Jokowi: Subsidi BBM Dialihkan pada Usaha Produktif

Jokowi mengaku belum menghitung seberapa besar idealnya kenaikan BBM bersubsidi.

oleh Edward Panggabean diperbarui 30 Agu 2014, 20:06 WIB
Presiden Joko Widodo atau Jokowi. (Liputan6.com/Faizal R Syam)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden terpilih Jokowi bersikukuh menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada saat pemerintahan yang dipimpinnya bersama Jusuf Kalla (JK) berjalan. Berapa kenaikannya, dia tak mau membicarakannya.

"Ya kalau kita sampaikan seperti ini, ya itu kewenangan saya pas dilantik," kata pria bernama lengkap Joko Widodo di acara seminar kebangsaan yang dihadiri sejumlah ulama NU di pondok pesantren Al-Hikam, Depok, Jawa Barat, Sabtu (30/8/2014).

Jokowi mengatakan, ada beberapa opsi kenaikan harga yaitu antara sekitar Rp 500 hingga Rp 3.000. "Ada opsi-opsinya, ada 500, 1.000, 1.500, 2.500, 2.500, dan 3.000," singkat dia.

Namun seberapa besar idealnya, kenaikan itu, mantan walikota solo itu mengaku masih menghitungnya. Jokowi mengatakan, yang terpenting bagaimana subsidi itu dialihkan ke usaha yang produktif.

"Tapi yang jelas kita harus memulai mengalihkan. Mengalihkan subsidi kepada yang dibakar-bakar, kenikmatan-kenikmatan, dialihkan pada usaha-usaha yang produktif," tandas Jokowi.

Jawaban SBY Tak Naikkan BBM

Keengganan pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi saat ini mendapat kritik sejumlah pihak, yang menuduh keenggaan tersebut sebagai bentuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah membebani pemerintahan Jokowi-JK nanti.

Presiden SBY kemudian angkat bicara untuk menanggapi hal itu, melalui program "Isu Terkini" di YouTube, yang diunggah Jumat 29 Agustus 2014, seperti dilansir dari Sekretariat Kabinet. SBY mengatakan, tidak baik menuduh sebuah pemerintahan membebani pemerintahan yang lain.

"Kan setiap pemerintahan, setiap pemimpin menghadapi tantangannya, dan dituntut untuk mengambil risiko, menghadapi dan menjawab tantangan itu," kata SBY.

Ia mencontohkan tahun 2005 ketika sebagai Presiden RI yang baru beberapa saat menjabat harus menaikkan harga BBM dengan persentase yang begitu tinggi.

"Saya kan tidak pernah mengatakan pemerintahan Megawati membebani pemerintahan saya. Tidak. Saya tahu pemerintahan Megawati memiliki tantangan tersendiri. Pemerintahan saya pun demikian," ucap SBY. (Sss)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya