Sukses

Kesenjangan Finansial di Indonesia Dorong Perkembangan Fintech Startup

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan kesenjangan finansial di Indonesia mencapai USD 165 miliar dan hal ini di sisi lain mendorong perkembangan fintech startup.

Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan kesenjangan finansial di Indonesia mencapai USD 165 miliar. Besarnya nilai kesenjangan finansial itu mendorong pertumbuhan pesat inovasi digital, termasuk fintech startup.

"Potensi di Indonesia memang luar biasa dengan peringkat 16 ekonomi terbesar secara global dan kurang lebih 175 juta pengguna internet saat ini," ujar Dino Milano Siregar, Direktur Grup Inovasi Keuangan Digital Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dalam diskusi bertajuk "Strategi Finansial Services di Era Digital: Optimalisasi Inisiatif Omni-Channel untuk Growth dan Revenue Melalui Platform Digital KYC" yang digelar secara virtual oleh Telkomtelstra belum lama ini.

Kesenjangan ini, menurut Dino, juga tecermin dari banyaknya UMKM yang belum tersentuh dukungan dari lembaga keuangan dan perbankan. Dino menilai hal ini perlu mendapat perhatian lebih supaya bisa menjadi suatu benefit bagi negara.

"Ada 70 persen UMKM di negeri ini yang belum tersentuh lembaga keuangan, apalagi digital keuangan. Padahal kurangnya akses kredit dinilai menjadi salah satu kendala utama dalam pertumbuhan UMKM," kata Dino menjelaskan.

Karena itu, lanjut dia, wajar jika fintech mengalami perkembangan pesat.

"Fintech bisa menjadi solusi untuk mengisi kesenjangan pembiayaan karena lebih hemat biaya dan saluran efisien untuk menjangkau jarak jauh komunitas yang tidak terlayani oleh lembaga keuangan tradisional," tutur Dino.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Revolusi Industri 4.0

Sementara itu, Agus F. Abdillah, Chief Customer Officer Telkomtelstra, menilai pertumbuhan pesat fintech startup memang dipengaruhi revolusi industri 4.0. Transformasi digital membuat layanan pelanggan menjadi lebih baik, lebih cepat, dan lebih murah.

"Dan menariknya, yang paling banyak mengadopsi teknologi digital ini adalah perbankan dan keuangan digital. Mengapa? Karena saat ini banyak sekali startup baru di bidang keuangan atau diberi nama fintech telah masuk ke teknologi digital," ujar Agus.

 

3 dari 3 halaman

Survei PWC

Mengutip survei PWC tahun 2018 terhadap 52 pimpinan perusahaan perbankan di Indonesia, kata Agus, 72 persen dari responden menyatakan bahwa fintech startup menjadi tantangan tersendiri bagi perbankan dan lembaga keuangan konvensional.

"Dengan jumlah basis pelanggan yang besar, fintech startup bisa masuk sangat cepat dengan industri keuangan untuk transaksi pembayaran. Sebagai startup yang lahirnya dari teknologi digital, fintech bisa dengan sangat cepat memiliki kemampuan membangun super apps yang dilengkapi dengan data analytic, machine learning, dan teknologi lainnya,” ujar Agus.

Melihat peluang yang ada, saat ini Telkomtelstra menjalin kemitraan dengan Oracle guna menyediakan solusi verifikasi digital atau e-KYC (Know Your Costumer). 

Dora Sunarli, Sales Director PT Oracle Indonesia, menyebut pertumbuhan inovasi digital di sektor keuangan dan perbankan secara pesat telah mendorong perkembangan inovasi e-KYC dari jenis tatap muka ke arah digital. Sementara Metode KYC konvensional sebelumnya memerluukan kehadiran secara fisik, proses verifikasi memakan waktu lebih lama, dan biaya investasi lebih besar.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.