Sukses

Perkuat Infrastruktur Air, Program Hansip Cai Digagas Pemerintah Jabar

Jabar sedang dihadapkan dengan tantangan dalam penyediaan air bersih, pengendalian banjir, irigasi pertanian, dan penyediaan air minum yang merata bagi seluruh masyarakat.

Liputan6.com, Bandung - Pemerintah Jawa Barat (Jabar) tengah menggagas program Hansip Cai (Tahan dan Simpan Cadangan Air) dengan membangun banyak sumur resapan.

Tujuannya memperbesar masuknya air ke dalam tanah. Dengan begitu, air akan lebih banyak masuk ke tanah dan sedikit yang mengalir di permukaan.

"Semua program dijalankan dengan melibatkan kolaborasi pentahelix, karena menghadapi krisis, kolaborasi lintas sektoral dan wilayah menjadi kunci. Kami terbuka untuk kerja sama dengan siapapun untuk bertukar pengetahuan dan pengalaman dalam menghadapi tantangan," ujar Bey dalam siaran medianya ditulis Bandung, Sabtu, 23 Maret 2024.

Bey mengaku Provinsi Jabar sedang dihadapkan dengan tantangan dalam penyediaan air bersih, pengendalian banjir, irigasi pertanian, dan penyediaan air minum yang merata bagi seluruh masyarakat.

Bey mengatakan pihaknya akan terus berkomitmen menjaga keberlangsungan sumber daya air dan mengatasi krisis iklim melalui kolaborasi dan inovasi.

"Saya tegaskan Jabar terus berkomitmen membangun infrastruktur air dalam rangka menjaga keberlangsungan sumber daya air dan mengatasi krisis iklim melalui kolaborasi, inovasi. Saya yakin dapat mengatasi tantangan ini dan meninggalkan warisan yang berkelanjutan bagi generasi mendatang," kata Bey.

Bey menganggap dalam konteks krisis perubahan iklim, dalam penyediaan air bersih, pengendalian banjir, irigasi pertanian, dan penyediaan air minum menjadi lebih rumit.

"Perubahan iklim telah membawa dampak signifikan terhadap siklus hidrologi yang mengakibatkan pola hujan tidak teratur, kekeringan berkepanjangan, dan peningkatan intensitas bencana alam," ucap Bey.

Bey menambahkan, tantangan itu menuntut Pemerintah Provinsi Jabar untuk merancang sistem yang tangguh dan adaptif terhadap perubahan lingkungan.

Karenanya, Pemerintah Provinsi Jabar melakukan langkah strategis yaitu memperkuat program pembangunan infrastruktur air.

"Fokusnya pada peningkatan akses air bersih dan sanitasi, normalisasi DAS dan rehabilitasi waduk, serta pengembangan sistem irigasi yang efisien," sebut Bey.

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Dirjen SDA Ingatkan Pentingnya Mengelola Air dengan Baik

Mencuplik kanal Health Liputan6, berkaitan dengan peringatan Hari Air Sedunia pada 22 Maret, Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan dan Perumahan Rakyat Bob Arthur Lombogia mengatakan penting untuk mengelola sumber daya air secara bersama-sama karena air berperan sangat penting dalam kehidupan manusia.

"Oleh sebab itu pengelolaan sumber daya air adalah merupakan suatu hal yang sangat penting yang harus kita lakukan secara bersama-sama agar supaya air dapat terjaga, baik dari sisi kuantitas, kualitas, maupun kontinuitas daripada air itu sendiri untuk kehidupan kita, manusia," ujar Dirjen SDA KemenPUPR Bob Arthur di Jakarta, Jumat, 22 Maret 2024.

Bob Arthur juga mengingatkan bahwa Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau yang dipersatukan oleh air sehingga sudah seyogianya jika sumber daya air di Tanah Air dikelola dengan baik.

"Dalam pengelolaannya, sumber daya air hendaknya kita kelola dengan baik agar supaya masyarakat dapat merasakan bahwa air dikelola dan dirasakan secara adil dan baik oleh seluruh masyarakat sehingga air tersebut tidak menyebabkan conflict of interest bagi masyarakat yang ada di negara kita," tuturnya.

Pada peringatan Hari Air Sedunia tahun ini, UN-Water yang merupakan bagian dari Perserikatan Bangsa-Bangsa mengangkat tema 'Air untuk Perdamaian'.

Fokus utama tema ini adalah kompleksitas isu air global yang bisa menciptakan perdamaian atau konflik.

Adanya perubahan iklim dan pertumbuhan populasi dinilai semakin meningkatkan urgensi kerja sama global guna melindungi dan melestarikan sumber daya air.

