Sukses

Sebelum Film Bebas, Ini 5 Karya Terbaik Riri Riza

Karya box office Riri Riza selalu menjadi nominasi di berbagai festival.

Liputan6.com, Jakarta - Konsisten melahirkan film-film berkuaitas membuat nama Riri Riza disegani di dunia film. Kali pertama menghidupkan film Indonesia lewat Kuldesak, Riri Riza lantas rajin melahirkan karya dengan genre beragam. Riri Riza melewati banyak fase dari mencetak box office hingga bikin film festival yang dicap segmented.

Bahkan, karya box office Riri Riza selalu meraih nominasi di festival. Bulan ini, Riri Riza merilis film Bebas yang panen pujian. Showbiz Liputan6.com mengajak Anda menengok kembali lima karya monumental Riri Riza sebelum Bebas.

Petualangan Sherina (2000)

Saat film anak-anak dikuasai studio raksasa Hollywood, Riri Riza dan Mira Lesmana membuka lahan baru bagi mereka yang rindu film lokal. Petualangan Sherina menjadi standar baru bagi film anak.

“Film Indonesia harus membuka hubungan dengan penonton sebanyak mungkin. Saya mempelajari sistem produksi dan strategi komunikasi yang matang. Film ini meledak di pasar,” urai Riri Riza kepada Showbiz Liputan6.com di Jakarta, baru-baru ini.

Sherina Munaf-Derby Romero lantas jadi idola baru. Album soundtrack-nya menjadi salah satu album anak terbaik di eranya. Konon, Petualangan Sherina ditonton 1,1 juta orang. Kami tak akan lupa, sebuah bioskop yang terdiri 4 layar memberikan studio 1 dan 2 untuk film ini. Studio 3 dan 4 diambil Jacky Chan lewat Shanghai Noon. Ya, kala itu Sherina melawan Jacky Chan!

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Eliana, Eliana! (2001)

Apakah biaya produksi berbanding lurus dengan kualitas film? Eliana, Eliana! dibuat sebagai bagian dari manifesto atau konsep pemikiran Riri Riza. Ada aturan dan batasan yang dibuatnya sendiri. Film ini digarap dengan biaya produksi hanya 400 juta rupiah. Syuting hanya 14 hari di Jakarta.

Lewat Eliana, Eliana! Riri Riza berhasil membuktikan kualitas film tak selamanya berbanding lurus dengan biaya produksi. Formatnya serupa road movie, ini mimpi Riri Riza sejak ia mahasiswa. Jangan lupa, film Eliana, Eliana! menjadi debut Rachel Maryam di layar lebar. Ia tampil gemilang.

Laskar Pelangi (2008)

Setelah Ada Apa Dengan Cinta?, Miles Film membuat empat film yang sesuai selera Riri Riza dan Mira Lesmana, yakni Garasi, Untuk Rena, 3 Hari Untuk Selamanya, dan Gie. Empat film ini gagal melaju di tangga box office. Publik seolah lupa pada nama besar Riri Riza. Sineas kelahiran 2 Oktober ini mengasah kembali kemampuan komunikasi lewat Laskar Pelangi.

“Film ini lahir di era di mana kita tidak tahu formula film sukses itu gimana. Bersyukur banget untuk pencapaian Laskar Pelangi, ini tak bisa dilupakan begitu saja,” ungkap Riri Riza. Laskar Pelangi bersama 4,7 juta penonton jadi film Indonesia terlaris sepanjang masa selama sewindu (2008-2016).

 

3 dari 3 halaman

Ada Apa Dengan Cinta 2 (2016)

Ada Apa Dengan Cinta 2 dianggap melakukan aksi bunuh diri karena dirilis di pekan yang sama dengan Captain America Civil War. Yang bikin syok, film ini merangkul 201 ribu penonton lebih pada hari pertama penayangan. Ada Apa Dengan Cinta 2 turun layar bersama 3,6 juta penonton. Terlaris ke-9 sepanjang masa.

Film ini memulihkan kepercayaan publik bahwa film lokal mampu melawan barang impor. “Ini film istimewa karena saya, Mira, dan para bintang Ada Apa Dengan Cinta? saling rindu. Kami sepakat berkumpul lagi dengan semangat dan energi yang sama. Ada Apa Dengan Cinta 2 dikerjakan dengan energi rindu,” akunya.

Athirah (2016)

Athirah adalah ibunda Wakil Presiden RI, Jusuf Kala. Di sisi lain, Riri Riza tak mau Athirah menjadi film titipan yang mengglorifikasi sosok tertentu. Athirah lantas dikemas sebagai film tentang anak dan ibunya. Diceritakan Riri Riza, Jusuf Kalla tak mengintervensi konten film ini, bahkan bersedia bicara soal kenyataan pahit dalam hidupnya. Tidak mencetak box officeAthirah memborong setengah lusin Piala Citra termasuk Film Terbaik.

“Ini tentang kenangan Pak JK terhadap sang ibu, sama seperti saya mengenang ibu lewat film ini. Meja di ruang tengah rumah Ibu Athirah itu sama persis dengan meja di rumah saya dulu. Sayang ibu saya tak sempat menonton karena meninggal beberapa bulan sebelum film ini dirilis,” pungkasnya. (Wayan Diananto)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini