Sukses

Mahasiswa Aceh Ciptakan Alat Pendeteksi Lemak Babi

Tiga mahasiswa di Provinsi Aceh merancang alat yang bisa mengidentifikasi halal atau tidaknya suatu makanan.

Liputan6.com, Aceh - Tiga mahasiswa di Provinsi Aceh merancang alat yang bisa mengidentifikasi halal atau tidaknya suatu makanan. Alat ini diklaim mampu mengenali makanan yang mengandung lemak babi.

Prototipe yang yang dirancang oleh tiga mahasiswa dari Universitas Samudera (Unsam) Kota Langsa itu memanfaatkan instrumen elektronik bernama E-Nose atau electronic nose. E-Nose meniru konsep kerja hidung manusia, memiliki reseptor yang mampu mengenali karakteristik suatu aroma.

E-Nose dibangun atas larik sensor gas yang dikenal dengan sistem olfaktori (indera penciuman) elektronik, berupa sinyal yang diubah menjadi sebuah pola yang mewakili masing-masing aroma. Penciuman bionik ini juga dapat dikombinasikan dengan Jaringan Syaraf Tiruan (JST).

Teknologi E-Nose telah menjadi perhatian sejumlah peneliti dalam beberapa tahun terakhir. Seorang peneliti pernah merancang E-Nose berbasis Bidirectional Associative Memory (BAM) yang mampu membedakan daging sapi dengan daging lainnya.

Namun, di tangan Muammar Khadafi, Saparudin dan Hijrahanisa, E-Nose mampu membedakan apakah suatu makanan mengandung lemak babi atau tidak. Mereka memanfaatkan kombinasi E-Nose dengan JST Backpropagation berbasis Arduino Nano.

"Sampel yang digunakan, daging babi, lemak, dan minyak babi yang digunakan untuk menggoreng kerupuk. Perangkat protitipenya itu sensor gas sama arduino kemudian disambungkan ke komputer dengan bantuan perangkat lunak lain," jelas Saparudin kepada Liputan6.com, Selasa malam (3/6/2019).

Menurut mahasiswa Prodi Fisika itu, ada atau tidaknya kandungan lemak babi akan diketahui ketika sensor gas didekatkan ke objek. Sensor gas akan menunjukkan data berupa besaran angka tertentu.

"Jadi, ketika suatu makanan mengandung lemak babi, akan keluar nilai-nilai. Misalnya di sensor 1, nilainya 30 atau pun 100 ketika ada babi, ketika tidak, nilainya tidak sekian," jelasnya.

Alat yang memakai sensor gas tipe MQ yang meliputi MQ-135, MQ-2, MQ-3, MQ-4, MQ-5 dan MQ-6 ini diklaim mampu bekerja cepat dengan tingkat akurasi yang cukup tinggi. Cara mengoperasikannya juga tidak rumit sehingga mudah digunakan oleh masyarakat.

"Bisa dimanfaatkan untuk menghindari makanan yang haram bagi umat muslim," katanya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Terdaftar sebagai Hak Paten

Alat yang dirancang Saparudin dan dua rekannya telah tercatat dalam lis Kementrian Hukum dan HAM RI sebagai kekayaan intelektual pada 14 Juni lalu. Ciptaan mereka masuk dalam jenis program komputer bernama 'E-Nose sistem pendeteksi makanan'.

Ketiganya pun memenangkan hibah Kementerian Riset Teknologi, dan Pendidikan Tinggi dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Bidang Karya Cipta. Selama riset, mereka dibimbing oleh seorang dosen bernama Rachmad Almi Putra.

"Karena kebetulan sudah mau lulus, sudah semester 8. Untuk sekarang kami cuma fokus ke situ saja. Cuma ambil data saja. Hasil nilai-nilai mengandung lemak babi atau tidak itu hanya sampai ke jurnal saja. Tahap untuk tingkat akurasinya ditingkatkan, belum ada," Saparudin memungkasi. 

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.