Sukses

Berembus Isu Jual beli Kuota Jemaah Haji 2023, Begini Penjelasan Kemenag Pamekasan

Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Pamekasan Madura Mawardi, membantah kabar yang beredar luas di masyarakat bahwa institusinya melakukan praktik jual kuota haji pada sejumlah calon haji di wilayah itu.

Liputan6.com, Pamekasan - Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Pamekasan Madura Mawardi, membantah kabar yang beredar luas di masyarakat bahwa institusinya melakukan praktik jual kuota haji pada sejumlah calon haji di wilayah itu.

"Kabar itu tidak benar," kata Mawardi di Pamekasan, Jawa Timur, Kamis 20 Juli 2023.

Ia menjelaskan, sistem yang digunakan Kemenag mulai dari pusat hingga ke daerah saat ini menggunakan Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat).

Dengan Siskohat, kata dia, calon gaji yang gagal berangkat menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Mekkah akan diganti secara otomatis dengan calon haji lainnya yang berada di nomor urut berikutnya.

Atau, katanya, bisa diganti oleh ahli warisnya apabila yang bersangkutan meninggal dunia yang dibuktikan identitas diri sang calon pengganti, seperti KTP elektronik, kartu keluarga, dan surat kematian.

"Kalau tidak membuktikan, tentu tidak bisa," katanya.

Dengan demikian, kata dia, maka segala sesuatu di luar ketentuan regulasi dalam hal pemberangkatan calon haji tersebut tidak mungkin dilakukan oleh Kemenag Pamekasan.

Pernyataan Kepala Kemenag Pamekasan Mawardi ini disampaikan guna menanggapi kabar yang beredar luas di Pamekasan tentang pengakuan sejumlah calon haji yang didatangi oknum yang mengaku petugas dari Kantor Kemenag Pamekasan.

Oknum itu mengaku bisa memberangkatkan calon haji tersebut, menggantikan calon haji yang gagal berangkat dengan syarat membayar uang sebesar Rp70 juta.

Calon haji yang banyak didatangi oknum ini umumnya merupakan warga yang baru mendaftar untuk menunaikan ibadah haji.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Jumlah Jemaah Wafat Capai 683 Jiwa

Jumlah jemaah haji Indonesia yang meninggal dunia di Tanah Suci meningkat melampaui kasus kematian yang terjadi pada penyelenggaraan haji 2015 dan 2017. Saat ini, jumlah jemaah haji Indonesia yang wafat di Arab Saudi mencapai 683 jiwa.

Angka ini berdasarkan data Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Kementerian Agama (Kemenag) yang diperbarui per Rabu (19/7/2023) pukul 13.07 Waktu Arab Saudi (WAS) atau 17.07 Waktu Indonesia Barat (WIB).

Merujuk pada data ini, jumlah kematian jemaah haji 2023 melampaui dua kasus kematian tertinggi penyelenggaraan ibadah haji yakni pada 2015 dengan total sebanyak 627 jiwa dan 2017 sebanyak 658 jiwa. Padahal pada 2015 terjadi dua tragedi mematikan yakni kecelakaan crane di Masjidil Haram dan tabrakan jemaah di terowongan Mina.

Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Dirjen PHU) Kemenag, Hilman Latief menuturkan, tingginya kasus kematian jemaah ini akan dijadikan bahan evaluasi untuk penyelenggaraan ibadah haji tahun berikutnya.

"Ya itu jadi perhatian kami. Kita coba analisis sambil berjalan sebelum nanti kita lakukan kajian komprehensif di Indonesia dari klasifikasi usia jemaah yang wafat itu," ujarnya saat ditemui di Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah, Selasa (18/7/2023) malam.

Tahun ini, kata dia, jumlah jemaah haji yang wafat di Tanah Suci paling banyak berusia antara 60-70 tahun, disusul jemaah dengan usia 70-80 tahun. "Baru kemudian di bawah 60 tahun dan baru di atas 80 tahun,".

"Nanti kami berdiskusi dengan temen-temen kesehatan, kita analisa pemicunya apa, kalau penyebabnya kita sudah tahu semua rata-rata yang wafat itu kena jantung kemudian ada sesak napas dan lain sebagainya. Tetapi pemantiknya itu yang sedang kita analisis lagi, karena ini memang jumlahnya cukup tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya," kata Hilman.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.