Sukses

Namanya Masuk Radar Cawapres 2019, Begini Respons Din Syamsuddin

Din Syamsuddin menegaskan agar capres dan cawapres tak lagi menggunakan klaim mengantongi dukungan dari ulama untuk menarik perhatian calon pemilih di 2019.

Liputan6.com, Jakarta - Utusan Khusus Presiden RI untuk Dialog dan Kerjasama Antar Agama dan Peradaban (UKP-DKAAP) Din Syamsuddin merasa tersanjung namanya masuk dalam radar calon wakil presiden 2019.

"Alhamdulillah, ada dukungan dalam bentuk permintaan saya untuk jadi apapun juga termasuk jadi cawapres atau bahkan capres, tentu sangat manusiawi kalau saya tersanjung," kata Din, Selasa (10/7/2018).

Namun, Din mengaku sadar diri karena bukan bagian dari partai politik (parpol). "Saya tahu diri bukan orang parpol, sementara yang boleh mencalonkan itu partai atau gabungan parpol," ujar dia.

Din menjelaskan, sekarang kondisi sudah berbeda. Dulu dia memang salah satu petinggi di Partai Golkar dan dekat dengan partai-partai politik. Tapi kini sudah tidak lagi.

"Saya sudah keluar dari partai politik menjadi Pegawai Negeri Sipil," ujar dia.

Jadi, tidak boleh ujuk-ujuk atau kasak-kusuk memasang baliho untuk mempromosikan diri.

"Saya tahu diri saya bukan orang partai politik. Kalau saya sebagai ketua umum mungkin sah. Tapi kalau nggak, janganlah," dia menegaskan.

Tapi, Din menyatakan siap jika memang mendapat amanah sebagai cawapres. "Saya mengukur diri Alhamdulillah, insyaAllah sanggup karena saya punya pengalaman memimpin ormas besar termasuk di MUI, termasuk di organisasi tingkat internasional sebagai presiden tokoh agama se-Asia dan juga dunia dan berbagai lain. Jadi kalau ditanya apakah saya siap sedia, pasti saya jawab normatif siap sedia," tandas dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Nasihat Din

Pada kesempatan ini, Din menegaskan agar calon presiden tak lagi menggunakan klaim mengantongi dukungan dari ulama untuk menarik perhatian calon pemilih.  Sebab, kata dia, hal ini bisa memicu perpecahan.

"Menurut saya hal-hal seperti itu sebaiknya dihindari. Ini menjadi tidak baik bagi kebersamaan umat Islam. Kita jangan terjebak klaim-klaiman yang akhirnya memecah belah di antara kita," papar Din.

Menurut Din, dalam permainan politik klaim-klaiman sering terjadi. Dia pun mengingatkan untuk berhati-hati, apalagi klaim mengatasnamakan umat Islam.

Dia menerangkan, berdasarkan hasil coretannya, dari 200 juta lebih umat Islam Indonesia, hanya setengahnya yang bergabung dengan Ormas Islam. Sementara setengahnya tidak bergabung.

"Jadi ketika sekelompok orang yang mengatasnamakan umat Islam, belum mewakili seluruh umat Islam. Termasuk klaim terhadap ulama," dia menandaskan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.