Sukses

Mengenal Penyakit Kleptomania, Gejala, hingga Cara Penanganannya

Gejala utama kleptomania adalah dorongan kuat untuk mencuri, yang biasanya diikuti oleh perasaan tegang atau cemas sebelum melakukan pencurian

Liputan6.com, Jakarta - Penyakit kleptomania atau klepto adalah gangguan psikologis yang ditandai dengan dorongan tak terkendali untuk mengambil barang orang lain meskipun seringkali tidak memiliki nilai atau tidak diperlukan oleh pelakunya.

Orang dengan kleptomania mencuri bukan karena motif ekonomi atau untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Namun, lebih karena dorongan yang tak tertahankan yang muncul secara berulang-ulang.

Dirangkum dari berbagai sumber, penyakit ini tergolong sebagai gangguan kontrol impuls, di mana penderitanya tidak mampu mengendalikan keinginan atau tindakan yang bisa merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Kleptomania seringkali muncul pertama kali pada masa remaja atau dewasa muda, meskipun bisa juga terjadi di usia berapa pun.

Gejala utama kleptomania adalah dorongan kuat untuk mencuri, yang biasanya diikuti oleh perasaan tegang atau cemas sebelum melakukan pencurian, dan perasaan lega atau puas setelahnya.

Pencurian ini biasanya tidak direncanakan, dan barang-barang yang dicuri sering kali tidak berguna bagi si pelaku. Meskipun penderitanya menyadari bahwa tindakan mencuri adalah salah dan bisa menimbulkan konsekuensi hukum, dorongan untuk mencuri tetap sulit untuk diabaikan.

Penyebab kleptomania belum sepenuhnya dipahami, tetapi ada beberapa faktor yang diyakini berperan. Faktor genetik mungkin berkontribusi, karena kleptomania cenderung lebih umum terjadi pada orang yang memiliki riwayat keluarga dengan gangguan kontrol impuls atau gangguan mental lainnya, seperti gangguan mood atau kecemasan.

Selain itu, faktor lingkungan dan biologis, seperti ketidakseimbangan zat kimia di otak, juga dapat memengaruhi. Beberapa teori juga mengaitkan kleptomania dengan gangguan sistem saraf pusat yang memengaruhi regulasi emosi dan perilaku.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Upaya Edukasi

Penanganan kleptomania melibatkan pendekatan psikologis dan medis. Terapi perilaku kognitif (CBT) adalah salah satu metode yang paling umum digunakan, yang bertujuan untuk membantu pasien mengenali dan mengubah pola pikir serta perilaku yang bermasalah.

Selain itu, terapi obat juga bisa digunakan, terutama untuk mengatasi gejala yang berkaitan dengan kecemasan atau depresi yang sering menyertai kleptomania. Obat-obatan seperti inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI) terkadang diresepkan untuk membantu mengendalikan dorongan mencuri.

Penting bagi orang dengan kleptomania untuk mendapatkan dukungan dari keluarga dan teman-teman, karena stigma sosial dan rasa malu seringkali membuat mereka enggan mencari bantuan.

Pemahaman dan dukungan dari lingkungan sekitar dapat sangat membantu proses penyembuhan. Selain itu, kesadaran masyarakat tentang kleptomania sebagai gangguan medis dapat mengurangi stigma dan meningkatkan akses ke perawatan yang efektif.

Meskipun tantangan yang dihadapi oleh penderitanya cukup besar, dengan diagnosis yang tepat dan dukungan yang memadai, penderita kleptomania dapat belajar mengendalikan dorongan mencuri dan menjalani kehidupan yang lebih sehat dan produktif.

Upaya edukasi masyarakat mengenai gangguan ini juga penting untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung.

Penulis: Belvana Fasya Saad

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.