Sukses

Saung Angklung Udjo Terancam Tutup, Pemilik Ungkap Alasannya

Destinasi wisata budaya edukasi Saung Angklung Udjo (SAU) nyaris tutup terdampak pandemi Covid-19.

Liputan6.com, Bandung - Destinasi wisata budaya edukasi Saung Angklung Udjo (SAU) nyaris tutup terdampak pandemi Covid-19. Jika biasanya tamu mancanegara maupun dari berbagai daerah di Indonesia datang silih berganti, kondisinya kini tak seperti demikian.

Hal itu diakui Direktur Utama PT Saung Angklung Udjo Taufik Hidayat Udjo. Selama hampir 10 bulan terakhir aturan pembatasan kegiatan masyarakat yang diberlakukan pemerintah membuat agenda rutin pertunjukkan maupun produksi angklung dihentikan.

"Sangat luar biasa, jadi bisa saya katakan dampak pandemi ini membuat kami sangat sulit untuk melakukan suatu kegiatan yang terkait dengan saung," kata Taufik ditemui di Bandung, Jumat (22/1/2021).

Sebelum adanya pandemi, Saung Angklung Udjo biasa menerima 2.000 tamu/hari. Namun, sampai saat ini, angka kunjungan jeblok.

"Pengunjung yang katakan bisa 2.000 orang per hari, 20 orang per hari saja sudah sulit sekarang," ujarnya.

Taufik menyadari sepinya pengunjung karena kegiatan pertunjukan angklung mengundang massa yang cukup banyak. Sementara berdasarkan aturan, kegiatan dengan mengundang massa yang cukup banyak dilarang.

"Ya kalau enggak ada kegiatan, biaya untuk menggaji karyawan dari mana? Saya memaklumi banget orang ketakutan datang bergerombol kemudian ada regulasi pemerintah. Jadi saya bisa memaklumi kondisi ini di mana kita tidak ada tamu yang berkunjung," ungkapnya.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Banyak Pekerja Dirumahkan

Secara keseluruhan, Saung Angklung Udjo memiliki hampir 1.000 karyawan. Sebanyak 600 di antaranya terikat dengan kontrak kerja. Lantas bagaimana kondisi mereka saat ini?

"Sebagian bekerja di rumah, sebagian bekerja di saung, sebagian ada yang saya fasilitasi untuk berdagang ada yang ikut berkebun. Karena memang gajinya tidak seperti biasanya (pemotongan) untuk menutup operasional," kata Taufik.

Menurut Taufik, beberapa di antara pekerja yang dirumahkan saat ini memiliki aktivitas. "Selepas bikin angklung mereka melakukan aktivitas lainnya. Ada yang berdagang, ada yang berkebun," tuturnya.

Pada Maret lalu, Taufik mengaku masih bisa membayar gaji karyawan. Namun, setelah sembilan bulan berjalan, pemasukan terus menyusut.

"Kalau bulan pertama memang kita tutup seratus persen, waktu itu masih ada tabungan untuk menutupi. Tapi kalau sekarang sudah habis karena sudah mau satu tahun," ujarnya.

Sebagaimana diketahui, hampir seluruh sektor terdampak pandemi Covid-19. Salah satunya sektor pariwisata. Dalam kasus SAU, dari 90 persen tamu yang datang, adalah rombongan anak-anak sekolah dan turis mancanegara.

3 dari 3 halaman

Virtual Tidak Signifikan

Upaya SAU dalam mempertahankan eksistensinya mengedukasi masyarakat melalui angklung sudah dilakukan melakukan konser virtual. Namun hal itu tak berdampak signifikan.

"Saya sih minta doanya dari kawan-kawan siapa tahu ada rezekinya untuk kita tidak tutup," ujar Taufik.

Tak sampai di situ, SAU juga sudah mengirimkan surat ke pemerintah pusat dan daerah meminta audiensi untuk membahas keberlangsungan SAU ke depan.

"Rencana ke depan saya tetap punya optimisme karena berhentinya saung bukan saya sebagai pribadi tetapi juga ada banyak pasukan (karyawan) saya. Saya akan berjuang bagaimana caranya agar bisa hidup," kata Taufik.

"Saya mencoba berbagai upaya seperti menggalang dana melalui anak-anak dengan berbagai aktivitas," cetusnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.