Sukses

TikTok Buka Data untuk Peneliti AS, ByteDance: Kami Ingin Lebih Transparan

TikTok telah meluncurkan API khusus untuk keperluan penelitian dan mulai memberi lebih banyak orang akses ke datanya.

Liputan6.com, Jakarta - TikTok telah meluncurkan API khusus untuk keperluan penelitian dan mulai memberi lebih banyak orang akses ke datanya. Menurut induk perusahaan ByteDance, hal ini sebagai bagian dari komitmen berkelanjutan terhadap transparansi dan akuntabilitas.

Antarmuka pemrograman aplikasi (application programming interface/API) adalah perangkat lunak yang memungkinkan sejumlah program komputer (dua atau lebih) untuk berkomunikasi satu sama lain.

Mengutip Engadget, Rabu (22/2/2023), TikTok telah menguji beta API-nya sejak tahun lalu dengan bantuan dari anggota Dewan Penasihat Konten dan Keamanannya.

Saat ini perusahaan tengah memperluas ketersediaan API untuk para peneliti yang berafiliasi dengan lembaga akademik nirlaba di Amerika Serikat (AS).

Setiap proposal yang diajukan oleh universitas dan peneliti yang berminat harus disetujui oleh divisi Keamanan Data AS (US Data Security/USDS), anak perusahaan baru TikTok yang didirikan untuk mematuhi tinjauan keamanan nasional di AS.

Mereka yang disetujui akan mendapatkan akses ke akun publik dan informasi konten yang diposkan pengguna di aplikasi, seperti detail yang ditemukan di profil pengguna, komentar, suka, dan favorit.

API TikTok dapat memberi peneliti pandangan tentang penggunaan media sosial generasi muda dan sumber informasi alternatif secara keseluruhan.

Jejaring sosial lain juga menawarkan API penelitian, tetapi setidaknya dalam kasus Twitter, orang harus membayar untuk dapat menggunakannya.

Layanan ini memberikan ruang ke lebih banyak orang untuk melihat data TikTok, di mana perusahaan berusaha mati-matian untuk membuktikan bahwa aplikasi besutannya bukanlah ancaman bagi keamanan nasional AS.

Upaya TikTok untuk bernegosiasi dengan pemerintah AS telah menghabiskan waktu bertahun-tahun. Namun, beberapa negara bagian AS baru-baru ini melarang penginstalan aplikasi di ponsel milik pemerintah, dan masih menghadapi seruan untuk larangan total di negara tersebut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Bos Google dan Apple Diminta Hapus TikTok dari Toko Aplikasi, Ada Apa?

TikTok kembali kena masalah di Amerika Serikat. Kali ini, bos Google dan Apple sampai diminta untuk menghapus TikTok dari toko aplikasinya. Kenapa sih?

Ceritanya senator dari partai Demokrat di Colorado AS, Michael Bennet, bergabung dengan seruan larangan nasional aplikasi bikinan ByteDance tersebut. Rupanya Bennet juga yang meminta kepada Bos Apple Tim Cook dan Bos Google Sundar Pichai.

Ia menulis surat kepada kedua bos perusahaan untuk segera menghapus aplikasi TikTok dari App Store dan Google Play. Bennet juga menyebut TikTok sebagai ancaman keamanan nasional yang tidak bisa diterima, karena berasal dari Tiongkok.

Mengutip Gizchina, Minggu (5/2/2023), dalam surat yang ditujukan kepada CEO Apple dan CEO Google, ia mengatakan, "TikTok menimbulkan kekhawatiran unik ketimbang aplikasi media sosial lainnya."

Menurutnya, pemilik aplikasi TikTok, ByteDance, berkewajiban mendukung, membantu, dan bekerja sama dengan pekerjaan intelijen negara (Tiongkok) ketika diminta oleh pemerintahnya.

Bennet juga beranggapan, partai komunis China bisa memaksa ByteDance untuk menyerahkan data sensitif pengguna TikTok di Amerika dan menggunakan data tersebut untuk melawan AS.

Sang senator juga menambahkan, perusahaan di bawah partai komunis China harusnya tidak diizinkan mengumpulkan data dalam ekstensif di Amerika. Dengan demikian, menurut Bennet, TikTok seharusnya tidak ada di App Store dan Google Play.

3 dari 5 halaman

Alami Masa Sulit di AS

"Mengingat keprihatinan yang serius dan berkembang ini, saya meminta Anda untuk segera menghapus TikTok dari toko aplikasi Anda masing-masing," tulis Bennet kepada Cook dan Pichai.

TikTok mengalami masa sulit di AS akhir-akhir ini. Di Amerika, TikTok memiliki lebih dari 100 juta pengguna aktif bulanan, dan menjadi media sosial terpopuler nomor tiga di AS.

Hampir 36 persen orang Amerika di atas usia 12 tahun menggunakan aplikasi tersebut. Angka itu untuk kelompok usia 12-34 tahun, dan naik menjadi 61 persen. Di Amerika, pengguna rata-rata menghabiskan 80 menit di TikTok tiap harinya, lebih dari gabungan Facebook dan Instagram.

Namun belakangan, TikTok mengalami masa sulit di AS. Bukan karena pengguna meninggalkan platform, tetapi karena tindakan kongres yang meningkat. Selama beberapa bulan terakhir, setidaknya 27 negara bagian AS mengumumkan larangan aplikasi dari smartphone atau gadget milik negara dengan risiko keamanan.

4 dari 5 halaman

TikTok Dituding Lacak Orang Secara Ilegal

Aplikasi TikTok juga dilarang dari perangkat federal pemerintah AS, termasuk dari smartphone atau komputer milik federal. Meski begitu, TikTok masih tersedia secara publik di Amerika.

Bennet pun menganggap hal tersebut sebagai ancaman serius bagi keamanan nasional. Apalagi, perusahaan dilaporkan ketahuan mengumpulkan data dari pengguna, secara tidak tepat.

Baru-baru ini TikTok juga disebut-sebut secara ilegal melacak beberapa jurnalis di Amerika Serikat. Ada laporan tentang TikTok yang menyebarkan propaganda pro-Tiongkok ke orang Amerika, secara diam-diam dengan cara mem-push pilihan video tertentu.

TikTok pun berusaha agar bisa diterima dan menghindari tudingan masalah keamanan yang dialamatkan oleh pemerintah AS. Salah satunya dengan memindahkan basisnya dari Tiongkok ke Singapura. TikTok juga memindahkan server untuk menyimpan data pengguna Amerika ke server Oracle di AS.

Kendati demikian, langkah-langkah tersebut tidak terlalu banyak membantu menaikkan citranya yang memburuk di AS. Sebaliknya, tekanan malah meningkat dari setiap sudut.

CEO TikTok pun dijadwalkan untuk bersaksi di depan DPR AS pada Maret mendatang. Nasib perusahaan di AS pun bakal diputuskan setelah kesaksian tersebut. Bagaimana menurut kamu?

5 dari 5 halaman

Infografis Donald Trump Vs TikTok. (Liputan6.com/Trieyasni)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.