Liputan6.com, Tokyo - Siang menjelang sore itu, pada tanggal 11 Maret 2011, sekitar pukul 14.46 waktu setempat, gempa berkekuatan dahsyat 9 skala Richter mengguncang kawasan Tohoku di lepas pantai Samudera Pasifik, tepatnya wilayah timur Sendai, Honshu, Jepang.
Pusat Peringatan Tsunami langsung mengeluarkan peringatan waspada tsunami di Jepang dan sekitarnya. Gempa ini menimbulkan peringatan tsunami untuk pantai Pasifik Jepang dan sedikitnya 20 negara, termasuk seluruh pantai Pasifik Amerika dari Alaska ke Cile.
Sekitar satu jam kemudian, tsunami setinggi 33 kaki atau sekitar 10 meter kemudian menghantam kawasan pesisir Prefektur Miyagi dan sekitarnya. Akibatnya, sekitar nyawa 15 ribu jiwa melayang.
Seperti dimuat Liputan6.com dari CNN, Rabu (11/3/2015), gelombang raksasa menghancurkan perumahan di sekitar, menghanyutkan rumah, dan juga menyebabkan gedung runtuh serta sejumlah jalan layang.
Pemerintah Jepang kemudian mengumumkan status darurat negara dan ribuan penduduk di dekat lokasi bencana dievakuasi ke tempat pengungsian. Badan Keselamatan Nuklir Jepang melaporkan situasi reaktor nuklir dalam kondisi darurat dengan status delapan kali berbahaya dari status normal.
Tak hanya itu, keesokan harinya. gempa berkekuatan 6,2 SR kemudian mengguncang Prekfetur Nagano dan Niigata. Lindu juga menggoyang kawasan pesisir barat Pulau Honshu dengan kekuatan 6,3 SR.
Badan Penyiaran Jepang (Tokyo Broadcasting System/TBS) dan Kepolisian Nasional Jepang (Japanese National Police Agency) melaporkan total korban tewas sebanyak 15.269 orang, 5.363 luka dan 8.526 hilang di enam prefektur Negeri Sakura.
Selain itu, dikonfirmasikan bahwa dua kereta penumpang dengan jumlah penumpang yang tidak diketahui menghilang di daerah pantai selama bencana tsunami. Sebuah kapal yang mengangkut 100 orang terbawa oleh tsunami. Keadaan kapal saat ini belum diketahui.
Bencana dahsyat ini sebelumnya telah diprediksi oleh astrolog Richard Nolle. Menurut dia, dalam sebuah wawancara dengan ABC Radio pada Rabu 9 Maret 2011, supermoon ‘ekstrem’ yang akan terjadi pada 10 hari kemudian -- yang membuat jarak Bumi-Bulan hanya 221.567 mil atau 356.578 kilometer --bakal memicu malapetaka. Baca: [Menguak Mitos Supermoon ‘Pemicu’ Malapetaka]
"Supermoon ini memiliki kaitan historis dengan badai yang kuat, tsunami, pasang ekstrem, juga gempa bumi." ujar Richard Nole.
"Supermoon merupakan bulan purnama atau bulan baru yang terjadi saat Bulan sedang atau akan berada (dalam rentang 90%) pada jarak terdekatnya dari Bumi (perigee)," imbuh dia. Atau dengan kata lain Matahari, Bumi, dan Bulan sedang berada pada satu garis. Dengan Bulan berada pada jarak terdekat dengan planet manusia.
Fenomena astronomi itu bisa terjadi 4-6 kali dalam setahun. Menurut Nolle, adalah tarikan gravitasi yang diakibatkan supermoon yang akan membawa kekacauan pada Bumi. Dan 2 hari kemudian, 11 Maret 2011, bumi Jepang berguncang dan tsunami itu terjadi. (Riz/Ans)
11-3-2011: Gempa 9 SR Jepang, Tsunami dan Supermoon
Gelombang raksasa menghancurkan perumahan di sekitar, menghanyutkan rumah, dan juga menyebabkan gedung runtuh serta sejumlah jalan layang.
diperbarui 11 Mar 2015, 06:00 WIBGempa dan tsunami Jepang pada 2011 (Daily Galaxy)
Advertisement
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Saat Kiamat Orang-Orang Ini akan Disapu Angin yang Sangat Lembut
Profil dan Karya Chairil Anwar, Sosok di Balik Lahirnya Hari Puisi Nasional 28 April
Bunga Zainal Pamer Koleksi Tas Hermes Sambil Berbaring Pakai Selang Oksigen dan Diinfus
Amalan Ringan Agar Mendapat Istighfar Para Malaikat hingga Hari Kiamat
Prabowo-Gibran Akan Pimpin Pemerintah Indonesia ke Depan, PGRI Ingatkan Ini
Mengenang 6 Fashion Fantastis Kim Ji Won di Drakor Queen of Tears, Pakai Korset Seharga Rp34 Juta
2 Debt Collector di Palembang yang Ribut dengan Aiptu FN Ditangkap, Satunya Menangis
6 Manajer Terbaik Arsenal Sepanjang Masa, Bawa Banyak Trofi ke London Utara
Jadwal Sholat DKI Jakarta, Jawa dan Seluruh Indonesia Hari Ini Senin 29 April 2024
BMKG Imbau Warga Cek Kondisi Bangunan Pasca Gempa Garut, Ini Alasannya
Isak Tangis Keluarga Pecah Saat Jenazah Anggota Polresta Manado Tiba Rumah Duka
Kisah Mbah Kholil Bangkalan Menertawai Kiainya saat Sholat, Ternyata karena Ini