Sukses

Indeks Sektor Saham Properti Lesu Sepanjang 2022, Ada Apa?

Analis menilai, ada sejumlah faktor yang mendorong indeks sektor saham properti dan real estate masih tertekan pada 2022.

Liputan6.com, Jakarta - Di antara 11 sektor saham, sektor saham properti dan konsumer nonsiklikal masih alami koreksi sepanjang 2022. Analis menilai, ada sejumlah faktor yang mendorong indeks sektor saham properti dan real estate masih tertekan yaitu potensi kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,38 persen ke posisi 7.235,53 pada Kamis, 14 April 2022.

IHSG berada di level tertinggi 7.282,90 dan terendah 7.234,33. Total volume perdagangan saham tercatat 25,07 miliar saham dan nilai transaksi harian Rp 16,07 triliun. Sementara itu, total frekuensi perdagangan 1,52 juta kali. Adapun kapitalisasi pasar saham tercatat Rp 9.405 triliun.

Sepanjang 2022, IHSG menguat 9,94 persen. Penguatan IHSG tersebut ditopang kenaikan 9 sektor saham. Indeks sektor saham IDX sector energy menguat 41,87 persen, dan memimpin penguatan.

Diikuti indeks sektor saham IDX sektor transportasi dan logistik menanjak 23,21 persen serta indeks sektor saham IDXsektor industry menguat 18,26 persen.

Namun, dua sektor saham masih koreksi. Indeks sektor saham properti dan real estate melemah 7,26 persen dan indeks sektor saham IDXkonsumer nonsiklikal susut 1,37 persen sepanjang 2022.

"Naiknya level PPKM di awal tahun akibat Omicron masih menghambat minat properti di Indonesia, hal ini ditambah dengan prospek kenaikan suku bunga yang dipandang bisa menurunkan minat membeli properti bank juga masih cukup berhati-hati dalam memberikan kucuran kredit perumahan,” ujar Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Minggu (17/4/2022).

Dia menambahkan, pemulihan ekonomi dan naiknya harga komoditas diharapkan memulihkan minat serta daya beli masyarakat untuk membeli properti. Selain itu, perpanjangan subsidi PPN dan pembelian properti diharapkan jadi katalis positif untuk kinerja emiten properti pada 2022.

"Perpanjangan subsidi PPN untuk pembelian properti diharapkan menjadi faktor positif, namun tantangan dari kenaikan suku bunga bisa menjadi pemberat,” ujar dia.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Faktor Lainnya yang Menekan Indeks Sektor Saham Properti

Sementara itu, Analis Kiwoom Sekuritas, Abdul Azis mengatakan, penurunan pada sektor properti saat ini didorong kecemasan dari pelaku pasar. Hal ini karena ada kenaikan tren suku bunga yang akan menghambat pemulihan pada sektor properti.

"Walaupun saat ini sektor properti sudah kembali pulih tetapi kondisinya masih belum dalam keadaan seperti sebelum COVID-19,” ujar Abdul.

Meski demikian, Abdul menuturkan, prospek emiten properti berpotensi untuk positif walaupun  secara bertahap.

"Kembali normalnya mobilitas dapat menjadi sentimen positif bagi sektor properti, terlebih saat ini penyaluran KPR dan KPA pada februari tumbuh 10 persen, walaupun masih belum kembali normal,” ujar Abdul.

Analis Jasa Utama Capital Sekuritas, Cheryl Tanuwijaya mengatakan, indeks sektor saham properti mengalami penurunan karena bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (The Fed) berencana menaikkan suku bunganya dengan lebih agresif bahkan ada yang memperkirakan hingga 3 persen sepanjang 2022.

Sehingga BI juga akan melakukan normalisasi dan bisa menekan keinginan masyarakat untuk membeli properti.

"Saat ini yang prospektif adalah properti dengan pusat perbelanjaan yang banyak yang prospektif mengingat mobilitas masyarakat kembali ke pre-pandemi apalagi pemerintah izinkan buka lebih lama,” kata Cheryl.

Dia juga menambahkan, faktor yang bisa pengaruhi kinerja emiten properti pada 2022, yaitu  kenaikan suku bunga, dan tren pemulihan ekonomi.

 

3 dari 3 halaman

Saham Pilihan

Kini, saham-saham properti rata-rata masuk sebagai value stock dengan valuasi yang murah dibanding sektor penggerak indeks. Untuk itu para investor bisa mencermati saham pilihan dari Wawan yaitu PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI), PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) dan PT Summarecong Agung Tbk (SMRA) yang mencatatkan kenaikan penjualan.

"Sebaiknya sebagai diversifikasi jangka panjang karena memang sektor ini belum menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, dan minat investor saat ini lebih ke sektor lain seperti keuangan, komoditas dan telco,” kata Wawan.

Tak hanya itu, Abdul juga memilih sejumlah saham rekomendasi yang dapat dicermati oleh pelaku pasar yaitu BSDE, SMRA dan PT Ciputra Development Tbk (CTRA).

"Kami lebih merekomendasikan buy  BSDE, SMRA, dan CTRA, tetapi bisa dilakukan wait and see terlebih dahulu karena sahamnya masih dalam trend penurunan, bisa dilakukan buy on weakness jika sudah menyentuh masing-masing supportnya atau adanya pembalikan arah untuk naik,” ucap Abdul.

Untuk saham rekomendasi yang bisa dicermati para pelaku, Cheryl memilih CTRA dan PT Pakuwon Jati Tbk (PWON). "CTRA, PWON buy target 5 persen,” pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.