Kubu Prabowo dan Jokowi Diminta Tak Saling Provokasi

KPU juga diminta untuk tetap tegar dan tegas dalam menghadapi berbagai intervensi yang datang. Bawaslu juga harus fair dan tidak berpihak.

oleh Rizki Gunawan diperbarui 13 Jul 2014, 08:59 WIB
Jokowi dan Prabowo saat Pilkada DKI Jakarta 2012 (Antara/Yudhi Mahatma)

Liputan6.com, Jakarta - Juru bicara pasangan capres-cawapres Prabowo-Hatta, Nurul Arifin meminta kubu capres-cawapres Jokowi-JK untuk tidak mengintervensi Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Hal itu diungkapkan oleh politisi yang juga artis itu terkait penyataan Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesian Burhanuddin Muhtadi yang menyebut apabila pada 22 Juli mendatang, KPU menyatakan pasangan Jokowi-JK kalah, maka data yang dipakai KPU salah.

"Saya kira semua harus bijak dan tidak angkuh untuk menerima hasil yang berbeda. Jangan mengintervensi KPU sebelum semuanya tuntas dihitung," kata Nurul, Minggu (13/7/2014).

iSelain tu, ia juga meminta kedua kubu, baik Prabowo dan Jokowi, untuk tidak saling provokasi dengan melontarkan pernyataan-pernyataan yang bernuansa provokatif.

"Kiranya dijauhkan bahasa-bahasa yang provokatif karena hanya akan memperkeruh suasana," ujar Wasekjen Partai Golkar.

Disamping itu, ia juga berharap kepada KPU untuk tetap tegar dan tegas dalam menghadapi berbagai intervensi yang datang. Bawaslu juga harus fair dan tidak berpihak. Jika ada pelanggaran yang tidak sesuai aturan, segera saja ditindak.

"Jangan ada upaya yang dipaksakan untuk mendikte institusi demokrasi yang sebenarnya. Beri waktu KPU untuk menyelesaikan tugasnya dengan baik. Lembaga-lembaga survei jangan bersikap di atas wewenang KPU dan membajak demokrasi," pungkas Nurul yang juga anggota Komisi II DPR RI.

Hasil quick count atau hitung cepat Pilpres 2014 antara lembaga survei yang satu dengan yang lainnya berbeda. Salah satu hasil hitung cepat menyatakan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa menang, hasil lainnya menunjukkan Jokowi-JK unggul. Selisihnya perbedaannya bahkan mencapai 5 persen.

Burhanuddin Muhtadi menilai hasil hitung cepat (quick count) yang dirilis lembaga surveinya, Indonesian Political Indicator, tidak akan salah. Ia mengatakan, bila hasil KPU berbeda maka terindikasi ada manipulasi data.

“Kalau hasil hitungan resmi KPU nanti terjadi perbedaan dengan lembaga survei yang ada di sini, saya percaya KPU yang salah dan hasil hitung cepat kami tidak salah,” kata Burhan dalam konferensi pers di Jakarta, 10 Juli.

Hal itu lantas memicu kemarahan kubu Prabowo-Hatta dan berujung pada laporan ke polisi. "Jadi orang tidak seenaknya bicara gitu. Burhan bilang kalau hasil KPU tidak sama dengan quick count maka KPU salah," ujar Sekretaris Timses Prabowo-Hatta, Fadli Zon. (Ant)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya