Sukses

Proyek HBS Dihentikan, BAKTI Kominfo Alihkan Prioritas ke Ground Segment SATRIA-1

Direktur Utama BAKTI Kominfo Fadhilah Mathar mengungkapkan alasan keputusan melakukan penghentian dini proyek satelit HBS.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengungkapkan alasan di balik penghentian proyek Hot Backup Satellite (HBS).

Direktur Utama BAKTI Kominfo Fadhilah Mathar menjelaskan, terkait penghentian proyek satelit HBS ini dilakukan mengingat sumber daya pemerintah terbatas. Untuk itu, mereka kini akan memprioritaskan pembangunan ground segment Satelit Republik Indonesia 1 atau SATRIA-1.

Menurut Fadhilah, dalam temu media di kantor BAKTI Kominfo, Jakarta, Selasa (24/10/2023), anggaran untuk pembangunan satelit HBS tidak sedikit. Ia mengatakan, HBS awalnya dirancang untuk dua fungsi, yaitu pertama untuk kapasitas cadangan, dan kedua apabila SATRIA-1 gagal meluncur.

Untungnya, satelit SATRIA-1 sudah berhasil meluncur, dan diharapkan mengorbit pada November 2023 dan beroperasi mulai Januari 2024. Karenanya, urgensi terhadap satelit HBS kian menurun. 

"Sehingga urgensi terhadap HBS memang semakin menurun, tetapi untuk RTGS (Remote Terminal Ground Segment) yang akan digunakan oleh sekolah, puskesmas, kebutuhannya tetap ada," kata Fadhilah.

"Anggaran HBS bukan kami batalkan, tetapi pengakhiran lebih dini. Kami alokasikan untuk pembelanjaan terkait dengan ground segment, yang nanti akan kami sebar di 37.500 wilayah di Indonesia. Jadi itu alasan utamanya," ia menjelaskan.

Terkait proyek SATRIA 1, Fadhilah menyatakan kesiapan operasional tahun ini, direncanakan akan siap terhubung dengan stasiun Bumi, serta siap untuk terhubung dengan RTGS, di lokasi layanan publik, untuk memperkuat jaringan internet dan layanan digital, di 150 ribu titik, di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar).

Adapun, dua sektor utama yang jadi target layanan satelit tersebut adalah pendidikan dan kesehatan.

"Kemarin kami sudah melakukan identifikasi, pendidikan itu sekitar 60 persen, kemudian kesehatan 30 persen, dan sisanya dibangun di sektor pemerintahan desa dan pos-pos perbatasan dan keamanan," kata Fadhilah.

Kehadiran satelit Satria-1 pun dinilai dapat mendukung kegiatan sekolah dan pesantren, percepatan layanan publik di kantor pemerintahan daerah, data puskesmas dan rumah sakit daerah, serta membantu pengawasan wilayah oleh TNI dan Polri.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penghentian Proyek Satelit HBS Lebih Awal

Sebelumnya, diumumkan kalau kontrak Proyek Hot Backup Satellite (HBS) dihentikan lebih awal.

HBS sendiri adalah proyek yang dirancang untuk dapat beroperasi sebelum atau paling lambat bersamaan dengan SATRIA-1. Satelit ini akan berfungsi sebagai satelit cadangan, apabila SATRIA-1 mengalami anomali saat meluncur.

"Hal ini ditujukan sebagai mitigasi atas risiko apabila terjadi gagal luncur dan sekaligus menyediakan kapasitas cadangan sebelum Proyek SATRIA 1 beroperasi secara optimal," kata Ketua Satuan Tugas (Satgas) BAKTI Kominfo Sarwoto Atmosutarno.

Selanjutnya, anggaran untuk satelit HBS akan direalokasikan untuk perluasan dan peningkatan akses dan konektivitas digital nasional.

"Satgas BAKTI Kominfo telah mengkaji usulan dan menyetujui pengakhiran lebih awal Kontrak HBS," kata Sarwoto.

"Setelah mempertimbangkan aspek urgensi, anggaran, kemajuan kontrak, dan risiko operasional SATRIA 1 yang telah meluncur dengan sukses," ia menambahkan usai rapat koordinasi rutin Satgas BAKTI Kominfo di Jakarta, Kamis lalu.

Menurut Sarwoto, seperti mengutip siaran pers, Senin (23/10/2023), usulan ini merupakan bagian dari pemanfaatan keterbatasan sumber daya finansial, dalam menuntaskan target inklusi digital nasional.

 

3 dari 4 halaman

Pengakhiran Kontrak Satelit HBS Tak Berdampak pada Kerugian Negara

Selain itu, pertimbangan juga didasari upaya manajemen BAKTI Kominfo, dalam melakukan mitigasi risiko, atas kebutuhan layanan internet di lokasi layanan publik, serta mengkoordinasikan pengakhiran ini dengan Konsorsium Nusantara Jaya (KNJ).

"Satuan Tugas BAKTI Kominfo telah menerima dan memberi rekomendasi terkait governance, risk, and compliance atas pengakhiran kontrak hot backup satellite yang disampaikan oleh Direktur Utama BAKTI Kominfo," ucap Sarwoto.

Ia melanjutkan, BAKTI Kominfo juga mempedomani aspek tidak adanya kerugian negara, yang timbul akibat dihentikannya kontrak proyek HBS ini.

Dia merinci, total nilai proyek HBS adalah Rp 5,2 triliun, dengan pembayaran yang dilakukan oleh pemerintah senilai Rp 3,5 Triliun, ditambah cost of money, akan dikembalikan oleh KNJ.

 

4 dari 4 halaman

Fokus Pada Pemanfaatan Satelit Satria 1

Satelit SATRIA-1 di sisi lain berhasil diluncurkan pada 18 Juni 2023 yang lalu dari Florida, Amerika Serikat, dan akan beroperasi pada awal 2024. Kominfo menyebut, satelit itu sekarang tengah dalam perjalanan menuju orbit di 146 Bujur Timur.

Sarwoto pun menilai bahwa BAKTI Kominfo kini perlu fokus pada pemanfaatan satelit tersebut secara optimal.

"Kita harus fokus kepada SATRIA-1 yang akan banyak menyita energi dan tidak boleh gagal dalam pelaksanaannya," dia menegaskan.

"Kita akan sangat sibuk sekali dengan bagaimana memanfaatkannya secara optimal, baik untuk kapasitas space segment ataupun ground segment. Jangan sampai kita tidak fokus," ujarnya mengakhiri pernyataan.

(Dio/Dam)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.