Sukses

Intip Kinerja Saham Emiten Produsen Cokelat saat Hari Valentine

Di Bursa Efek Indonesia (BEI), terdapat beberapa perusahaan tercatat yang merupakan produsen cokelat. Berikut ulasan saham yang berkaitan dengan hari valentine.

Liputan6.com, Jakarta - Hari Valentine yang diperingati tiap 14 Februari kerap dirayakan sebagai hari kasih sayang. Orang-orang akan berbondong-bondong menunjukkan kasih sayang kepada keluarga, teman, saudara, pacar, suami, istri dan lainnya. Salah satu cara yang paling populer adalah lewat pemberian cokelat.

Bentuk olahan cokelat yang diberikan juga bermacam-macam, mulai dari cokelat batangan, cokelat wafer dan lain sebagainya. Lebih menarik, alih-alih hanya membeli produknya, Anda bisa langsung membeli saham perusahaannya sebagai kado kepada yang terkasih.

Di Bursa Efek Indonesia (BEI), terdapat beberapa perusahaan tercatat atau emiten yang merupakan produsen cokelat. Salah satunya, PT Wahana Interfood Nusantara Tbk (COCO). Perseroan merupakan perusahaan yang terintegrasi secara penuh dari hulu ke hilir, yang mampu menciptakan dan menghasilkan produk-produk premium dari kakao dan cokelat.

Produk–produk perseroan diolah dan disebarluaskan dengan nama brand premium SCHOKO dan dengan berbagai merk premium yang berbeda untuk penjualan di luar negeri. Produk- produk SCHOKO didistribusikan di Indonesia dan dieskpor ke berbagai Negara di Asia, Eropa, Australia, Selandia Baru dan Amerika Serikat.

Saham COCO parkir di posisi 164 pada penutupan Selasa, 13 Februari 2024. Dalam sepekan, saham perusahaan naik 4,46 persen. Sedangkan dalam satu tahun terakhir, saham COCO turun 32,79 persen. Kapitalisasi pasar COCO tercatat sebesar Rp 145,94 miliar

PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk (BTEK)

Perseroan mulai melakukan kegiatan komersialnya pada Juni 2001. Anggaran dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan. Terakhir, berdasarkan pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan sehubungan pemberlakuan Online Single Submission (OSS) Bidang usaha yang dijalankan adalah Real estat dan konstruksi, aktifitas jasa, aktivitas, perdagangan, industri, pertambangan, perkebunan, pertanian dan penguasaan hutan dan jasa penunjang kehutanan.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Saham BTEK

Pada 2016, perseroan memulai bisnis penghasil bahan baku industri consumer goods, dengan mengambil alih saham Golden Harvest Cocoa Pte.Ltd. yang memiliki anak perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan biji kakao.

Dengan demikian bidang usaha yang sedang dijalankan perseroan kini terpusat pada pengolahan biji kakao yang merupakan bahan baku industri consumer goods atau makanan dan minuman (F&B).

Saham BTEK saat ini parkir pada posisi 50 per saham. Saham perseroan juga tengah berada dalam pemantauan khusus Bursa. Kapitalisasi pasar BTEk tercatat sebesar Rp 2,31 triliun.

PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP)

Perseroan adalah anggota Salim Group yang bergerak di bidang agrikultur. Meskipun kakao merupakan salah satu tanaman yang diproduksi perusahaan ini, namun SIMP mayoritas memproduksi kelapa sawit dan berbagai produk olahannya.

Per 31 Desember 2022, Divisi Perkebunan memiliki lahan inti seluas 294.488 hektar, dimana 83 persen atau 244.768 hektar ditanami kelapa sawit, 5 persen atau 16.074 hektar ditanami karet, 5 persen atau 14.056 hektar ditanami tebu, sedangkan sisanya dengan tanaman-tanaman lainnya, terutama hutan tanaman industri, kakao dan teh. Kemitraan plasma kelapa sawit dan karet seluas 90.551 hektar.

Divisi Perkebunan mengoperasikan 27 pabrik kelapa sawit dengan total kapasitas pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) sebesar 7,2 juta ton per tahun pada tanggal 31 Desember 2022. Divisi Perkebunan juga mengoperasikan 3 lini produksi karet remah, 2 lini produksi karet lembaran, 2 pabrik pengolahan dan penyulingan gula, 1 pabrik kakao dan 1 pabrik teh.

Saham SIMP ditutup turun 0,55 persen ke posisi 360 pada perdagangan Selasa, 13 Februari kemarin. Dalam sepekan, harga saham SIMP turun 1,10 persen. Sedangkan dalam satu tahun terakhir, harga saham SIMP turun 12,20 persen. Kapitalisasi pasar SIMP saat ini tercatat sebesar Rp 5,69 triliun.

3 dari 4 halaman

PT Mayora Indah Tbk (MYOR)

Sesuai dengan Anggaran Dasarnya, kegiatan usaha Perseroan adalah dalam bidang industri. Saat ini, perseroan dan entitas anak mengklasifikasikan produk yang dihasilkannya ke dalam dua kategori) yaitu makanan olahan dan minuman olahan, yang meliputi enam divisi yang masing masing menghasilkan produk berbeda namun terintegrasi, meliputi biskuit, kembang gula, wafer, cokelat, kopi, dan makanan kesehatan. Beberapa produk olahan cokelat perseroan yang terkenal antara lain Choki-choki, beng beng, dan astor.

Saham MYOR ditutup turun 2,93 persen ke posisi 2.320 pada Selasa. Dalam sepekan, harga saham MYOR turun 1,69 persen. Sedangkan dalam satu tahun terakhir, harga saham MYOR turun 4,53 persen. Kapitalisasi pasar MYOR tercatat sebesar Rp 51,87 triliun.

PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR)

Tidak hanya Mayora, perusahaan FMCG lain yang juga memiliki produk hasil olahan cokelat adalah PT Unilever Indonesia Tbk. Salah satu produk berbasis cokelat Unilever yang terkenal adalah es krim Magnum. UNVR menggarap bisnis es krim sejak membuka pabrik Wall's di Cikarang, Jawa Barat pada 1992. Merek es krim itu terus berkembang hingga menjadi salah satu pemegang pangsa pasar utama di Tanah Air.

Saham UNVR turun 4,11 persen pada Selasa ke posisi 2.800. Dalam sepekan, harga saham UNVR turun 11,67 persen. Sedangkan dalam satu tahun terakhir, harga saham UNVR turun 40,43 persen. Kapitalisasi pasar UNVR saat ini tercatat sebesar Rp 106,83 triliun.

 

 

4 dari 4 halaman

PT Jaya Swarasa Agung Tbk (TAYS)

PT Jaya Swarasa Agung Tbk didirikan dan mulai beroperasi pada tahun 1998 dengan pabrik yang terletak di Tangerang, Indonesia yang berfokus pada produksi wafer roll. Melalui pertumbuhan dan perkembangan selama bertahun-tahun, TAYSBAKERS saat ini fokus pada empat jenis snack.

Yakni, wafer roll, biskuit dan kraker, cokelat, dan extrude jagung. Produk olahan cokelat perseroan antara lain Wasuka, Nitchi, dan Miniro. Saham TAYS turun 1,01 persen pada Selasa ke posisi 98. Dalam sepekan, harga saham TAYS turun 1,01 persen. Sedangkan dalam satu tahun terakhir, harga saham TAYS turun 81,33 persen. Kapitalisasi pasar TAYS saat ini tercatat sebesar Rp 107,69 miliar.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.