Sukses

Jasad Diduga Bocah Angelika yang Hilang Ditemukan di Semak-semak

Angelika, bocah perempuan 11 tahun menghilang sejak dijemput pria tak dikenal pada dua minggu lalu.

Liputan6.com, Pekanbaru - Sesosok tubuh bocah perempuan ditemukan meninggal dunia di semak-semak di Desa Pasir Putih, Kecamatan Siak, Kabupaten Kampar, Riau. Jenazah bocah yang kondisi tubuhnya tidak wajar itu diduga adalah Angelika Boru Pardede (11). Namun, kondisi jenazah tidak wajar karena beberapa bagian tubuh hilang.

Kasus itu kini ditangani Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Riau setelah sempat ditangani Polsek Siak Hulu.

"Kasus ini bukan main-main karena menyangkut kekerasan terhadap anak di bawah umur," ucap Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Riau Kombes Rifai Sinambel di Pekanbaru, Senin (28/3/2016).

Rifai menyebutkan Angelika menghilang dari rumahnya sejak 11 Maret 2016. Saksi mata menyebutkan korban dibawa seorang pria yang mengendarai sepeda motor.

Sejak dibawa, Angelika tidak pernah pulang. Tak lama kemudian, warga sekitar dihebohkan dengan penemuan jasad bocah di semak-semak pada 23 Maret 2016.

"Dugaan sementara, jasad itu merupakan Angelika. Untuk memastikannya akan dilakukan tes DNA terlebih dahulu," sebut Rifai.


Dari hasil uji forensik di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Riau, polisi menemukan adanya tanda-tanda kekerasan di tubuh jasad itu.

"Namun belum bisa dipastikan apakah ini adalah Angelika, makanya diperlukan tes DNA dari kedua orangtuanya dan korban," ujar Sinambela.

Kasus itu juga menjadi perhatian Ketua Dewan Komisi Nasional Perlindungan Anak dan Perempuan Seto Mulyadi. Kak Seto bersama pengurus Komnas PPA mendatangi Mapolda Riau. Tujuannya mempertanyakan sejauh mana penanganan kasus ini.

Usai pertemuan, Kak Seto menegaskan penemuan jasad yang diduga Angelika itu merupakan perbuatan sadis.

"Kalau memang benar jasad itu merupakan Angelika, ini sangat sadis. Ini menjadi atensi dari kami supaya diselesaikan oleh kepolisian," sebut Kak Seto.

Menurut Kak Seto, kalau seandainya jasad itu bukan Angelika, bisa saja hal itu sebagai pengalihan dari pelaku penculikan terhadap korban. Pengalihan itu, kata dia, dimaksudkan untuk mengeksploitasi korban dengan cara memperdagangkannya.

Apalagi, kasus penjualan anak sedang marak terjadi di Indonesia. Kak Seto mengaku sudah berkomunikasi dengan kedua orangtua korban yang mengaku kehilangan kontak anaknya sejak 9 Maret 2016.

"Ini masih dalam penyelidikan kepolisian dan menjadi perhatian kami supaya penyidik menyelesaikannya," Kak Seto menegaskan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.