Sukses

Bursa Saham Asia Lesu Setelah Varian COVID-19 Omicron Muncul di AS

Bursa saham Asia Pasifik merosot pada Kamis, 2 Desember 2021 ikuti wall street setelah omicron ditemukan di AS.

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan Kamis pagi, (2/12/2021). Hal ini seiring kekhawatiran dampak ekonomi dari varian COVID-19 omicron terus membebani sentimen investor.

Di Jepang, indeks Nikkei 225 melemah 0,82 persen, sedangkan indeks Topix merosot 0,63 persen. Indeks Korea Selatan Kospi susut 0,79 persen. Di Australia, indeks ASX 200 turun 0,6 persen. Australia akan rilis data penjualan dan perdagangan ritel pada Oktober 2021. Demikian mengutip dari laman CNBC, Kamis (2/12/2021).

Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,22 persen. Sementara itu, saham di wall street berbalik arah setelah Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit konfirmasi kasus pertama omicron di AS.

Indeks Dow Jones turun 461,68 poin menjadi 34.022,04. Indeks S&P 500 tergelincir 1,18 persen menjadi 4.513,04. Indeks Nasdaq berkurang 1,83 persen menjadi 15.254.

Indeks dolar AS berada di posisi 96,02, dari posisi awal pekan di 96,5. Yen Jepang diperdagangkan di kisaran 112,85 per dolar AS.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Wall Street Tertekan

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Rabu, 1 Desember 2021. Wall street tertekan setelah Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS mengkonfirmasi kasus pertama omicron di AS.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow  Jones turun 461,68 poin menjadi 34.022,04. Sebelumnya indeks Dow Jones sempat naik lebih dari 520 poin. Indeks S&P 500 merosot hampir 1,2 persen ke posisi 4.513,04. Indeks Nasdaq tergelincir 1,8 persen menjadi 15.254,05 setelah naik 1,8 persen pada awal sesi perdagangan.

Pergerakan wall street pada Rabu pekan ini melanjutkan rentetan volatilitas dari empat sesi terakhir karena munculnya ancaman omicron. Demikian dilansir dari CNBC, Kamis (2/12/2021).

Pembalikan saham terjadi setelah CDC melaporkan kasus pertama varian baru COVID-19 omicron di California, AS. Omicron pertama kali terdeteksi pekan lalu di Afrika Selatan telah dilaporkan setidaknya di 23 negara, menurut World Health Organization (WHO).

Saham perjalanan mencatat performa yang buruk seiring kasus pertama di AS. Saham American Airlines turun hampir 8 persen, Delta Air Lines tergelincir 7,3 persen, dan United Airlines susut 7,5 persen. Saham Boieng merosot 4,8 persen.

Sementara itu, saham Norwegian Cruise Line Holdings dan Karnaval masing-masing merosot 8,8 persen dan 7 persen. Saham Wynn Resorts turun 6,1 persen dan Hilton Worldwide merosot 3,8 persen.

Saham ritel juga terpukul pada Rabu pekan ini. Saham Nordstrom melemah 5,3 persen. Saham Kohl tergelincir 5,6 persen. Saham Best Buy dan Macy masing-masing turun 4,3 persen dan 4,6 persen. Indeks Russell 2000 merosot 2,3 persen.

3 dari 3 halaman

Respons Analis

”Rasanya seolah-olah pasar bertanya-tanya kapan, bukan apakah akan ada varian baru di negara kita,” ujar National Securities Chief Market Strategist Art Hogan.

Namun, dia belum khawatir tentang dampak pasar dari omicron. “Saya pikir kita berada di tempat sekarang di mana kita memahami ada dampak yang berkurang dengan gelombang baru dan varian baru dengan virus ini,” ujar Hogan.

Steve Masscocca dari Wedbush Securities menambahkan, sejumlah aksi jual terkait dengan tax-loss selling dan itu akan terus berlanjut. “Saya pikir itu adalah tax-loss selling. Saya pikir banyak saham akan menjadi lebih tertekan karena individu mengambil tax losses karena memiliki begitu banyak keuntungan di tempat lain,” tutur dia.

Ancaman baru terhadap pemulihan dari pandemi COVID-19 yang menyebabkan sejumlah larangan bepergian diintesifkan oleh the Federal Reserve yang mempertimbangkan untuk keluar lebih cepat dari yang direncanakan dari kebijakan moneternya.

Sementara itu, imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun naik sembilan poin menjadi 1,5 persen pada awal sesi perdagangan Rabu pekan ini. Akan tetapi, imbal hasil obligasi AS turun menjadi 1,41 persen.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.