Sukses

Top 3 Tekno: 37 Ribu Siswa Tak Bisa Buka Email Gara-Gara Ransomware Jadi Sorotan

Sebanyak 37 ribu siswa di beberapa sekolah di Inggris tak bisa membuka email gara-gara ransomware.

Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak 37 ribu siswa di beberapa sekolah di Inggris tak bisa membuka email gara-gara ransomware. Berita ini menjadi sorotan para pembaca di kanal Tekno Liputan6.com, Selasa (30/3/2021) kemarin.

Berita lain yang juga populer datang dari Facebook yang akan membangun kabel internet bawah laut dari AS ke Indonesia.

Lebih lengkapnya, simak tiga berita terpopuler di kanal Tekno Liputan6.com berikut ini.

1. 37 Ribu Siswa di Inggris Tak Bisa Akses Email karena Ransomware

The Harris Federation, yang menjalankan 50 sekolah dasar dan menengah di London, Inggris, menyebut para siswa tidak dapat mengakses e-mail mereka karena ransomware. Akibatnya, sejumlah 37 ribu siswa di beberapa sekolah kehilangan akses.

Dia mengatakan, pihaknya telah melakukan penghentian e-mail sementara untuk menyelesaikan masalah tersebut. Pasalnya, data yang berada di sistem telah dienkripsi dan disembunyikan oleh pelaku.

Dikutip dari BBC, Selasa (30/3/2021), pada pekan lalu, Pusat Keamanan Cyber ​​Nasional (NCSC) mengeluarkan peringatan bahwa peretas menargetkan sekolah.

Baca selengkapnya di sini

2. Gandeng XL Axiata, Facebook Akan Bangun Kabel Internet Bawah Laut dari AS ke Indonesia

Facebook berencana membangun dua proyek kabel internet bawah laut baru untuk menghubungkan Asia Tenggara ke Amerika Utara.

Proyek dengan perusahaan telekomunikasi regional ini bertujuan untuk menyediakan internet yang lebih cepat ke Singapura dan Indonesia.

Inisiatif ini dilakukan setelah Facebook menarik tiga proyek untuk menghubungkan Amerika Serikat (AS) ke Hong Kong dengan kabel serupa, menyusul kekhawatiran pemerintah atas kegiatan mata-mata.

Baca selengkapnya di sini 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

3. Fitur Pesan Terhapus dengan Sendirinya Timbulkan Risiko Transparansi Pejabat

Para aktivis di Amerika Serikat telah mengirim surat kepada pemerintah mengenai penggunaan fitur pengapusan pesan otomatis di WhatsApp yang berpotensi menghindari akuntabilitas politisi dan staf pemerintah.

Menteri dapat dilarang menggunakan pesan yang terhapus diri sendiri di Whatsapp atau Signal untuk urusan resmi, jika gugatan hukum ini diloloskan.

Kantor Kabinet mengatakan catatan komunikasi resmi "disimpan sejalan dengan pedoman". Gugatan hukum ini diajukan oleh kelompok masyarakat Foxglove atas nama The Citizens.

Baca selengkapnya di sini 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini