Sambut Pasar Bebas ASEAN, Rupiah Tak Boleh Loyo

"Kalau mau jadi ekonomi kuat, rupiahnya juga harus kuat," ujar Ketua Komisi VI DPR

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 18 Jun 2014, 14:51 WIB
Ilustrasi Pantau Rupiah (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - Pelemahan nilai tukar rupiah sejak pertengahan tahun lalu, bahkan tembus Rp 11.978 per dolar Amerika Serikat (AS) menimbulkan dampak signifikan terhadap beban perusahaan terbuka (emiten).

Hal ini diakui oleh Ketua Komisi VI DPR RI, Airlangga Hartarto di Gedung DPR, Jakarta. Dia mengaku, kondisi tersebut mengakibatkan kerugian bagi emiten. "Pelemahan rupiah pasti kita kena, ini menimbulkan kerugian," tegasnya, Rabu (18/6/2014).

Kata Airlangga, kurs rupiah yang terus terdepresiasi kurang baik bagi Indonesia untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). "Salah satu yang penting bagi kita dalam menghadapi MEA, kurs rupiah nggak boleh lemah. Kalau mau jadi ekonomi kuat, rupiahnya juga harus kuat," tutur Airlangga, yang juga mantan ketua Asosiasi Emiten Indonesia (AEI).

Saat ditanya level rupiah yang aman bagi pengusaha, Airlangga enggan mengungkapkannya. "Pengusaha nggak ada levelnya. Pokoknya jangan melemah terus menerus, supaya nggak merugikan emiten," terangnya.

Sekadar informasi, dari data kurs tengah Bank Indonesia (BI), dolar AS sukses menekuk rupiah di level Rp 11.978 siang ini dari posisi kemarin Rp 11.863 per dolar AS. (Fik/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya