Sukses

Sosok Patriotik Dedi Irawan, Prajurit TNI yang Gugur dalam Kontak Senjata dengan MIT di Poso

Gigi patah dari orang tua Kopda anumerta Dedi Irawan menjadi pertanda prajurit TNI gugur di Poso setelah kontak senjata dengan kelompok MIT Poso.

Liputan6.com, Pekanbaru - Tembakan salvo dari regu penembak mengiringi pemakaman prajurit TNI gugur, Dedi Irawan, di Taman Makam Bahagia Jalan Pattimura Pekanbaru. Pria kelahiran 1991 itu naik pangkatnya satu tingkat dari Praka menjadi Praka Anumerta.

Tangisan pihak keluarga mengiringi pemakaman Kopda Dedi Irawan menjelang Magrib, Selasa, 2 Maret 2021. Prajurit TNI itu diantarkan rekan sejawat ke tempat peristirahatan terakhirnya.

Dedi gugur setelah kontak senjata dengan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT). Praka Dedi sudah tiga bulan bertugas di Poso, Sulawesi Tenggara, sebagai prajurit Koopsus TNI.

Abang Dedi bernama Heru menyebut tidak ada firasat dari keluarga menjelang kabar duka yang diterima pada Senin malam, 1 Maret 2021. Pasalnya, pada pagi hari, Dedi masih berkomunikasi dengan keluarga.

"Cuma dari orangtua ada giginya yang patah satu, tapi enggak firasat," kata Heru.

Selama menjadi prajurit TNI, Heru menyebut adiknya itu tidak pernah berkeluh kesah. Setiap tugas yang diberikan, meskipun harus berpisah dari anak, istri, dan orangtua, selalu dijalankan Dedi dengan baik.

"Karena dia anak keempat dari lima saudara yang selalu membanggakan kedua orangtuanya," kata Heru.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Riwayat Hidup

Dedi lahir pada 16 Agustus 1991 di Tanjung Balai. Kedua orangtuanya, ayah bernama Suharman dan ibu Kiswati, kemudian berdomisili di Pekanbaru, tepatnya di kawasan Simpang Tiga, Kecamatan Bukitraya.

Dedi menamatkan pendidikan sekolah Dasar pada 2003. Kemudian melanjutkan pendidikan SMP hingga selesai pada tahun 2006, lalu menamatkan pendidikan SMA pada 2009.

Setelah menyelesaikan pendidikan menengah, Dedi memutuskan bergabung dengan TNI Angkatan Darat dan lulus pada 2011. Selama menjadi prajurit, almarhum menerima penghargaan Setya Lancana 8 Tahun.

Dedi bertugas di Jakarta setelah bergabung dengan Koopsus TNI. Sudah tiga bulan Dedi ditugaskan untuk menumpas kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur di Sulawesi Tenggara.

Tugasnya menjadi prajurit TNI membuat Dedi berkenalan dengan seorang perempuan dari Sragen. Keduanya kemudian menikah dan dianugerahi seorang putri yang kini berusia 2 tahun 2 bulan.

Sebelum pemakaman berlangsung, sang istri terlihat mencium foto almarhum suaminya itu. Sementara, sang anak selalu menangis di pelukan ibunya, seolah tahu ayahnya sudah tidak ada lagi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.