Sukses

Mengintip Endi Pora, ODGJ yang 5 Tahun Hidup di Gua Batu Berteman Sampah

Sejak mengidap gangguan jiwa, Endi hidup berkeliaran di jalanan. Namun, sejak tahun 2010 hingga sekarang, ia hidup di gua mungil tepat di tebing kali Wae Musur dekat kampung Pate Kaca

Liputan6.com, Sikka - Endi Pora (40), warga Kampung Pate Kaca, Desa Bea Ngencung, Kecamatan Rana Mese, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur sudah 10 tahun menderita gangguan jiwa. Selama itu, Endi hidup berkeliaran di jalanan.

Sejak 2010 hingga sekarang, ia hidup di gua mungil tepat di tebing Kali Wae Musur dekat kampung Pate Kaca. Gua berukuran kecil itu kini nyaris penuh terisi dengan berbagai jenis sampah.

Mulai dari sampah plastik, botol pestisida, kaleng hingga kain bekas. Sampah-sampah itu ia taruh di dasar dan digantung di langit-langit gua. Sampah-sampah yang ada itu ia pungut dari pinggir kali Wae Musur.

Di gua penuh sampah itu juga, Endi masak, makan, minum hingga tidur. Ia memasak menggunakan kaleng bekas. Piring makannya juga ia buat dari kaleng bekas, sementara untuk air minum ia menggunakan cedok dan meminum air kali yang tidak steril.

Setiap harinya Endi tidur beralaskan tanah dan debu di dalam gua itu. Endi juga membuat pembatas kecil di pinggir gua agar ketika tidur ia tidak jatuh ke tebing kali. Setiap harinya

Di dekat tempat ia tidur, ada tungku api untuk masak sekalian sebagai penghangat badannya usai mandi. Di gua itu, Endi hidup tanpa penerangan apapun.

 

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Nyaman di Gua

Menurut penuturan warga setempat, ia mendapat bahan makanan dari hasil belas kasihan orang-orang. Terkadang pula, ia bekerja membantu orang, khususnya saat tanam dan panen padi.

Kondisi Endi itu pun mendapat perhatian relawan Kelompok Kasih Insanis (KKI) Manggarai Timur. Mereka pun mengunjungi Endi Pora.

Saat kunjungan itu, relawan membawa periuk, piring dan sendok untuk Endi. Relawan KKI melalui Romo Hermen Sanusi yang juga Kepala SMAK Pancasila Borong, menyerahkan langsung bantuan itu ke Endi. Senyum sumringah tampak dari bibir Endi saat menerima bantuan itu.

Selain memberikan peralatan masak dan makan, relawan juga memberinya uang untuk beli beras. Sejak saat itulah, Endi memasak menggunakan priuk dan makan menggunakan piring dan sendok.

Theodorus Pamput, warga setempat yang biasa mengunjungi gua Endi Porat menuturkan, keluarga Endi sering mengajaknya untuk tinggal di rumah. Tetapi, ia tetap bersikeras ingin menetap di gua kecil itu.

"Baru-baru ini keluarganya jemput dia bawa ke rumah. Ia bertahan di rumah hanya 1 hari. Ia balik ke sini. Katanya, di rumah dan di sini, sama saja," tutur Theodorus kepada media, Sabtu (29/8/2020).

Theodorus mengungkapkan, mungkin karena Endi sudah lama menetap di gua itu, sehingga ia merasa nyaman. Sebagai sesama warga desa, Theodorus mengaku bersyukur relawan KKI Manggarai Timur memperhatikan kondisi Endi Pora.

"Selama ini kami berpikir, tidak akan ada orang yang mau melihat dan peduli dengan penderita gangguan jiwa seperti Endi. Terima kasih para relawan sudah berjuang keras agar Endi sembuh," ungkapnya.

 

3 dari 3 halaman

Menunggu Panti Jiwa Buka

Ia berharap, semoga relawan KKI segera berkoordinasi dengan Pemda Matim untuk mengantar Endi ke panti rehabilitasi jiwa Renceng Mose, Ruteng, Manggarai.

Koordinator Kelompok Kasih Insanis (KKI) Manggarai Timur, Markus Makur, menjelaskan, pihaknya sudah berkoodinasi dengan pihak Keuskupan Ruteng dan Pemda Matim untuk menghantar Endi ke panti Renceng Mose di Ruteng.

Namun, saat ini, kondisi panti Renceng Mose saat ini dalam keadaan penuh. Sehingga belum bisa menerima pasien baru.

"Kita sudah omong langsung di Endi juga. Dia sendiri mau ke panti. Semoga dalam waktu dekat panti bisa kembali menerima pasien baru," jelasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.