Sukses

Ari Malibu Pelantun Hujan Bulan Juni Wafat di Pertengahan Juni

Puisi 'Hujan Bulan Juni' karya Sapardi Djoko Damono dimusikalisasi oleh musikus senior Ari Malibu dan Reda Gaudiamo (AriReda).

Liputan6.com, Jakarta - Tak ada yang lebih tabah, dari hujan bulan Juni, dirahasiakannya rintik rindunya, kepada pohon berbunga itu.

Bait lagu itu tidak asing lagi bagi pencinta sastra di Tanah Air. Bagian dari bait puisi berjudul "Hujan Bulan Juni" karya Sapardi Djoko Damono yang dimusikalisasi-puisikan oleh Ari Malibu dan Reda Gaudiamo (AriReda) hingga terkenal.

Puisi tentang penantian seseorang kepada yang dicintai itu, begitu memukau saat dinyanyikan oleh musikus yang biasa menyanyikan tembang folk dan balada AriReda.

Hingga tidak bosan-bosannya untuk mendengarkan bait demi baitnya. Dengan suara khasnya dari Reda ditemani petikan gitar nan ciamik dari Ari Malibu, mampu menyihir penikmatnya olah suara dan olah rasanya itu.

Seperti dilansir Antara, di bulan Juni ini juga atau tepatnya di malam Lebaran 2018, Kamis 14 Juni 2918, Ari Malibu mengembuskan napas terakhirnya setelah beberapa bulan berjuang melawan penyakit kanker. Tepatnya pada pukul 20.25 WIB di Rumah Sakit (RS) Kramat 128 pukul 20.25 WIB, Ari Malibu menutup usia.

Ari meninggal pada usia 57 tahun seperti diungkapkan rekan duetnya, Reda Gaudiamo, melalui Instagram. Penyanyi yang lahir di Makassar itu akan dimakamkan di TPU Tanah Kusir Atas usai salat Jumat ini.

"Ari Malibu telah menyelesaikan perjalanannya," tulis Reda yang berduet dengan Ari dalam musikalisasi puisi Sapardi Djoko Damono.

"Di malam penuh takbir, dikelilingi keluarga dan sahabat, ia menutup mata. Pulang ke rumah penciptanya. Lepas sudah semua sakit yang menyiksa selama ini. So long, true fighter," tulis Reda.

Antaranews.com pada 24 Januari 2016 dalam beritanya Ziarah Rasa Bersama Frau, AriReda membuka konser tersebut mengingatkan pada gaya jawara folk song, Simon&Garfunkle, membawakan lima nomor musikalisasi puisi.

Tiga di antaranya karya Sapardi Djoko Damono yakni "Pada Suatu Hari Nanti", "Kartu Pos Bergambar Jembatan Golden Gate San Fransisco", dan "Hujan Bulan Juni" serta "Kupu-Kupu" gubahan Mozasa dan puisi Toto Sudartono, "Gadis Peminta".

AriReda terbentuk pada 1982, saat itu mereka sering menyanyikan tembang-tembang John Denver seperti Fly Away, serta Simon&Garfunkel, hingga pada 1987. Keduanya diajak terlibat dalam proyek apresiasi seni yang diprakarsai oleh Fuad Hassan yang saat itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Tujuannya untuk membantu publik lewat lagu hingga mereka dikenal sering membawakan tembang-tembang dari puisi Sapardi Djoko Damono.

Untuk membantu pengobatan penyakitnya Ari Malibu, sejumlah seniman seperti Reda, Syaharani, Oppie Andarista, dan Sha Ine Febrianti, tampil dalam konser amal untuk Ari di Bentara Budaya, Jakarta pada akhir Mei 2018. Konser itu untuk membantu pengobatan penyakit kanker yang telah menggerogoti fisiknya sejak beberapa bulan lalu.

Ari Malibu awal karier musiknya saat bergabung dengan vokal grup asal Kota Bandung, Pahama yang merupakan akronim dari nama belakang para personelnya, yakni, Raymond Pattirane, Jefferey Pattirane, Denny Hatami, Bram Manusama, I Ketut Riwin, Dianne Carruthers, dan Ary Malibu.

Pada 1976, grup yang bergaya musik folk/pop sempat menjadi juara nasional Bintang Radio dan TV saat membawakan lagu "Pergi untuk Kembali" karya Minggoes Tahitu dan satu lagu rakyat Maluku "Waktu Hujan Sore-Sore".

Musikalisasi puisi Sapardi Djoko Damono itu dimulai pada 1988, kemudikan puisi "Aku Ingin" diaransemen ulang oleh Dwiki Dharmawan dan menjadi bagian dari "Soundtrack Cinta dalam Sepotong Roti" (1991), dibawakan oleh Ratna Octaviani.

Selanjutnya, album "Hujan Bulan Juni" (1989) muncul, selanjutnya pada 1996 muncul album "Hujan Dalam Komposisi".

Musikalisasi puisi "Pada Suatu Hari Nanti" dari Sapardi Djoko Damono memiliki magis tersendiri jika mengasah rasa dari bait demi baitnya.

Pada suatu hari nanti jasadku tak akan ada lagi tapi dalam bait-bait sajak ini kau tak akan kurelakan sendiri

pada suatu hari nanti suaraku tak terdengar lagi tapi di antara larik-larik sajak ini kau akan tetap kusiasati

pada suatu hari nanti impianku pun tak dikenal lagi namun di sela-sela huruf sajak ini kau tak akan letih-letihnya kucari

Mengutip Reda Gaudiamo melalui instagramnya, "Pulang ke rumah penciptanya. Lepas sudah semua sakit yang menyiksa selama ini. So long, true fighter."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini