petet dan Expo Milan 2015.

Soal nihilnya uang negara dalam penyelenggaraan Paviliun Indonesia juga ditegaskan Menteri Perdagangan Rachmat Gobel pada Minggu (17/5/2015). Bahkan Mendag menyebut persoalan World Expo Milan dan segala yang menyangkut pendanaannya bukanlah merupakan masalah besar.

"Itu bukan masalah besar. Tidak ada korupsi, itu yang ngomong karena orang itu tidak tahu cerita yang sesungguhnya," ujar Racmat usai menjadi pembicara dalam Forum Senator Ekonomi Kerakyatan di Jakarta.

"Sudah dibantah oleh mereka sendiri karena itu proyek swasta, bukan pemerintah. Tidak ada uang pemerintah yang keluar," terang Racmat Gobel. Mendag juga menyebut penyelenggaraan Paviliun Indonesia di World Expo Milan bukan sebuah kegagalan.(Sun)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya