Sukses

Genre Musik Bisa Ungkap Kepribadian Orang, Kamu Suka Pop atau Rock?

Genre musik yang kita sukai ternyata bisa mengungkapkan kepribadian. Begini penjelasan para ahli...

Liputan6.com, Jakarta Sebagian dari kamu mungkin pernah bertanya-tanya mengapa menyukai lagu atau genre musik tertentu? Jawabannya mungkin terletak pada kepribadian masing-masing, meski ada faktor lain yang juga berperan.

Banyak orang cenderung membentuk identitas musiknya di masa remaja, waktu yang sama ketika mereka mengeksplorasi identitas sosialnya.

Preferensi musik dapat berubah seiring berjalannya waktu, namun penelitian menunjukkan bahwa orang cenderung menyukai musik sejak masa remaja dan mengingat musik dari periode usia tertentu--10 hingga 30 tahun, yang mana puncaknya pada usia 14 tahun--dengan lebih mudah.

"Selera musik sering kali diidentifikasi berdasarkan genre yang disukai, namun cara yang lebih akurat untuk memahami preferensi adalah berdasarkan atribut musik," kata para peneliti, dikutip dari Washington Post, Rabu (18/10/2023).

Salah satu penelitian menguraikan tiga dimensi yang berkaitan dengan atribut musik: gairah, valensi, dan kedalaman.

“Gairah dikaitkan dengan jumlah energi dan intensitas musik,” kata David M. Greenberg, peneliti di Universitas Bar-Ilan dan Universitas Cambridge.

Lagu-lagu punk dan heavy metal seperti 'White Knuckles' karya Five Finger Death Punch mempunyai tingkat gairah yang tinggi. Demikian penemuan yang dilakukan oleh Greenberg dan peneliti lain.

“Valensi adalah sebuah spektrum, dari emosi negatif ke positif. Sementara lagu-lagu rock dan pop yang menghentak seperti 'Razzle Dazzle karya Bill Haley & His Comets memiliki valensi tinggi," katanya.

"Kedalaman menunjukkan tingkat kompleksitas emosional dan intelektual. Kami menemukan bahwa musik rap dari Pitbull memiliki kedalaman yang rendah, lalu musik klasik dan jazz bisa memiliki kedalaman yang tinggi,” Greenberg menjelaskan.

Selain itu, atribut musik mempunyai hubungan yang menarik satu sama lain. Ia menambahkan, kedalaman yang tinggi sering kali dikaitkan dengan valensi yang lebih rendah, jadi kesedihan dalam musik juga membangkitkan kedalaman di dalamnya.

"Kami lebih memilih musik dari artis yang kepribadiannya kami identifikasi. Saat orang mendengarkan musik, mereka didorong oleh kemiripan artis tersebut dengan dirinya,” kata Greenberg, melanjutkan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Penelitian Genre Musik Berkaitan dengan Kepribadian

Dalam studinya pada 2021, para peserta menilai ciri-ciri kepribadian seniman menggunakan model lima besar: Keterbukaan, Kehati-hatian, Ekstraversi, Keramahan, dan Neurotisisme.

Di hadapan responden, David Bowie menunjukkan Keterbukaan dan Neurotisisme yang tinggi; sedangkan Marvin Gaye menunjukkan Keramahan yang tinggi.

“Kecocokan antara [kepribadian] pendengar dan artis dapat memprediksi preferensi musik artis tersebut lebih dari sekadar atribut musiknya,” ucap Greenberg.

Sejumlah peneliti pun menyebut ciri-ciri kepribadian dapat memprediksi selera musik seseorang.

Dalam sebuah studi pada 2022, Greenberg dan rekan-rekannya menemukan bahwa meskipun ada perbedaan sosiokultural, partisipan di seluruh dunia menunjukkan ciri-ciri kepribadian yang secara konsisten berkorelasi dengan preferensi mereka terhadap genre musik Barat tertentu.

Ekstraversi, misalnya, dikaitkan dengan preferensi terhadap musik kontemporer yang bertempo cepat, dan Keterbukaan dikaitkan dengan preferensi terhadap gaya yang serebral.

Gaya kognitif dan cara berpikir kita juga dapat memprediksi jenis musik apa yang mungkin kita sukai. Sebuah studi pada 2015 yang dilakukan Greenberg dan rekan-rekannya membedakan antara orang yang suka sistem dan orang yang berempati: orang yang memahami dunia melalui pikiran dan emosi vs orang yang tertarik pada aturan dan sistem.

“Orang yang berempati cenderung lebih menyukai kesedihan dalam musik, sedangkan orang yang sistemis lebih menyukai intensitas dalam musik,” kata Greenberg.

“Banyak profesional TI dan ilmu data yang mahir dalam mengatur sistem dan juga lebih menyukai musik yang sangat intens,” ia memaparkan.

 

3 dari 5 halaman

Kedalaman Emosional

Selain itu, baik orang yang berempati maupun orang yang sistemis mendengarkan musik dengan kedalaman tinggi, tetapi orang yang berempati lebih memilih atribut yang mewakili kedalaman emosional, dan orang yang sistemis lebih memilih atribut yang mewakili kedalaman intelektual dan kompleksitas teknis.

Meskipun kepribadian mungkin menjadi salah satu penentu preferensi musik kita, konteksnya bisa jadi merupakan faktor lain.

Asisten profesor penelitian sosial dan kebijakan publik di New York University Abu Dhabi, Minsu Park, bersama rekan-rekannya mengidentifikasi pola temporal dalam perilaku mendengarkan--orang cenderung mendengarkan musik santai di malam hari dan musik energik di siang hari.

“Fluktuasi ini hampir sama terlepas dari lokasi budaya dan informasi demografis lainnya,” kata Park.

Namun, ada perbedaan mendasar antara orang-orang dari budaya berbeda. Di Amerika Latin, orang-orang cenderung mendengarkan musik yang lebih menggairahkan dibandingkan dengan orang-orang di wilayah lain.

"Sementara di Asia, mereka cenderung mendengarkan musik yang lebih menenangkan [dibandingkan] orang-orang di wilayah lain,” ungkap Park.

Usia dan jenis kelamin juga dikaitkan dengan jenis musik tertentu. Penelitian Greenberg menunjukkan bahwa orang-orang muda cenderung menyukai musik yang intens dan orang-orang tua cenderung tidak menyukainya.

Pendengar musik yang bernuansa lembut lebih cenderung adalah perempuan, dan pendengar musik yang intens lebih cenderung adalah laki-laki dan berasal dari belahan bumi Barat.

 

4 dari 5 halaman

Cara Orang Berinteraksi dengan Musik.

Sebuah studi pada 2013 yang meneliti data dari dua penelitian terhadap lebih dari seperempat juta orang menunjukkan, kaum muda lebih sering mendengarkan musik dibandingkan orang dewasa paruh baya.

Dalam studi yang sama, kaum muda lebih suka mendengarkan musik dalam berbagai konteks, sedangkan orang dewasa mendengarkan musik terutama dalam konteks pribadi.

Kepribadian dapat mempengaruhi selera musik kita, namun penting untuk dicatat bahwa perubahan selera musik tidak menunjukkan perubahan dalam kepribadian. Bahkan jika kita mengubah apa yang kita dengarkan, secara implisit kita tetap menjadi orang yang sama.

“Seorang introvert dapat berubah seiring berjalannya waktu… namun pada akhirnya inti [dan] dasar mereka adalah introversi,” Greenberg memungkaskan.

 

5 dari 5 halaman

Infografis Konser Musik Pilihan 2023 di Indonesia.  (Liputan6.com/Triyasni)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.