Sukses

Ini Daftar Dompet Digital yang Paling Banyak Digunakan Orang Indonesia

Sejumlah perusahaan yang bergerak di jasa keuangan digital tumbuh positif selama tahun 2020. Lalu, layanan dompet digital mana yang paling banyak digunakan orang Indonesia?

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 mendotong transaksi digital kian meroket tajam. Menurut catatan Bank Indonesia (BI), transaksi digital meningkat 37,8 persen (year on year/yoy), mencakup transaksi digital banking dan transfer.

Penggunaan uang e-money atau dompet digital (e-wallet) pun meningkat 24,42 persen (yoy). Sementara penggunaan kartu debit menurun 18,9 persen (yoy).

Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono mengatakan, pandemi Covid-19 lah yang mempercepat perkembangan transformasi digital di Indonesia. Menurutnya, virus corona membuat masyarakat harus menghindari kontak fisik, sehingga masyarakat melakukan berbagai kegiatannya melalui platform digital.

Sejumlah perusahaan yang bergerak di jasa keuangan digital juga tumbuh positif selama tahun 2020. Lalu, layanan dompet digital mana yang paling banyak digunakan orang Indonesia?

Dalam survei yang dirilis Sharing Vision pada Desember 2020, GoPay dinyatakan sebagai layanan dompet digital yang paling banyak digunakan di Indonesia.

Berdasarkan hasil survei bertema 'eChannel Fintech eCommerce & eLifestyle', GoPay menempati peringkat pertama sebagai e-money yang paling banyak digunakan, dipilih 81 persen responden.

Menurut siaran pers yang Tekno Liputan6.com terima, Senin (1/2/2021), posisi kedua ditempati OVO sebanyak 71 persen. Selanjutnya ada ShopeePay menempati posisi ketiga dengan 44 persen, lalu Dana di posisi keempat dengan 41 persen.

Selanjutnya e-money Mandiri 21 persen, Flazz 18 persen, Link Aja 16 persen, dan Brizzi 5 persen. Sementara itu, i.saku 2 persen, Jakcard 1 persen, Paytren 1 persen, dan lainnya 2 persen.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Alasan Masyarakat Menggunakan Dompet Digital

Chief Lembaga Riset Telematika Sharing Vision Dimitri Mahayana mengatakan alasan menggunakan e-money bervariasi, mulai dari simpel, efisien secara waktu, banyaknya promo yang ditawarkan, tidak perlu datang ke bank, dan aman.

"Sebagian besar uang elektronik dipakai untuk pembayaran delivery makanan, yang dipilih sebanyak 86 persen responden. Pembayaran transportasi online menjadi kedua terbanyak dipilih responden, sebanyak 77 persen," ujarnya.

Ekonom Digital dari Indonesia ICT Institute Heru Sutadi menjelaskan keunggulan GoPay tidak terlepas dari kepeloporannya di industri pembayaran digital, sehingga mampu lebih mengerti dan lebih dulu menyesuaikan kebutuhan konsumen.

"GoPay secara kehadiran kan memang lebih dulu dan memiliki basis pengguna Gojek yang juga hadir lebih dulu. Maka dari itu, kalau masih lebih unggul wajar," katanya.

Terlebih ekosistem Gojek yang semakin matang saat ini membuat GoPay bukan sekadar digunakan untuk pembayaran transportasi online, tetapi jauh meluas karena bisa digunakan untuk beragam layanan.

 

3 dari 3 halaman

Peta Pertumbuhan Dompet Digital di Masa Harbolnas saat Pandemi Covid-19

Transaksi elektronik memakai aplikasi dompet digital (e-wallet) terus meningkat. Hal itu dipicu antara lain karena dinilai praktis, aman, cepat, dan menawarkan berbagai keuntungan.

Kini, e-wallet tidak hanya digunakan untuk pembayaran di gerai offline, juga di pembayaran online. Apalagi di masa pandemi Covid-19, transaksi e-wallet juga dianggap lebih aman dan sesuai dengan protokol kesehatan.

Untuk mengetahui tren perilaku konsumen ini, Snapcart melakukan survey online selama September-Desember 2020. Survei berlangsung di seluruh Indonesia, dengan responden terpiih 1.000 orang.

Hasil survei menemukan beberapa e-wallet yang banyak dipakai masyarakat. ShopeePay tercatat sebagai merek e-wallet yang paling sering digunakan (50 persen), dengan selisih yang cukup besar dibandingkan dengan 4 pemain lain, seperti Ovo (23 persen), Gopay (12 persen), Dana (12 persen), dan LinkAja (3 persen).

“Lima brand itu kini paling banyak digunakan konsumen melakukan pembayaran digital. Mereka sangat populer karena rajin melakukan promosi dan menjalin kerjasama dengan berbagai merchant, sehingga sangat dikenal konsumen dan cakupan fitur service-nya banyak,” ujar Direktur Snapcart Indonesia, Astrid Williandry dalam keterangannya, Senin (7/12/2020).

Data pada September lalu mencatat 68 persen responden mengaku menggunakan ShopeePay untuk melakukan pembayaran. Kemudian naik menjadi 72 persen responden menggunakan ShopeePay pada Desember.

Sementara merek lain seperti OVO turun dari 56 persen responden pada September, menjadi 55 persen pada Desember.

Sedang Gopay (September 56 persen, turun drastis menjadi Desember 52 persen), Dana (September 42 persen turun di bulan Desember jadi 40 persen), dan LinkAja (September 19 persen, naik menjadi 21 persen di Desember).

Dari besarnya total pangsa pengguna, ShopeePay berhasil mencatat 28 persen responden mengaku menggunakan ShopeePay untuk melakukan pembayaran di bulan September, meningkat menjadi 30 persen responden menggunakan ShopeePay pada Desember.

Kemudian OVO stagnan di 23 persen responden pada September dan Desember, Gopay (September 23 persen, Desember 22 persen), Dana (yang stabil di bulan September dan Desember dengan proporsi 17 persen responden) dan LinkAja (yang mengalami kenaikan tipis dari bulan September 8 persen menjadi 9 persen pada Desember).

Berdasarkan akumulasi nilai nominal transaksi online plus offline dari masing-masing brand, ShopeePay masih di atas untuk pertumbuhan pencapaian nilai nominal transaksi untuk keseluruhan industri e-wallet di Indonesia.

Pada bulan September lalu, 33 persen omset keseluruhan nilai transaksi penggunaan e-wallet di seluruh Indonesia dikuasai ShopeePay. Angka ini tumbuh menjadi 36 persen pada Desember.

Diikuti OVO yang turun menjadi 21 persen di Desember, dari yang sebelumnya 25 persen dari total nilai transaksi di September lalu.

Sementara Gopay meningkat tipis dari 16 persen dari September menjadi 18 persen di bulan Desember. Kemudian Dana meningkat dari September di posisi 17 persen, meningkat stabil di Desember 18 persen. Sedangkan LinkAja turun dari bulan September sebesar 9 persen, menjadi 7 persen di Desember.

(Isk/Why)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini