Sukses

Sebut Pembunuhan Khashoggi Mirip Kecelakaan Mobil, Bos Uber Beri Klarifikasi

Chief Executive Officer Uber, Dara Khosrowshahi, mengklarifikasi ucapannya yang menyebutkan pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi sebagai sebuah kesalahan seperti kecelakaan mobil.

Liputan6.com, Jakarta - Chief Executive Officer (CEO) Uber, Dara Khosrowshahi, mengklarifikasi ucapannya yang menyebutkan pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi sebagai sebuah kesalahan.

Ia sebelumnya dalam sebuah wawancara dengan HBO, menyamakan pembunuhan Khashoggi seperti kecelakaan mobil self-driving (otonom).

"Saya mengatakan sesuatu yang tidak saya percayai. Mengenai Jamal Khashoggi, pembunuhannya adalah sesuatu yang tercela dan tidak boleh dilupakan atau dimaafkan," ungkap Khosrowshahi dalam sebuah pernyataan setelah acara HBO, seperti dikutip dari The Guardian, Rabu (13/11/2019).

Sebelumnya dalam wawancara dengan Axios on HBO, Khosrowshahi ditanya tentang anggota dewan direksi Uber, Yasir al-Rumayyan, yang merupakan Direktur Public Investment Fund Arab Saudi. Ia merupakan investor terbesar kelima di Uber.

Merujuk pada pemerintah Arab Saudi dan pembunuhan Khashoggi, Khosrowshahi mengatakan, "Saya pikir pemerintah itu mengatakan mereka membuat suatu kesalahan".

Ia lalu menyamakan pembunuhan Khashoggi dengan kecelakaan fatal mobil otonom.

"Itu adalah kesalahan yang serius. Kita juga membuat kesalahan, kan? Dengan self-driving, dan kami berhenti, lalu kami pulih dari kesalahan itu. Saya pikir orang-orang membuat kesalahan, itu tidak berarti mereka tidak pernah bisa dimaafkan. Saya pikir mereka menganggapnya serius," ungkapnya.

Khosrowshahi merujuk pada kecelakaan mobil uji coba Uber pada Maret 2018, yang bertabrakan dengan seorang pejalan kaki di Tempe, Arizona.

Korban perempuan berusia 49 tahun itu meninggal dunia akibat ditabrak Volvo SUV yang melaju dengan kecepatan 40mph atau sekira 64 km per jam dalam mode otonom di malam hari.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pembunuhan Khashoggi

Khashoggi dibunuh di Istanbul pada tahun lalu saat mengujungi konsulat Arab Saudi di sana. Warga negara Amerika Serikat (AS) tersebut dikenal sebagai seorang kritikus rezim Saudi yang menulis untuk Washington Post. Jenazah jurnalis berusia 59 tahun itu dipotong, dan dibuang.

Khashoggi mengunjungi kantor konsulat untuk mengurus dokumen agar bisa melangsungkan pernikahan. Ia dibunuh oleh "pasukan" Arab Saudi.

Pelapor khusus PBB, Agnes Callamard, menyebut pembunuhan Khashoggi sebagai "eksekusi yang disengaja dan direncanakan". Ia menegaskan penyelidikan lebih lanjut akan dilakukan untuk menuntut pertanggung jawaban putra mahota Arab Saudi, Mohammed bin Salman.

Mohammed bin Salman merupakan sekutu penting AS yang dekat dengan Jared Kushner, menantu dan kepala penasehat Donald Trump. Kushner disebut sebagai pembela pangeran tersebut di Gedung Putih.

3 dari 3 halaman

Memicu Badai Api

"Ketika pembunuhan (Khashoggi) memicu badai api di seluruh dunia, dan badan-badan intelijen AS menyimpulkan bahwa itu diperintahkan oleh Pangeran Mohammed, Kushner menjadi pembela pangeran yang paling penting di dalam Gedung Putih," tulis New York Times dalam laporannya pada Desember 2018.

Trump dilaprokan menolak mengambil tindakan terhadap Mohammed bin Salman, ataupun pemerintah Arab Saudi. Ia menyebut negara tersebut sebagai mitra penting AS.

"Arab Saudi adalah pembeli besar produk AS. Ini berarti bagi saya. Ini adalah produser besar untuk pekerjaan," kata Trump.

(Din/Isk)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.