Liputan6.com, Jakarta: Biasanya, bila seorang pejabat menduduki jabatan baru, acara syukuran pun pasti digelar. Namun lain dengan Budhi Muliawan Suyitno. Saat pengumuman pengangkatan dirinya menjadi Menteri Perhubungan dan Telekomunikasi baru menggantikan Agum Gumelar, Jumat (01/6), dia tampaknya tak tahu sama sekali. Di rumah kediaman, hanya dua orang putrinya yang menerima ucapan selamat dari sejumlah wartawan dan beberapa karyawan Departemen Perhubungan dan Telekomunikasi.
Situasi di rumah di Kompleks Perusahaan Umum Angkasa Pura Jakarta Pusat itu pun tak menampakkan kegiatan khusus, menyambut penunjukan Budi, sang menteri baru. Ketika dikonfirmasikan, kedua putrinya itu mengaku tak tahu keberadaan bapaknya. "Kami baru mengetahui informasi pengangkatan itu dari siaran berita televisi," kata seorang putri Budhi, Alia, tertegun.
Sosok Budhi bukanlah orang baru di jajaran Dephubtel. Pasalnya, sebelum menjadi staf ahli menteri, pria kelahiran Gombong, Jawa Tengah, 18 Desember 1953 ini, sempat memangku sejumlah jabatan di departemen tersebut. Di antaranya, Kepala Direktorat Sertifikasi Kelaikan Udara dan Sekretaris Badan Pendidikan Latihan Perhubungan. Jebolan Institut Teknologi Bandung tahun 1977 itu juga telah menuntaskan S2 (1985) dan S3-nya (1988) di Ecole Nationale Supérique De Mécanique Et D`Aérotechnique (ENSMA), Prancis.(ORS/Abbas Yahya dan Teguh Rahardjo)
Situasi di rumah di Kompleks Perusahaan Umum Angkasa Pura Jakarta Pusat itu pun tak menampakkan kegiatan khusus, menyambut penunjukan Budi, sang menteri baru. Ketika dikonfirmasikan, kedua putrinya itu mengaku tak tahu keberadaan bapaknya. "Kami baru mengetahui informasi pengangkatan itu dari siaran berita televisi," kata seorang putri Budhi, Alia, tertegun.
Sosok Budhi bukanlah orang baru di jajaran Dephubtel. Pasalnya, sebelum menjadi staf ahli menteri, pria kelahiran Gombong, Jawa Tengah, 18 Desember 1953 ini, sempat memangku sejumlah jabatan di departemen tersebut. Di antaranya, Kepala Direktorat Sertifikasi Kelaikan Udara dan Sekretaris Badan Pendidikan Latihan Perhubungan. Jebolan Institut Teknologi Bandung tahun 1977 itu juga telah menuntaskan S2 (1985) dan S3-nya (1988) di Ecole Nationale Supérique De Mécanique Et D`Aérotechnique (ENSMA), Prancis.(ORS/Abbas Yahya dan Teguh Rahardjo)
