Sukses

Menelisik Peluang Pasar Modal di Tengah Sentimen Resesi

Sejumlah sentimen global dan dalam negeri akan membayangi pasar modal pada 2023.

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) optimistis menghadapi 2023. Keyakinan itu merujuk pada data ekonomi domestik yang relatif resilien dibandingkan banyak negara lain yang selama krisis beberapa tahun terakhir akibat pandemi COVID-19.

Kepala Divisi Riset BEI, Verdi Ikhwan menambahkan, kinerja Bursa selama kurun waktu tersebut juga relatif terjaga.

"Sebetulnya opportunity banyak di domestik kita lihat ekonomi yang relatif kuat walaupun ada penurunan, tapi kita lihat masih tumbuh. Terus juga, performance ekspor impor dan manufaktur yang sudah tumbuh,” kata dia dalam edukasi wartawan pasar modal (21/12/2022).

Selain itu, 2023 bertepatan dengan tahun politik jelang pemilihan umum (pemilu) 2024. Diakui, saat pemilu indeks umumnya tidak akan melaju kencang, begitupun aktivitas transaksi. Namun, bukan berarti tidak ada pertumbuhan sama sekali.

Gelaran pemilu akan berimbas pada belanja kampanye biasanya menjadi sentimen positif sektor konsumer, sehingga berkontribusi juga pada perputaran ekonomi.

"Dari beberapa pemilu yang sudah kita lakukan, indeks selama masa pemilu tidak tumbuh kenceng, tapi dia relatif tumbuh. begitu juga dengan aktivitas transaksi. Ini mungkin dari sisi ekonomi punya impact karena akan ada spending yang cukup besar dari aktivitas kampanye dan lain-lain selama periode pemilu tersebut,” kata dia.

Sementara tantangan utamanya datang dari luar negeri atau eksternal. Belum sepenuhnya pulih dari pandmei COVID-19, dunia harus bersiap dengan peningkatan tensi konflik Rusia—Ukraina.

Akibatnya, sejumlah harga komoditas naik karena sanksi perdagangan yang dikenakan pada Rusia hingga menyebabkan gangguan rantai pasok. Kondisi ini akhirnya memaksa bank sentral menaikan suku bunga acuan.

"Tantangan ini sebetulnya kita masih relatif bagus menghadapi,  lihat mulai dari pertumbuhan ekonomi. kemudian tingkat inflasi meski ada kenaikan tapi relatif lebih bagus dengan negara lain, terutama di Eropa,” imbuh Verdi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Mirae Asset Sekuritas Ramal IHSG Terbang ke 7.880 pada 2023

Sebelumnya, PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia prediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tahun depan dapat mencapai 7.880 atau naik sekitar 11 persen dari posisi November 2022. Perkiraan IHSG itu didukung pertumbuhan laba bersih emiten secara berkelanjutan.

Head of Research Team & Strategist Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Hariyanto Wijaya mengatakan skenario dasar (base-case scenario) tersebut juga didukung oleh preferensi investor global pada pasar saham negara berkembang, termasuk Indonesia.

"Untuk sektornya, kami memiliki sektor consumer non-cyclical dan financial karena masih akan prospektif dan dapat menjadi pilihan tahun depan," ujar Hariyanto dalam Sage Talk & Market Outlook 2023, ditulis Rabu (7/12/2022).

Menurut dia, sektor consumer non-cyclicals masih menarik karena margin keuntungan perusahaan-perusahaan sektor ini masih dapat meningkat dan laba bersihnya dapat tumbuh pada 2023. Pertumbuhan kinerja emiten saham di sektor consumer non-cyclicals merupakan dampak positif dari lebih tingginya harga jual daripada kenaikan harga produk agrikultur akibat normalisasi sejak Juli 2022.

 

3 dari 4 halaman

Sektor Keuangan

Untuk sektor keuangan, Hariyanto prediksi pertumbuhan laba bersih perbankan masih akan terus menguat pada 2023 didukung pertumbuhan pinjaman dan pertumbuhan margin bunga bersih (NIM) yang tinggi tahun depan.

Selain itu, dia menilai turunnya beban pencadangan atau beban provisi yang diprediksi terjadi tahun depan juga akan mendukung pertumbuhan laba bersih perbankan.

Terkait dengan stock pick bulanan, dia menambahkan tiga saham baru perusahaan consumer non-cyclicals, yaitu ICBP, INDF, dan MYOR sebagai pengganti DSNG, INTP, dan SMGR.

Pilihan saham condong ke sektor perbankan, pertambangan batu bara, dan consumer non-cyclicals, yang diwakili oleh saham BMRI, BBRI, BTPS, BNGA, ITMG, INDF, ICBP, dan MYOR.

"Per 5 Desember, stock pick bulanan yang berbobot sama menghasilkan accumulated return 79,9 persen (vs accumulated return IHSG 9,3 persen) sejak dimulainya stock pick bulanan pada Agustus 2019. Oleh karena itu, stock pick bulanan mengungguli IHSG sebesar 70,6 persen,” ujar Hariyanto.

 

4 dari 4 halaman

Revisi Target IHSG pada Akhir 2022

Sebelumnya, Mirae Asset Sekuritas Indonesia mengubah target Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhir tahun 2022. Sebelumnya, perusahaan memperkirakan IHSG bertengger di posisi 7.400 sebelum direvisi ke posisi 7.200.

Head of Research Mirae Sekuritas Indonesia Hariyanto Wijaya menerangkan, revisi ini setali dengan kinerja salah satu sektor, yakni sektor saham teknologi yang mencatatkan kinerja kurang memuaskan pada beberapa waktu terakhir. Sehingga sektor ini menjadi pemberat IHSG.

"Jadi 7.400 waktu itu kita belum memperhitungkan sentimen negatif terhadap sektor teknologi. Kita revisi dari 7.400 jadi 7.200,” ujar Hariyanto dalam konferensi pers Sage Talk & Market Outlook di Jakarta, Selasa (6/11/2022).

Pada perdagangan hari ini, Selasa 6 Desember 2022, sektor saham teknologi melemah 1,54 persen. Selama sepekan, sektor ini amblas 9,74 persen. Adapun sejak Januari 2022 atau secara year to date (ytd), sektor teknologi susut 42,36 persen.

Di sisi lain, Hariyanto cukup optimistis target IHSG itu bisa tembus disokong adanya window dressing yang disebut bakal terjadi pada Desember 2022. Dia menambahkan, window dressing akan berlangsung pada emiten kapitalisasi besar (big cap), sehingga ia yakin IHSG 7.200 bisa dicapai.

"Kita optimis di Desember ini akan ada window dressing. Dan  window dressing ini lebih kepada emiten big cap seperti bank. Jadi kami optimis IHSG berpotensi naik ke 7.200,” kata dia.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.