Sukses

Kurangi Sampah Rumah Tangga, Warga Salok Baru Diberikan Pelatihan Pembuatan Eco Enzyme dan Kompos

Permasalah sampah di Kota Balikpapan sangat pelik, produksi sampah yang besar setiap harinya menjadi PR bagi semua pihak. Untuk itu salah satu caranya dengan mengolah kembali limbah sampah khususnya sampah rumah tangga untuk dijadikan bahan yang berguna untuk kebutuhan sehari-hari.

Liputan6.com, Balikpapan - Sampah masih menjadi persoalan yang pelik di Kota Balikpapan. Bayangkan saja setiap harinya 420 ton sampah yang dihasilkan oleh warga Kota Balikpapan, bahkan 70 persen di antaranya berasal dari sampah rumah tangga. Untuk itu berbagai upaya dilakukan untuk menekan produksi sampah.

Saat ini, salah satu upaya yang dilakukan dengan memberikan edukasi terhadap warga untuk mengelola sampah rumah tangga di masing-masing rumah. Salah satunya dengan pemilihan sampah organik dan nonorganik serta menjadikannya kompos.

Hal ini yang dilakukan oleh Bank Sampah Salok Baru Kelurahan Kariangau, Balikpapan Barat. Berkolaborasi dengan empat perusahaan yakni PT Interport, PT Balikpapan Environmental Services (BES), PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) UBJOM Kaltim Teluk dan APICAL GROUP pelatihan pemilahan sampah dan pembuatan kompos dari sampah rumah tangga digelar pada Kamis (8/9/2022) pagi.

Berlokasi di aula SMP Negeri 21 Balikpapan Barat, kegiatan yang menghadirkan Ketua Bank Sampah Kota Hijau Balikpapan itu diikuti 30 perwakilan warga dari tiga RT di Kariangau yakni RT 8, 9 dan 15.

Ketua Bank Sampah Salok Baru, Colleng mengungkapkan tidak adanya petugas pengangkutan sampah dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) yang masuk ke wilayah Salok Baru ini membuat pihaknya harus berpikir keras terhadap pengelolaan sampah rumah tangga. Selama ini, sampah-sampah rumah tangga warga ada yang dibuang ke tempat sampah perusahaan bagi yang bekerja di perusahaan dan ada pula yang mengubur di samping rumah.

"Diadakannya pelatihan ini melanjutkan program yang dikelola oleh beberapa perusahaan, yang saat ini men-support kita di RT 8, 9 dan 15 di mana menyetujui diadakannya pelatihan pengolahan sampah yakni kompos, dengan adanya pelatihan ini kita bisa mandiri, dan supaya bisa mengurangi sampah yang ada di lingkungan kita," ungkap Colleng.

Apalagi, beberapa kali pihaknya mengajukan pengangkutan sampah ke dinas terkait, namun belum bisa dikabulkan lantaran kurangnya armada dan tenaga, serta jauhnya lokasi pengangkutan sampah yang berada di ujung Balikpapan Barat.

“Sudah pernah koordinasi jawabannya jauh dan armada sudah tua, jadi tidak pernah ada solusi, dari pihak kelurahan juga sudah menyampaikan hal yang sama ke pihak terkait sama saja jawabannya,” sebutnya.

Nantinya, dengan adanya pelatihan ini, sampah-sampah rumah tangga milik warga tidak perlu lagi bingung ke mana membuangnya. Warga bisa memanfaatkan menjadikan ecoenzyme maupun kompos.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Berharap Dapat Kurangi Sampah

Sementara itu, Plt Lurah Kariangau, Sulfadli mengapresiasi kegiatan pelatihan pemilihan sampah dan pembuatan kompos ini. Karena memang diakui masalah sampah di Kota Balikpapan sangat memprihatinkan.

“Kegiatan seperti ini dapat mendorong dan dapat memberikan dampak pengurangan sampah di TPS (Tempat Pembuangan Sampah),” ujarnya.

Diakui, daerah di tiga RT di Kariangau ini tidak dilalui jalur pengangkutan sampah dari DLH. Trayek yang terlalu jauh ditambah kurangnya armada menjadi alasan sehingga sampah di sana tidak dapat terangkut.

“Saya berharap, Bank Sampah Salok Baru ini bisa diaktifkan lagi dan kegiatan ini bisa mencakup lebih banyak lagi masyarakat, sosialisasi ini diharapkan dapat terus berlanjut sehingga ini dapat mengurangi timbunan sampah di tiga RT ini,” pungkasnya.

Dalam pelaksanaan pelatihan Ketua Bank Sampah Kota Hijau Balikpapan, Abdul Rahman memberikan pelatihan cara membuat eco enzyme dan kompos.

Di mana dengan limbah-limbah rumah tangga seperti kulit buah-buahan dan sisa sayuran yang belum di masak difermentasi menggunakan gula dan air, kemudian diendapkan selama tiga bulan.

Pasca pelatihan, kolaborasi CSR PT. INTERPORT, APICAL GROUP, PT. BES dan PT. PJB akan memberikan stimulan kepada peserta pelatihan berupa sarana pembuatan kompos dengan volume 200 liter. Dengan stimulan ini diharapkan para peserta bisa praktik membuat kompos dan bisa di tiru warga yang lain.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.