Dolar Perkasa, Harga Tempe Tahu Adem Ayem

Harga jual tempe dan tahu di pasar tradisional terpantau stabil.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 09 Jan 2015, 12:23 WIB
Diet

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terdepresiasi hingga mencapai level Rp 12.700. Namun, harga jual tempe dan tahu di pasar tradisional terpantau stabil.

Salah seorang pedagang tempe di Pasar Senen, Tasmudi (52), harga bahan pangan yang berasal dari kedelai ini enggan beranjak naik meski dolar AS semakin perkasa terhadap mata uang negara lain, termasuk rupiah.

"Harga tempe dan tahu nggak naik kok. Masih Rp 8.000 per selonjongan untuk ukuran sedang dan Rp 10.000 per selonjongan ukuran besar," ucap dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Jumat (9/1/2015).

Pedagang asal Pekalongan itu mengakui bahwa kurs rupiah tengah melemah, seperti yang terjadi beberapa pekan terakhir. Namun kondisi ini terkompensasi dari penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) yang cukup signifikan.

"Rupiah memang melemah, tapi BBM kan turun, jadi harganya nggak naik. Harga jualnya tetap bertahan sejak lama kok," papar Tasmudi atau yang akrab disapa Pak Item itu.

Dia menawarkan tempe dari segala ukuran, mulai dari harga Rp 4.000 per selonjongan ukuran kecil sampai Rp 10.000 per selonjongan ukuran besar. Sedangkan harga tahu, dia patok mulai dari Rp 700 per buah sampai Rp 4.000 per buah.

Dengan variasi harga tersebut, pelanggan dapat memilih tempe dan tahu sesuai dengan kemampuan daya belinya.

Tasmudi mengaku dapat memproduksi tempe segala ukuran sebanyak 2 kuintal. Harga jual kedelai per kwintalnya sebesar Rp 850 ribu. "Keuntungan bersih dari jualan tempe tahu sekira Rp 500 ribu sampai Rp 600 ribu per hari," terangnya.

Senada, Pedagang tempe lain di Pasar Senen, Amat (31) mengaku menjual bahan pangan ini seharga Rp 8.000 per selonjongan. "Nggak ada kenaikan harga jual tempe walaupun dolar AS menguat," pungkas dia.(Fik/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya