Respons ESDM Soal Tudingan ICW Harga Premium Kemahalan

ICW mengungkapkan harga BBM RON 88 atau premium turun menjadi Rp 7.600 pada 1 Januari 2015 masih mahal dari harga keekonomian.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 07 Jan 2015, 10:30 WIB
Pemilik kendaraan diarahkan untuk mengisi kendaraan mereka dengan Solar non-subsidi dan Pertamax Dex, Senin (4/8/14). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) buka suara terkait dengan tudingan Indonesia Corruption Watch (ICW) soal harga bahan bakar minyak (BBM) premium.

Dikatakan  Pelaksana tugas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Naryanto Wagimin dalam menentukan besaran harga Bahan Bakar Minyak (BBM) tidak hanya berpatokan pada kurs dolar dan harga minyak saja.

Menurut dia, ada faktor lain yang mempengaruhi besaran harga BBM saat ini. "Proses bisnis yang berbeda," kata Naryanto saat berbincang dengan Liputan6.com, di Jakarta, Rabu (7/1/2014).

Naryanto mengungkapkan, faktor lain tersebut adalah adanya kenaikan biaya distribusi BBM ke Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dan keuntungan untuk pihak SPBU yang diubah dari nominal menjadi presentase 17 persen.

"Juga kenaikan biaya distribusi dan juga keuntungan SPBU juga dierhitungkan, disamping kursnya," terang Naryanto.

Sebelumnya, Indonesia Corruption Watch (ICW) mengungkapkan harga BBM RON 88 atau premium turun menjadi Rp 7.600 pada 1 Januari 2015  masih mahal dari harga keekonomian. Berdasarkan perhitungan ICW harga keekonomian premium hanya Rp 7.013,67 per liter.

Sedangkan patokan harga BBM solar Januari 2015 adalah Rp 6.607,53 per liter. Jadi, beban subsidi BBM solar yang ditanggung oleh pemerintah bukan Rp 1.000 per liter melainkan Rp 303,18 per liter.(Pew/Nrm)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya