Sukses

Bursa Saham Asia Beragam Tersengat Wall Street

Bursa saham Asia Pasifik beragam pada perdagangan Jumat, 30 Desember 2021 mengikuti wall street.

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan Kamis pagi (30/12/2021). Bursa saham Asia Pasifik yang bervariasi ini terjadi di tengah wall street yang juga beragam dengan indeks Dow Jones dan S&P 500 catat rekor.

Di Jepang, indeks Nikkei 225 melemah 0,4 persen, dan indeks Topix merosot 0,42 persen. Sedangkan indeks Korea Selatan Kospi menguat 0,37 persen. Indeks Australia ASX 200 cenderung mendatar. Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang menguat 0,13 persen. Demikian dilansir dari CNBC, Kamis (30/12/2021).

Di sisi lain, indeks S&P 500 bertambah 0,14 persen menjadi 4.793,06, dan catat rekor ke-70 kali pada 2021. Indeks Dow Jones menguat 90,42 poin ke posisi 36.488,63. Indeks Nasdaq susut 0,1 persen ke posisi 15.766,22.

Pergerakan wall street seiring investor terus menilai dari risiko ekonomi varian omicron yang telah berkontribusi terhadap lonjakan infeksi di Amerika Serikat dan Inggris. WHO juga mengingatkan varian COVID-19 baru dapat muncul selama pandemi COVID-19 yang sepenuhnya resisten terhadap vaksin  saat ini dan infeksi lalu.

Indeks dolar AS berada di posisi 95,92, melemah dari posisi sebelumnya 96,3. Yen Jepang diperdagangkan di kisaran 114,95 per dolar AS.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Indeks S&P 500 dan Dow Jones Cetak Rekor

Sebelumnya bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street beragam pada perdagangan Rabu, 29 Desember 2021. Indeks S&P 500 mencatat rekor ke-70 pada 2021.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 naik 0,1 persen menjadi 4.793,06. Indeks Dow Jones bertambah 90,42 poin atau 0,3 persen menjadi 36.488,63. Indeks saham unggulan ini mencatat rekor untuk pertama kali sejak November, dan catat kenaikan selama enam hari berturut-turut. Indeks Nasdaq susut 0,1 persen ke posisi 15.766,22.

Indeks S&P 500 mencatat rekor sekitar 28 persen pada 2021. Pada 2021, indeks acuan ini mencatat rekor tertinggi kedua dari sebelumnya pada 1995 yang membukukan rekor sebanyak 77 kali.

Investor berharap indeks S&P 500 dapat ditutup menguat lebih dari 27 persen pada 2021. Sementara itu, indeks Dow Jones naik lebih dari 19 persen. Dua indeks acuan ini berada dalam jarak mencolok dari posisi tertinggi sepanjang masa. Secara historis, wall street naik selama periode reli Santa Claus, lima hari perdagangan terakhir pada Desember, dan dua hari pertama Januari 2021.

“Musim semi mendukung kenaikan lebih lanjut di pasar. Perdagangan sedikit lebih tipis dari yang seharusnya. Kami datang dari apa yang tampaknya merupakan musim liburan yang baik, dan saya pikir itu inspirasi kepercayaan diri,” ujar Gary Schlossberg dari Wells Fargo Investment Institute.

Saham Blogen melonjak sekitar 9,5 persen dan memimpin kenaikan indeks S&P 500 setelah laporan di media Korea Selatan menyebutkan perusahaan bioteknologi sedang dalam pembicaraan untuk diakuisisi oleh Samsung. Kesepakatan itu dilaporkan akan bernilai lebih dari USD 40 miliar. Blogen menolak mengomentari laporan itu.

Saham Walgreens, Nike dan Home Depot mencatat kenaikan di indeks Dow Jones dengan masing-masing naik lebih dari 1 persen. Pada sisi negatifnya, saham terkait perjalanan sedang berjuang. Saham American Airlines merosot 2,6 persen dan United Airlines turun 1,9 persen.  Saham Karnaval dan Norwegian Cruise Line melemah. Saham Boeing memimpin penurunan di indeks Dow Jones dengan tergelincir 1,2 persen.

Saham teknologi mencatat koreksi seiring imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun melonjak di atas level 1,5 persen.  Saham AMD melemah 3,2 persen.

Di sisi lain, investor terus memantau perkembangan varian omicron. AS telah konfirmasi lebih dari 4,5 juta kasus COVID-19 pada Desember 2021, berdasarkan data dari Universitas Johns Hopkins. Realisasi kasus COVID-19 itu di atas hasil perhitungan November 2021 sebesar 2,54 juta. Rata-rata kasus pada pekan ini di AS mencapai 260.133,29, lebih dari 260 persen, dari rata-rata 28 November 2021.

Namun, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit merekomendasikan mempersingkat isolasi untuk orang yang dites COVID-19 dari 10 hari menjadi lima hari jika mereka tidak memiliki gejala. Penelitian dari Afrika Selatan juga menunjukkan infeksi omicron dapat meningkatkan kekebalan terhadap varian delta.

Pasar telah menunjukkan ketahanan dalam beberapa minggu terakhir karena pelaku pasar menimbang varian omicron dan kebijakan moneter yang berpotensi lebih kedat dari the Federal Reserve pada 2022.

“Tahun depan akan membawa normalisasi kondisi ekonomi dan pertumbuhan yang melambat,” kata Michael Yoshikami dari Destination Wealth Management.

Ia menambahkan, pasti akan kembali ke keadaan normal, meski volatilitas akan terus berlanjut. “Inflasi, apa yang terjadi dengan pandemic, dan dalam kebijakan pajak, akan membawa semuanya kembali ke tingkat yang lebih masuk akal,” tutur dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.