Sukses

Jawaban Tegas Mahfud saat Disebut Paslon 03 Tidak Diinginkan Rakyat

Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 3, Mahfud Md, menggelar diskusi secara daring melalui akun media twitter (X) pada Senin pagi (26/2/2024).

Liputan6.com, Jakarta Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 3, Mahfud Md, menggelar diskusi secara daring melalui akun media twitter (X) pada Senin pagi (26/2/2024).

Mulanya, Mahfud memberikan pemantik materi soal cara menyelesaikan kekisruhan pemilu 2024. Menurutnya, minimal ada 2 jalur resmi untuk menyelesaikan kekisruhan pemilu 2024.

Pertama, jalur hukum melalui Mahkamah Konstitusi (MK) yang bisa membatalkan hasil pemilu asal ada bukti dan hakim MK berani.

Kedua, jalur politik melalui hak angket di DPR yang tak bisa membatalkan hasil pemilu, tapi bisa menjatuhkan sanksi politik kepada presiden, termasuk impeachment, tergantung pada konfigurasi politiknya.

Jalur hukum bisa ditempuh oleh paslon yang arenanya adalah MK. Jalur politik bisa ditempuh oleh anggota parpol yang arenanya adalah DPR.

"Semua anggota parpol di DPR punya legal standing untuk menuntut dengan angket. Adalah salah mereka yang mengatakan bahwa kisruh pemilu ini tak bisa diselesaikan melalui angket. Bisa, dong," tulis Mahfud Md.

"Saya paslon, tak bisa menempuh jalur politik, namun masuk melalui jalur hukum. Tetapi Mas Ganjar dan Cak Imin bisa langsung melalui dua jalur karena selain paslon mereka juga tokoh parpol. Ayo, siapa yang mau bertanya atau membantah?" sambungnya.

Cuitan dari Mahfud MD pun kemudian mendapat banyak respons dari publik. Salah satunya, merespons ajakan diskusi Mahfud ini dengan menyebut bahwa paslon 03 Ganjar-Mahfud tidak disukai oleh rakyat dengan bukti perolehan suara di pilpres 2024.

"16% adalah nilai buruk, bahwa aktor paslon 03 tidak diinginkan rakyat banyak untuk memimpin Indonesia, menurut pandangan sendiri bahwa kita benar-benar disukai rakyat, bagian itu memang benar tapi tak sebanding dengan jumlah rakyat yang mencintai Prabowo-Gibran. Buktinya saja pemungutan suara ulang di beberapa TPS, Prabowo - Gibran tetap menang telak bahkan yang sebelumnya Ganjar-Mahfud menang sekarang malah berbalik," tulis akun @gea***

Cuitan dari akun tersebut kemudian direspon Mahfud dengan jawaban tegas. Menurutnya, ada bentuk kecurangan tak kasat mata di kontestasi pemilu 2024.

Sehingga, Mahfud menegaskan pemilu harus mencerminkan proses demokrasi yang bermartabat.

"Tapi kecurangan yang kasat mata yang nanti akan dibuktikan di MK tentu lebih buruk lagi, berapa pun angka masifnya. Kita bertekad bahwa demokrasi kita harus bermartabat," jawab Mahfud.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Hasil Real Count KPU 77,06%: Anies-Cak Imin 24,43%, Prabowo-Gibran 58,84%, Ganjar-Mahfud 16,73%

Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU RI) masih terus membarui hasil perhitungan suara atau real count pilpres 2024.

KPU membarui datanya pada pukul 09:00:15 WIB, Senin (26/2/2024) melalui situs resminya, pemilu2024.kpu.go.id dengan progres telah mencapai 77,06%.

Progres tersebut diketahui berdasarkan suara masuk dari 634.407 tempat pemungutan suara (TPS) dari total 823.236 TPS.

Berikut perolehan suara sementara tiga pasangan calon peserta pilpres 2024 dari real count KPU:

Pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 01 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar mendapatkan 24,43% atau 30.945.463 suara.

Pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mendapatkan 58,84% atau 74.550.244 suara.

Pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 03 Ganjar Pranowo-Mahfud Md meraih 16,73% atau 21.194.325 suara.

Sebagai informasi, hasil yang ada baru perolehan sementara yang bersumber dari publikasi Form Model C Hasil yang diunggah ke sistem KPU RI. Hasil penghitungan suara di TPS diunggah dengan tujuan untuk memudahkan akses informasi publik.

Hasil penghitungan suara dilakukan oleh Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS).

Namun nantinya rekapitulasi hasil penghitungan suara dan penetapannya dilakukan secara berjenjang dalam rapat pleno terbuka oleh Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), KPU Kabupaten/Kota, KPU Provinsi, dan KPU berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3 dari 3 halaman

Penyebab Ganjar-Mahfud Kalah Telak di Pilpres 2024

Lembaga survei Indikator Politik Indonesia mengungkapkan penyebab suara pasangan calon presiden-calon wakil presiden nomor urut 03, Ganjar Pranowo-Mahfud Md, jeblok dan menempati urutan ketiga dalam hasil hitung cepat (quick count) pilpres 2024.

Ganjar-Mahfud hanya mendapat 16,46 persen, tertinggal jauh dari paslon nomor urut 01 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Cak Imin) 25,38%, dan paslon urut 02 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka 58,17%.

Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, menyatakan penyebab anjloknya suara Ganjar-Mahfud karena narasi demokrasi antara elite partai dengan basis massa tidak "nyambung'.

"Paling tinggi Prabowo dan Ganjar (yang setuju dengan demokrasi saat ini baik). Jadi pemilih Prabowo dan Ganjar cenderung puas (terhadap demokrasi saat ini). Nah, lagi-lagi, ini menjelaskan paslon nomor 03 underperform," kata Burhanuddin, dalam jumpa pers, Rabu (21/2/2024).

"Kenapa, karena basis pendukungnya tidak nyambung dengan narasi PDIP dan Mas Ganjar yang terlalu memfokuskan demokrasi sebagai civil liberties (kebebasan sipil), kan kritiknya tajam ya," tambahnya.

Kritik tajam dari kubu Ganjar-Mahfud soal kebebasan demokrasi, pelanggaran konstitusi, etika demokrasi, ternyata tidak selaras dengan pendukungnya yang merasa puas dengan demokrasi era Presiden Jokowi mencapai 76,1%, sedangkan tidak setuju 22,9%.

Banyaknya pendukung Ganjar-Mahfud yang merasa puas dengan demokrasi era Jokowi karena melihat dari sisi kemudahan mencari nafkah dan mendapatkan pekerjaan yang baik.

"Tetapi, ditanya basis pendukungnya, mereka puas-puas aja. Jadi memang repot jadi Mas Ganjar ya di pemilu 2024, karena enggak nyambung aspirasi elit dengan massanya," kata Burhanuddin.

Sementara itu, untuk pendukung Prabowo-Gibran yang merasa puas dengan demokrasi era Jokowi mencapai 80,2%, berhasil membawa mereka mendulang suara mayoritas berdasarkan hasil quick count.

"Kalau Pak Prabowo nyambung nih. Jadi, kalau jualan keberlanjutan, jualan demokrasi, baik-baik saja. Ternyata berbeda ya. Menurut kita ada masalah pada periode kedua Presiden Jokowi, tetapi narasi baik-baik saja ternyata diterima sebagian besar pendukung Prabowo-Gibran," ujar Burhanuddin.

Padahal, lanjutnya, terkait kondisi demokrasi yang merasa tidak baik, lebih diterima oleh para pendukung Anies-Muhaimin, dengan meraih persentase tidak puas mencapai 41,8% dan puas 55,9%.

"Kalau Pak Anies ini jualan ketidakpuasan terhadap demokrasi dari sudut pandang kebebasan sipil. Minimal dirasakan 41,8%. Jadi kalau jualan demokrasi sakit ke kalangan pendukung Mas Anies itu punya resonansi," ucap Burhanuddin.

 

Reporter: Alma Fikhasari

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.