Jokowi: Nasib Ekonomi Dunia Tak Bergantung pada Bank Dunia & IMF

Kawasan Asia Afrika menjadi salah satu kawasan yang menjadi motor pertumbuhan ekonomi dunia.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 22 Apr 2015, 12:11 WIB
Suasana jalan protokol (Medan Merdeka Barat dan Thamrin) tampak sepi dari kendaraan bermotor, Jakarta, Rabu (22/4/2015). Sejumlah ruas jalan utama di Jakarta ditutup untuk sementara saat puncak Konferensi Asia-Afrika (KAA). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Gejolak ekonomi dunia hingga saat ini masih menjadi momok bagi negara-negara berkembang. Hal itu menjadi salah satu alasan pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang tersebut mengalami penurunan.

Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) menyerukan kepada seluruh pemimpin negara di Asia dan Afrika dalam pembukaan Asian African Summit 2015 (Konferensi Asia Afrika) di Jakarta untuk mendesak reformasi ekonomi dunia.

"Kami mendesak reformasi dari arsitek ekonomi baru untuk menghindari dominasi negara lain, saat ini dunia membutuhkan kepemimpinan dunia kolektif yang harus dijalankan dengan tanggungjawab," kata Jokowi di Jakarta Convention Center (JCC), Rabu (22/4/2015).

Reformasi dari arsitek ekonomi tersebut dimaksudkannya untuk pergerakan ekonomi negara Asia Afrika tidak harus tergantung kepada lembaga keuangan global seperti World Bank, Asian Development Bank (ADB) dan IMF.

Untuk itu, Jokowi mengajak para pemimpin negara Asia Afrika untuk membuat keseimbangan baru terutama dalam mendapatkan pendanaan untuk pembangunan ekonomi di kawasan Asia Afrika.

"Saya bependirian bahwa nasib dari perekonomian dunia tidak harus harus tergantung pada ketiga lembaga dunia tersebut, kami harus membuat aturan ekonomi dunia baru yang terbuka kepada kekuatan ekonomi baru," papar Jokowi.

Saat ini kawasan Asia Afrika menjadi salah satu kawasan yang menjadi motor pertumbuhan ekonomi dunia dimana sebanyak 75 persen penduduk dunia ada di du kawasan ini.

Untuk itu kestabilan ekonomi dan kemandirian negara kawasan dapat diciptakan sehingga tidak tergantung pada negara-negara maju. (Yas/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya