Sukses

The Fed Kerek Suku Bunga, Bagaimana Dampaknya ke Saham Bank?

Bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) menaikkan suku bunga acuan. Bagaimana dampaknya ke saham bank?

Liputan6.com, Jakarta - Bank Sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve (the Fed) kembali menaikkan tingkat suku bunga sebesar 25 basis poin pada Rabu, 1 Februari 2023 atau Kamis dini hari, 2 Februari 2023 waktu Indonesia.

The Fed menaikkan suku bunga ke kisaran 4,5 persen hingga 4,75 persen usai gelar pertemuan dua hari, menjadikannya suku bunga tertinggi sejak 2007. 

Lantas, bagaimana dampak kenaikan suku bunga the Fed terhadap saham sektor perbankan? 

Research Analyst Henan Putihrai Sekuritas, Jono Syafei menuturkan, saham perbankan berpotensi diuntungkan dengan adanya kenaikan suku bunga the Fed tersebut. Lantaran, pendapatan bunga akan meningkat.

"Saham bank akan diuntungkan dengan kenaikan suku bunga karena pendapatan bunga akan meningkat," kata Jono saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Minggu (5/2/2023).

Di sisi lain, pulihnya kegiatan ekonomi, khusus aktivitas bisnis akan membuat para pengusaha untuk lebih ekspansif. "Selain itu, pulihnya aktivitas bisnis akan membuat para pengusaha untuk lebih ekspansif," kata dia.

Adapun, langkah yang diambil pengusaha, salah satunya mengambil pinjaman dari bank untuk modal kerja. Bagi para investor, Jono merekomendasikan untuk memperhatikan saham BMRI dengan target harga Rp 10.900 per saham. Setali tiga uang, Jono juga menyarankan para investor agar memperhatikan saham BBRI.

Sementara itu, Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana mengatakan, secara teknikal indeks finansial (IDX Financial) masih cenderung mengalami konsolidasi.

"IDX Financial masih kecenderungan konsolidasi di mana harus menembus resistance 1.436 untuk mengkonfirmasi adanya lanjutan uptrend," kata Herditya.

Bagi para investor, Herditya menyarankan wait and see untuk saham bank kapitalisasi besar, seperti BBRI, BMRI, BBNI, dan BBCA.

"Untuk saham bigbanks kami mencermati masih rawan koreksi dulu, jadi mayoritas adalah wait and see untuk bigbanks," ujar dia.

Herditya menargetkan harga saham BBRI di level Rp 4.760- Rp 4.880 per saham dan saham BBCA di level Rp 8.700- Rp 9.000 per saham.

Untuk target harga saham BMRI di level Rp 10.200 per saham dan target saham BBNI di level Rp 9.600 per saham.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

The Fed Dongkrak Suku Bunga 25 Basis Poin

Sebelumnya, Bank Sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve kembali menaikkan tingkat suku bunga sebesar 25 basis poin pada Rabu (1/2) waktu setempat.

Melansir CNBC International, Kamis (2/2/2023) The Fed menaikkan suku bunga ke kisaran 4,5 persen hingga 4,75 persen, menjadikannya suku bunga tertinggi sejak 2007.

Seperti diketahui, kenaikan suku bunga The Fed untuk meredam inflasi di AS dengan membuat biaya pinjaman lebih mahal, tetapi di sisi lain juga berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi, yang dapat menyebabkan resesi.

Jajak pendapat para ekonom baru-baru ini menempatkan peluang resesi AS pada tahun 2023 sebesar 61 persen.

Meski tingkat inflasi AS sudah turun dari puncaknya sebesar 9,1 persen menjadi 6,5 persen pada Desember 2022, angka itu masih jauh di atas target acuanThe Fed sebesar 2 persen.

Oleh karena itu, Ketua The Fec Jerome Powell menegaskan  komitmennya untuk mempertahankan kenaikan suku bunga hingga inflasi AS dapat dijinakkan.

"Dampak dari kenaikan suku bunga seperempat poin cukup minim, tetapi ketika kita melihat efek kumulatif dari kenaikan suku bunga, dampaknya terhadap rumah tangga menjadi jelas," kata kepala analis keuangan di Bankrate, Greg McBride.

"Suku bunga kartu kredit telah mencapai rekor tertinggi, suku bunga jalur kredit ekuitas hampir dua kali lipat dalam satu tahun terakhir, dan dua kali lipat suku bunga hipotek membawa pasar perumahan dari merah panas ke es dingin dalam rentang beberapa bulan," bebernya.

 

 

 

3 dari 4 halaman

Pejabat The Fed Ramal Suku Bunga AS Bakal Sampai di Atas 5 Persen pada 2023

Sebagai bagian dari perkiraan bank sentral AS sebelumnya pada bulan Desember, 17 dari 19 pejabat The Fed memproyeksikan suku bunga akan berada di atas 5 persen hingga 2023, dengan dua di antaranya menyarankan suku bunga lebih tinggi dari 5,5 persen.

Namun, terlepas dari pernyataan Jerome Powell, investor tampaknya tidak percaya bahwa The Fed akan mempertahankan kenaikan suku bunga pada tahun 2023.

Investor saham yang dipantau FedWatch CME memproyeksikan probabilitas 97,2 persen bahwa suku bunga The Fec akan tetap berdiri di 5 persen atau kurang pada Desember 2023 mendatang. 

Secara umum, hal ini mencerminkan keyakinan bahwa resesi AS segera dekat, dan The Fed perlu mulai memangkas suku bunga tahun 2023 untuk mengamankan ekonomi, dengan inflasi yang sudah menurun dengan cepat, meniadakan perlunya kenaikan suku bunga, menurut kata Liz Young, kepala strategi investasi di SoFi, sebuah bank online.

"Saya pikir ada banyak gelembung yang mengurung bagian ekonomi, khususnya pasar tenaga kerja" katanya.  Menurut Young, hal ini berarti bahwa efek negatif dari kenaikan suku bunga pada tenaga kerja, pertumbuhan, dan keuntungan akan membutuhkan waktu lebih lama untuk terlihat."

“Mimpi terburuk saya, dan mungkin mimpi terburuk investor, adalah api yang berlanjut hingga tahun 2023 dan kemudian kita mengalami resesi pada tahun 2024. Maksud saya, itu akan menjadi tahun terpanjang dalam hidup kita," ujar dia.

 

4 dari 4 halaman

Wall Street Melonjak Usao The Fed Dongkrak Suku Bunga

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Rabu, 1 Februari 2023. Penguatan wall street terjadi seiring investor mengabaikan kenaikan suku bunga 0,25 persen dari bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed).

Investor sebaliknya fokus pada komentar dari Ketua the Fed Jerome Powell yang akui penurunan inflasi. Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 naik 1,05 persen menjadi 4.119,21, dan membalikkan penurunan sebelumnya hampir 1 persen, demikian mengutip dari laman CNBC.

Indeks Nasdaq bertambah 2 persen ke posisi 11.816,32 yang didorong kenaikan produsen saham chip. Hal ini seiring penguatan laba dari Advanced Micro Devices.

Sementara itu, indeks Dow Jones naik 6,92 poin atau 0,02 persen ke posisi 34.092,96. Sebelumnya, indeks Dow Jones sempat tergelincir lebih dari 500 poin.

Kenaikan terbaru the Fed mewakili perlambatan dari kenaikan suku bunga 50 basis poin pada Desember 2022, memberikan persetujuan kepada investor yang berharap bank sentral akan kurangi pengetatan yang agresif. Pasar selanjutnya didorong komentar Powell.

“Kami sekarang dapat mengatakan untuk pertama kalinya proses disinflasi telah dimulai. Kami dapat melihatnya benar-benar dalam harga barang sejauh ini,” ujar Powell dikutip dari CNBC, Kamis (2/2/2023).

Namun, bank sentral tidak memberikan petunjuk nyata tentang jeda kenaikan, menjaga bahasa dalam pernyataan setelah pertemuan kalau kenaikan yang sedang berlangsung dalam kisaran target akan sesuai untuk mencapai sikap kebijakan moneter yang cukup ketat untuk mengembalikan inflasi menjadi 2 persen.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.