Sukses

Drama Evakuasi Santri Pendaki di Bibir Jurang Gunung Slamet

Ia terjatuh di jurang Gunung Slamet ketika turun dan masih berada di kawasan puncak.

Liputan6.com, Purwokerto - Idiom ini populer di kalangan pendaki gunung, bunyinya kurang lebih, ‘puncak gunung bukanlah akhir pencapaian dan rumah adalah tujuan akhir perjalanan’.

Barangkali, ujaran ini mestinya menjadi prinsip para pendaki muda usia yang minim pengalaman. Pasalnya, kerap kali mereka hilang kewaspadaan saat turun dari puncak usai 'menaklukkan' sebuah puncak gunung.

Inilah yang terjadi pada Safiq Fadilah (15), santri Pondok Pesantren Nurul Huda, Kutasari, Purbalingga, yang mendaki Gunung Slamet bersama enam rekannya. Ia terjatuh di jurang Gunung Slamet ketika turun dan masih berada di kawasan puncak.

Kawasan ini menjadi titik lelah yang berbahaya. Medan curam berbatu menjadi ancaman bagi pendaki. Pun dengan jurang menganga yang sewaktu-waktu bisa menelan pendaki yang tak waspada.

Pengelola Pos Pendakian Gunung Slamet jalur Bambangan, Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, Slamet Ardiyansah mengatakan, Fadhilah dilaporkan terjatuh jurang yang berada di ketinggian 3.300 mdpl, Rabu pagi.

Sebelumnya, korban dan rombongan berangkat mendaki Gunung Slamet pada Selasa, 25 September pukul 13.00 WIB. Rombongan tersebut berhasil mencapai puncak Gunung Slamet pada Rabu (26/9/2018), pukul 05.00 WIB.

Kemudian, mereka turun dari puncak pada pukul 07.30 WIB. Keterangan dari beberapa pendaki lainnya, Fadhilah dan rombongannya berjalan cepat atau malah setengah berlari.

Menurut Slamet, ini adalah tindakan gegabah ketika turun dari puncak gunung Slamet. Pasalnya, sering kali pendaki tak bisa mengontrol laju dan kecepatan langkah kaki dalam kondisi turunan terjal.

"Saat ditanya, bilangnya tidak berlari. Tapi pendaki dari rombongan pendaki lainnya, seperti yang Boyolali, mereka setengah berlari," ucap Slamet, kepada Liputan6.com, Kamis siang, 27 September 2018.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Medan Berat Evakuasi

Lantaran tak ada yang bisa menolong, rekan Fadhilah pun turun ke Pos Bambangan dan baru tiba sekitar pukul 12.00 WIB. Normalnya, pendaki membutuhkan waktu sekitar sembilan jam untuk mencapai ketinggian ini dari Basecamp Bambangan, Kutabawa, Purbalingga.

Pos Bambangan pun segera memberangkatkan 10 anggota Tim SAR ke lokasi sekitar pukul 13.00 WIB. Dalam waktu empat jam, anggota SAR sudah mencapai lokasi atau sekitar pukul 17.00 WIB.

Menurut Slamet, Fadhilah cukup beruntung. Ia tak terjatuh langsung ke jurang ratusan meter yang juga berada di lokasi yang sama.

Meski hanya tujuh meter. Namun, ternyata evakuasi tak semudah yang dibayangkan. Sebab itu lah, tak ada pendaki lain yang berhasil mengevakuasi korban.

"Evakuasi vertikal. Oleh rescue kita," ucapnya.

Usai evakuasi, korban pun langsung dibawa turun ke Pos Bambangan. Perjalanan panjang pun dimulai. Fadhilah ditandu secara bergantian.

Lantaran jauhnya tempat kejadian, korban baru tiba di Pos Bambangan pada Rabu malam, sekitar pukul 20.00 WIB. Korban lantas dilarikan ke Puskesmas Karangreja.

Luka yang diderita Fadhilah cukup parah dan oleh tim dokter Fadhilah dirujuk ke RS Siaga Medika. Ada satu luka yang terlihat parah di bagian samping kepala.

Kemungkinan besar, kepala korban terantuk bebatuan saat terjatuh ke jurang berkedalaman tujuh meter itu. Dirawat dan ada juga tim dokter di situ. Setelah itu, langsung dirujuk ke RS Siaga Medika.

Saat ini, dari informasi yang diperoleh Slamet, korban masih dirawat. Berdasarkan pemeriksaan terakhir, korban tak mengalami patah tulang.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.