Sukses

Adopsi Buy Now Pay Later di Eropa Naik 339 Persen dalam Tiga Tahun Terakhir

Pada Semester 1 2022, aplikasi Buy Now Pay Later tradisional telah mengalami total pemasangan tertinggi di Eropa, naik 339 persen dibandingkan dengan Semester 1 2019.

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan riset pasar aplikasi mobile Sensor Tower mengungkapkan aplikasi Buy Now Pay Later tradisional telah mencapai rekor baru dengan hampir 10 juta pemasangan di App Store dan Google Play pada paruh pertama tahun 2022. Inggris dan Jerman menjadi pasar terbesar di kawasan itu pada peridoe tersebut.

Pada Semester 1 2022, aplikasi Buy Now Pay Later tradisional telah mengalami total pemasangan tertinggi di Eropa, naik 339 persen dibandingkan dengan Semester 1 2019.

Terlepas dari hambatan keuangan baru-baru ini, Klarna menjadi pemimpin di lanskap pembiayaan POS (Point of Sale) mobile di Eropa.

"Klarna mampu mempertahankan 70 persen pangsa pasar di seluruh Eropa pada Juni 2022, mengalahkan Clearpay di posisi kedua," kata Sensor Tower di dalam laporannya.

Apple Pay

Pada awal tahun ini, Apple memperkenalkan fitur Apple Pay Later bagi penggunanya di region Amerika Serikat. Meskipun fitur ini belum tersedia di pasar Eropa, akuisisi Apple terhadap fintech startup Inggris, yakni Credit Kudos, menandakan potensi ekspansi pasar Apple Pay Later ke Inggris.

Pada Q2 2022, iPhone menyumbang 40 persen dari unduhan Klarna di 35 negara Eropa.

Berdasarkan pangsa unduhan iPhone versus Google Play dari Klarna, beberapa pasar seperti Norwegia, Swedia, Belanda, Inggris, dan Jerman bisa menjadi pasar paling berharga untuk Apple Pay Later dalam waktu dekat.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Neobanks

Dalam beberapa bulan terakhir, Neobanks termasuk Monzo Bank dan Revolut telah meluncurkan produk Pay Later. Strategi itu menjadikan aplikasi-aplikasi tersebut sebagai pusat terpadu untuk keuangan pribadi dan pembelian Pay Later. Pada

"Q1 2022, tingkat retensi Android dari aplikasi Pay Later terkemuka menunjukkan Neobanks memiliki tingkat retensi aplikasi yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Pay Later tradisional dan Pay Later fintech lainnya," tutur Sensor Tower.

Dengan tingkat retensi aplikasi lebih tinggi, menurut Sensor Tower, Neobanks mungkin dapat mengubah ini menjadi peluang untuk memberikan penawaran Pay Laper baru.

Sementara ruang Pay Later Eropa sejauh ini sebagian besar ditentukan oleh penyedia terkemuka seperti Klarna dan Clearpay, eCommerce telah menjadi salah satu penyebab munculnya aplikasi-aplikasi baru dalam beberapa tahun terakhir.

"Tanpa tanda-tanda perlambatan pasar, meningkatnya popularitas aplikasi Pay Later dapat terus membentuk peluangnya di Eropa," ujar Sensor Tower.

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 5 halaman

Indonesia Diprediksi Jadi Pemain Terbesar di Industri E-Wallet dan Paylater Asia Tenggara

Indonesia diprediksi menjadi pemain terbesar dalam industri e-wallet dan paylater se-Asia Tenggara pada tahun 2025. Hal ini menuntut pelaku ritel untuk beradaptasi demi menjaga daya saing.

Menurut laporan IDC InfoBrief yang didukung oleh 2C2P, diprediksi akan ada tambahan seperempat miliar pengguna e-wallet baru di Asia Tenggara pada 2025.

Laporan ini menyebutkan, dari jumlah tersebut, tambahan pengguna di Indonesia pada 2025 akan mencapai 130 juta pengguna baru. Dari sisi pertumbuhan, Buy Now Pay Later (BNPL) tidak kalah populer.

Indonesia bisa menjadi pasar terbesar untuk BNPL di Asia Tenggara pada 2025, dengan total belanja masyarakat menggunakan BNPL di e-commerce bakal meningkat 8,7 kali lipat dibandingkan tahun 2020.

Adi Nugroho, Country Head 2C2P di Indonesia mengatakan evolusi metode pembayaran digital harus cepat dikejar oleh pelaku ritel guna mengakselerasi jangkauan bisnisnya.

"Hadirnya opsi baru seperti e-wallet dan BNPL memberikan akses kepada masyarakat yang sebelumnya belum tersentuh layanan keuangan konvensional," kata Adi dalam keterangan tertulisnya, dikutip Selasa (1/3/2022). 

4 dari 5 halaman

Perlu Diakomodasi Pelaku Bisnis

Adi menambahkan, jutaan pengguna baru ini adalah segmen baru yang perlu diakomodasi oleh para pelaku bisnis lokal.

Dari survei yang dilakukan International Data Corporation (IDC) di 2021, ditemukan bahwa adopsi digital payment terkini akan mampu tingkatkan penjualan merchant sebesar rata-rata 10 persen.

Menurut Adi, pemain-pemain besar di negara-negara Asia Tenggara saat ini sudah mulai cepat beradaptasi dan mengejar perkembangan metode pembayaran alternatif.

Belajar dari berbagai pengalaman mitra 2C2P di berbagai negara, Adi pun merekomendasikan sejumlah langkah bagi pelaku ritel saat memutuskan untuk mengadopsi digital payment seperti e-wallet dan BNPL.

Adi mengatakan, pelaku ritel harus mengadopsi sistem yang dapat mendukung beragam metode pembayaran dan dapat dikustomisasi serta mendukung pembayaran domestik dan internasional di berbagai negara. 

5 dari 5 halaman

Infografis: Deretan Bank Digital di Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.