Sukses

Bayi Kembar Siam ke-12 di RS Hasan Sadikin Bandung Berhasil Dipisahkan

Tim dokter Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung berhasil memisahkan pasien bayi kembar siam ke-12 dari total 27 pasien serupa.

Liputan6.com, Bandung - Tim dokter Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung berhasil memisahkan pasien bayi kembar siam ke-12 dari total 27 pasien serupa yang pernah dirawat rumah sakit milik Kementerian Kesehatan tersebut.

Bayi kembar tersebut berasal dari Kabupaten Subang, Jawa Barat, bernama Hasan dan Husein genap berusia 13 bulan pada 23 Oktober 2023.

Menurut Ketua Tim Penanganan Bayi Kembar Siam RSHS Bandung Dikky Drajat, Hasan dan Husein mengalami dempet pada bagian dada dan perut atau dalam istilah medisnya disebut Conjoint Twint Thoraco-omphalopagus.

"Untuk organ dalam dempet pada jaringan liver dan biasanya menempel juga selaput jantung. Tingkat kesulitan yang tinggi ada pada pemisahan jaringan liver. Namun dengan keahlian dan pengalaman yang dimiliki, insyaallah hal ini dapat teratasi," ujar Dikki ditulis Bandung, Rabu (25/10/2023).

Operasi pemisahan itu memakan waktu sekitar 6 hingga 12 jam, meliputi fase rekonstruksi yang sangat sensitif dan pemberian anestesi (pembiusan).

Dikki menyebutkan tim penanganan kembar siam tentunya dari berbagai multidisiplin baik dokter spesialis anestesi, spesialis bedah anak, spesialis bedak thorax, spesialis bedah plastik, spesialis anak, spesialis jiwa, spesialis rehabilitasi medik, radiologi, perawat, petugas farmasi, ahli gizi, dan banyak lagi.

Sementara itu Direktur Utama RSHS, Jimmy Panelewen, meski memiliki tingkat kesulitan yang tinggi dalam pelaksanaan operasi pemisahannya tetapi tim dokter dapat mengatasi segala kendala.

"Operasi kembar siam memiliki tingkat kesulitan yang cukup kompleks, namun dengan kerja sama tim penanganan bayi kembar siam RSHS ini, operasi dapat dilakukan dan diharapkan hasilnya optimal, pasien dapat menjalani proses tumbuh kembang dengan baik," sebut Jimmy.

Jimmy menyampaikan rasa terima kasih yang dalam kepada keluarga Hasan dan Husein, dan juga kepada seluruh masyarakat Indonesia yang sudah mempercayakan pelayanan kesehatannya kepada RSHS.

Jimmy berkeyakninan operasi pemisahan tersebut tidak mungkin terjadi tanpa uluran tangan dari banyak pihak.

"Ini adalah bukti nyata bahwa bersama-sama kita bisa mengatasi tantangan yang tampaknya tak terlampaui. Terima kasih juga disampaikan atas dan dukungan pembiayaan perawatan melalui mitra RSHS, Kitabisa.com," kata Jimmy.

Berikut daftar bayi kembar siam yang berhasil dioperasi oleh RSHS Bandung :

Data pasien kembar siam yang dirawat di RSHS dari tahun 2010- 2023. Total kasus kembar siam 27 kasus

Total pasien kembar siam yang telah dilakukan tindakan operasi sebelum pasien bayi Hasan dan Husein 11 kasus pasien kembar siam. Antara lain :

  1. Wanda dan Wandi tahun 2010
  2. Bayi Ginan tahun 2013
  3. Bima dan Arjuna tahun 2013
  4. Gisya dan Gesya tahun 2016
  5. Devana dan Devani tahun 2014
  6. Ghani dan Malik tahun 2017
  7. Hasna dan Husna tahun 2020
  8. Bayi Ny. Shidiqoh tahun 2021
  9. Zaina dan Zahira tahun 2021
  10. Ayesha dan Aleya tahun 2022
  11. Nur Syafaat tahun 2022

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Conjoint Twint Thoraco-omphalopagus

Dilansir dari laman Eurorad, Conjoint Twin Thoraco-omphalopagus adalah jenis kelainan bawaan yang terjadi ketika dua janin identik tidak terpisah sepenuhnya selama pembuahan dan berkembang menjadi bayi yang terhubung di bagian dada dan perut.

Bayi-bayi ini memiliki sternum, diafragma, dan dinding perut atas yang bersama-sama. Mereka juga memiliki kantung pericardial yang sama dengan jantung yang menyatu, hati yang menyatu, dan lingkaran usus yang sama dengan dua kepala, empat ekstremitas masing-masing, dua gelembung lambung, dua tulang belakang, panggul terpisah, dan saluran kemih.

Kondisi ini memerlukan penanganan medis yang intensif dan operasi pemisahan yang rumit seperti dicuplik dari laman Radiopaedia.

Pemisahan bedah dapat dilakukan pada beberapa kasus, tergantung pada lokasi dan tingkat keparahan penyatuan.

Namun, pemisahan bedah memiliki risiko kematian dan komplikasi yang tinggi, seperti kerusakan organ, infeksi, dan kehilangan darah.

Oleh karena itu, pemisahan bedah harus dilakukan oleh tim medis yang sangat terampil dan berpengalaman dalam menangani kasus-kasus ini.

Sementara menunggu operasi pemisahan, bayi-bayi ini memerlukan perawatan medis intensif untuk memastikan bahwa mereka tetap sehat dan stabil.

Perawatan medis ini meliputi pengawasan ketat terhadap fungsi organ vital, seperti jantung, paru-paru, hati, dan usus. Bayi-bayi ini juga memerlukan dukungan nutrisi yang tepat untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan mereka.

Tidak ada data yang akurat tentang jumlah kasus Conjoint Twin Thoraco-omphalopagus di seluruh dunia.

Namun, kelainan ini sangat jarang terjadi, dengan insiden sekitar 1,5 kasus per 100.000 kelahiran hidup.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.