Tema peringatan Hari Air Sedunia ke-32 ini diharapkan mampu mendorong kolaborasi internasional dalam menghadapi tantangan bersama terkait isu air.

 

3 dari 4 halaman

20 Cekungan Air Tanah di Indonesia Berstatus Rawan hingga Rusak

Dicuplik dari kanal Regional Liputan6, Sebanyak 20 cekungan air tanah di Indonesia berstatus rawan hingga rusak berdasarkan penelitian dari Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan (PAGTL) Badan Geologi Kementerian ESDM.

Cekungan air tanah yang kondisinya rawan dan rusak ini, termasuk dari 421 cekungan air tanah yang terakhir didata oleh otoritas tersebut.

Menurut Kepala Sub Koordinator Air Tanah (PAGTL) Badan Geologi Kementerian ESDM Budi Joko Purnomo, sebagian besar kondisi cekungan air tanah berstatus rawan hingga rusak ini berada di perkotaaan yang banyak terdapat proyek pembangunan.

"Setahu saya dari 421 cekungan air tanah itu yang istilahnya perlu mendapatkan perhatian atau kondisinya sudah ada yang dikatakan rawan, kritis, atau rusak itu sekitar 15 - 20 cekungan air tanah. Ya memang di kota-kota besar seperti Bandung, Jakarta kemudian Semarang, kemudian itu Serang, Tangerang ada. Metro, Kota Bumi di Lampung, Palangka Raya, Banjarmasin di Kalimantan serta Ngawi, Ponorogo," ujar Budi ditulis Bandung, Senin, 6 Juni 2022.

Budi mengatakan untuk wilayah Ngawi dan Ponorogo pemicu kerusakan cekungan air tanah ini terjadi karena penggunaan untuk kawasan irigasi.

Budi menjelaskan khusus di Jawa Barat, lokasi cekungan air tanah yang kini kondisinya kritis atau rusak antara lain cekungan air tanah Bandung-Soreang, Bogor, dan Purwakarta-Bekasi.

Namun, ucap Budi, kondisi cekungan air tanah selebihnya masih dalam keadaan baik. Terutama untuk daerah di luar Pulau Jawa yang masih banyak hutannya.

"Kalau di daerah hulu rata-rata hutannya masih ada, kalau di daerah Jawa hutannya sudah habis. Seperti contoh di Kabupaten Bandung Barat, memang sudah ada regulasinya ada rasio terbangun 30 persen tapi praktiknya seperti apa ? Tidak tahu persis," kata Budi.

Terpenting, sebut Budi, apa pun kegiatannya pasokan air tanah yang masuk di kawasan hutan atau gunung (hulu) tersebut berkurang. Sementara, di daerah lembahnya atau pengambilan air tanah diambil secara serampangan.

 

4 dari 4 halaman

Butuh Puluhan Tahun Agar Pulih

Masyarakat umum pun diimbau agar berhemat saat menggunakan air. Setiap halaman rumah diminta agar tetap menyediakan area tanah sebagai resapan air.

"Sementara untuk kalangan industri, ikut berpartisipasi dalam menjaga konservasi air tanah. Misalnya dengan membuat sumur resapan atau sumur imbuhan untuk mengimbangi sekian meter per detik yang mereka ambil, ada juga mereka imbuhkan kembali ke dalam air tanah," jelas Budi.

Alasannya, ungkap Budi, proses ketersediaan air tanah ini cukup lama meski kerap turun hujan. Dibutuhkan waktu puluhan tahun agar ketersediaan air tanah kembali ke posisi ideal.

Budi menerangkan air hujan yang jatuh ke tanah, diserap ke wilayah hulu atau dataran selama satu hingga dua tahunan. Untuk itu kapasitas wilayah resapan di daerah imbuhan harus terjaga.

"Jadi air hujan itu tidak banyak diserap malah jadi air limpasan yang sering menjadi banjir dan tanah longsor. Dan itu sebanyak mungkin harus diresapkan ke air, sehingga mengimbuh air tanah. Itu prosesnya lama, terutama tanah dalam," ucap Budi.

Budi melanjutkan, beda halnya dengan air yang diserap oleh tanah dangkal. Hal itu dapat berproses secara langsung, terutama di daerah vulkanik atau gunung api atau volume air di sumur gali masyarakat naik.

Namun, untuk resapan air di tanah bagian dalam yang diambil oleh industri atau irigasi pertanian, Budi menambahkan butuh waktu yang lama untuk mengimbuhnya.

Cekungan air tanah (CAT) ini merupakan daerah resapan air yang acapkali dialihfungsikan. Sehingga cadangan air tanah yang ada di beberapa daerah di Indonesia mulai berkurang.

Kurangnya persediaan air tanah ini karena tidak terserap dengan baik karena kondisi tanah yang sudah berubah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.