Sukses

Usus Pasien Keluar, RS Bahteramas Sultra Bantah Lakukan Malapraktik

 

Liputan6.com, Kendari - Evan (42) terbaring lemas, kondisi pasien kanker usus asal Desa Pewutaa, Kecamatan Angata, Kabupaten Konawe Selatan, itu sungguh memprihatinkan. Usai berobat ke rumah sakit, Senin (9/12/2019), ususnya malah keluar. 

Sebelumnya, 4 Desember 2019, Evan dioperasi ahli bedah khusus RS Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara. Saat dibolehkan keluar rumah sakit, kondisi usus Evan masih keluar dan diberikan tambahan kantung plastik (kolostromi) sebagai penampung pembuangan kotoran.

Kondisi ini tak dapat diterima Evan dan pihak keluarga. Menurutnya, ususnya masih keluar dan belum dijahit kembali, malah hanya diberi tambahan kantung plastik. Kondisi itu sangat mengerikan bagi orang yang melihatnya. Dari situ, Evan dan keluarga merasa ada yang janggal.

Evan menceritakan awal dia masuk ruang operasi rumah sakit. Saat itu, 1 Desember 2019, awal Evan masuk setelah dirujuk dari Puskesmas Motaha, Konawe Selatan.

"Sebelumnya, saya dirawat di rumah sakit di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Namun, setelah pulang ke Konawe Selatan, penyakit saya kambuh awal Desember," ujar pria yang berprofesi sebagai petani itu.

Pada 4 Desember 2019, Evan mulai menjalani operasi lalu dirawat dalam ruang rawat inap. Evan berpikir, masih ada operasi selanjutnya. Ternyata, sekitar 5 hari setelahnya, Evan diperbolehkan pulang ke rumah setelah tim dokter operasi.

"Padahal, usus saya masih keluar. Namun, kata dokter bisa datang 3-5 hari untuk kontrol," kata Evan.

Lantas Evan memilih tinggal di kos-kosan sejauh 100 meter dari rumah sakit. Hal itu dilakukan untuk menghemat biaya perjalanan.

Di tempat kos, Evan kadang harus menahan sakit akibat luka operasi kanker usus. Saat menggerakan badan, Evan mengaku amat kesakitan. Sehingga buang air besar dan kecil pun, dilakukan sambil baring.

Kotorannya ditampung dalam kantong pembuangan yang sudah terhubung dengan usus. Terkait hal ini, Evan dan keluarga sempat bertanya alasan pihak rumah sakit membiarkan ususnya terbuka dan hanya disambung kantung plastik.

Salah seorang kerabatnya, Asmudi, sempat protes. Namunprotesnya tak ditanggapi.

Malah, soal usus yang dibiarkan tanpa dijahit, tidak ada respon perawat. Saat dokter dihubungi, Asmudi mengaku tak mendapatkan penjelasan memuaskan soal kanker usus yang diderita kerabatnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Klarifikasi Rumah Sakit

Direktur RS Bahteramas Sulawesi Tenggara, dr Sjarif Subijakto dikonfirmasi Selasa (10/12/2019) menyatakan, melihat dari kronologi, pasien menderita tumor kanker usus besar. Evan, menurut Sjarif, pernah dirawat di Makassar dengan kemoterapi dan radiasi.

"Kondisi kanker tumor usus besar ini, dipengaruhi karena faktor genetik, pola makan dan gaya hidup," ujarnya memulai penjelasan.

Saat masuk rumah sakit, pasien ditangani dokter bedah bernama Rabiul Awal. Setelah dicek, usus mengalami banyak perlengketan (adhesi) sehingga aliran makanan dari lambung dan usus besar terhambat.

"Karena sebab itulah, pasien kesakitan dan perut kesakitan. Maka saat dokter periksa, dilakukanlah tindakan operasi dan pemberian kantung plastik," katanya.

Tindakan itu, disebut kolostromi. Di mana, usus besar bagian bawah dipotong, kemudian lewat dinding perut usus dikeluarkan agar pasien bisa buang air. Soal bisa atau tidaknya usus dimasukan kembali ke dalam perut, tergantung derajat perlengketan.

Sjarif juga mengatakan, setelah pemeriksaan, dokter berkesimpulan, usus bagian bawah dan sampai anus sudah tak bisa lagi berfungsi baik, sehingga usus harus dipotong dan diberikan sambungan kantung plastik di luar perut jadi kalau mau buang air tinggal keluar saja.

"Tindakan itu merupakan langkah akhir untuk menyelamatkan pasien agar bisa buang air dengan baik," katanya menambahkan.

3 dari 3 halaman

Soal Pasien Dikeluarkan

Direktur Rumah Sakit Bahteramas jjuga membantah soal menelantarkan pasien. Sjarif menjelaskan, sebenarnya bukan proses keluar namun rawat jalan.

"Setelah diobservasi, kondisi tubuh pasien stabil sehingga harus dikontrol," ujarnya.

Agar bisa dikontrol, maka pasien mesti keluar dulu. Biasanya, jika rumah jauh, di sekitar rumah sakit ada kos-kosan.

"Nah, kalau sudah rawat jalan tergantung dokter berapa kali kontrol. Di kampungnya, Konawe Selatan pun ada dokter bedah umum yang bisa mengontrol," ujarnya.

Dia menjelaskan, dengan kondisi pasien yang diamati dokter, seumur hidupnya dia akan membutuhkan kantung plastik. Kantung plastik yang diberikan di luar perut, bertujuan agar pasien bisa bisa buang air besar dengan mudah.

 

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.