Sukses

Koka Indonesia Tetapkan Harga IPO Rp 128 per Saham

PT Koka Indonesia Tbk (KOKA) menawarkan 715,33 juta saham dengan nilai nominal Rp 25 per saham. Jumlah saham yang ditawarkan itu 25 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh.

Liputan6.com, Jakarta - PT Koka Indonesia Tbk (KOKA), perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi gedung industri, bangunan sipil dan gedung hunian bakal menggelar penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). 

Mengutip laman e-ipo, Selasa (3/10/2023), Perseroan melepas saham ke publik sebanyak-banyaknya 715.333.000 saham dengan nilai nominal Rp 25 per saham. Angka tersebut mewakili  25 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh dalam Perseroan setelah IPO. 

Adapun harga penawaran saham yang ditawarkan kepada masyarakat di kisaran Rp 128 per saham. Dengan demikian, calon emiten dengan kode saham KOKA bakal meraup dana segar sebanyak Rp 91,56 miliar.

Dalam melancarkan aksinya, Perseroan menunjuk PT KGI Sekuritas Indonesia dan PT UOB Kay Hian Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek dan penjamin emisi efek. 

Sementara itu, seluruh dana yang diperoleh dari hasil IPO ini, setelah dikurangi biaya-biaya emisi seluruhnya akan digunakan oleh Koka Indonesia untuk beberapa hal.  Sekitar 17,23 persen atau sebesar Rp 15 miliar akan digunakan untuk belanja modal.

Sekitar 82,77 persen akan digunakan untuk modal kerja, meliputi antara lain pembayaran material bahan baku konstruksi, biaya logistik pengiriman, biaya operasional di lokasi proyek dan biaya administrasi yang timbul dalam proyek.

Jadwal

  • Tanggal Efektif : 29 September 2023
  • Masa Penawaran Umum : 3 – 9 Oktober 2023
  • Tanggal Penjatahan : 9 Oktober 2023 
  • Tanggal Distribusi Saham Secara Elektronik : 10 Oktober 2023 
  • Tanggal Pencatatan Pada Bursa Efek Indonesia (BEI) : 11 Oktober 2023

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

28 Perusahaan Antre Catatkan Saham di BEI, IPO Berpotensi Sentuh Rekor pada 2023

Sebelumnya diberitakan, Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebutkan, jumlah listing atau pencatatan saham perdana perusahaan bakal cetak rekor pada 2023.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menuturkan, hingga 29 September 2023 telah tercatat 66 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI dengan dana dihimpun Rp 49,4 triliun.

Jika sesuai rencana, pencatatan perdana untuk perusahaan tercatat ke 67 dan 68 dilaksanakan pada 6 Oktober 2023. “Dengan demikian jumlah itu telah melampaui pencapaian jumlah listing perusahaan pada 1990 yaitu 66 perusahaan,” kata Nyoman, dikutip Minggu (1/10/2023).

Hingga kini, terdapat 28 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham di BEI. Dilihat berdasarkan klasifikasi aset perusahaan yang saat ini berada dalam pipeline pada POJK Nomor 53 Nomor 53/POJK.04/2017, ada dua perusahaan aset skala kecil (aset di bawah Rp 50 miliar). Selanjutnya 17 perusahaan aset skala menengah (aset antara Rp 50 miliar-Rp 250 miliar), dan 9 perusahaan tercatat aset skala besar (Aset di atas Rp 250 miliar).

Rincian sektor usahanya antara lain:4 Perusahaan dari sektor basic materials

3 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals

5 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals

4 Perusahaan dari sektor energy

0 Perusahaan dari sektor financials

1 Perusahaan dari sektor healthcare

2 Perusahaan dari sektor industrials

3 Perusahaan dari sektor infrastructures

1 Perusahaan dari sektor properties & real estate

4 Perusahaan dari sektor teknologi

1 Perusahaan dari sektor transportation & logistic 

3 dari 4 halaman

OJK Yakin Target Penghimpunan Dana di Pasar Modal Rp 200 Triliun Akan Tercapai

Sebelumnya diberitakan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimistis nilai penghimpunan dana di pasar modal Indonesia bisa mencapai Rp 200 triliun hingga akhir 2023. Ini mengingat ramainya IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi menuturkan, hingga saat ini penghimpunan dana di pasar modal telah mencapai Rp 168 triliun dari semua instrumen yang ada di BEI.

"Sampai saat ini hasil fund raised Rp168 triliun dari target Rp 200 triliun, InsyaAllah itu tercapai, kita belum ada niat untuk mengubah (target)," kata Inarno kepada awak media, Jumat (18/8/2023). 

Di sisi lain, OJK belum membeberkan target resmi penghimpunan dana di pasar modal pada 2024. Walau demikian, tren penghimpunan dana di pasar modal diyakini tetap positif pada tahun depan, terutama setelah momen Pemilu serentak.

OJK akan terus berkomitmen untuk lebih selektif dalam mewujudkan IPO yang berkualitas. 

 "Time to time akan terus perbaiki terus, sehingga yang ada disini yang berkualitas," kata dia.

Penghimpunan Dana di Pasar Modal

Sebelumnya, penghimpunan dana di pasar modal Indonesia ditargetkan bisa dapat mencapai sebesar Rp200 triliun pada 2023.

Hingga 9 Agustus 2023, pasar modal Indonesia telah berhasil menghimpun dana mencapai Rp165,22 triliun dari semua instrumen yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Inarno Djajadi mengatakan upaya penghimpunan dana pada 2023 akan lebih berat, apabila dibandingkan dengan tahun lalu yang mana BEI berhasil menghimpun dana mencapai Rp 233 triliun dari semua instrumen.

 

4 dari 4 halaman

Sentimen yang Pengaruhi Penghimpunan Dana

Dia ungkapkan dalam peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke- 46 pasar modal Indonesia di Main Hall BEI, Jakarta melansir Antara, Jumat, 11 Agutus 2023.

Dikatakan, belum meredanya volatilitas di tingkat global, ditambah momentum menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 yang akan mempengaruhi penghimpunan dana.

“Dalam target kita, tahun ini Rp200 triliun. Itu melihat kondisi 2023 yang berbeda dengan 2022. Ketidakpastian global belum reda, lalu ada juga election (Pemilu 2024), itu akan mempengaruhi penghimpunan dana,” ujar Inarno.

Dari sisi pencatatan efek, sampai 9 Agustus 2023, BEI telah berhasil menorehkan 62 pencatatan efek saham dengan nilai fund raised sebesar Rp49,15 triliun, 70 emisi obligasi, 2 Exchange-Traded Fund (ETF) baru, 1 Efek Beragun Aset-Surat Partisipasi (EBA-SP), dan 82 Waran Terstruktur sepanjang tahun 2023.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.