Sukses

Tips Aman Berlari sambil Jalankan Puasa Ramadan

Perbedaan pola waktu makan dan minum dapat mendorong sulitnya menjalankan kebiasaan berolahraga selama bulan Ramadan.

Liputan6.com, Jakarta "Ada kesalahpahaman bahwa hidup harus berhenti di bulan Ramadan dan bahwa Muslim harus berhenti berolahraga dan (melakukan) hobi lainnya," kata Haroon Mota, yang berlari 161,5 mil selama Ramadan tahun lalu dan berhasil mengumpulkan £ 55.000 untuk amal. 

Kesalahpahaman tersebut tidak lain karena adanya anggapan bahwa berolahraga dan mempertahankan gaya hidup sehat selama Ramadan akan jadi sulit jika Anda mengalami perubahan pola dalam mempertahankan keseimbangan cairan di dalam tubuh dengan meminum air atau makan.

Melansir dari Harper’s Bazaar, Senin (19/04/2021), berikut tips dari Mota kepada para pelari saat ia meluncurkan kampanye untuk mengajak orang bergerak aktif selama Ramadan.

1. Perhatikan asupan hidrasi

"Penting untuk menjadi bijaksana dan mendengarkan tubuh Anda," jelas Mota. 

"Sangat penting untuk memperhatikan hidrasi meskipun sangat sulit selama puasa standar 18 jam di Inggris. Dengan kurang dari enam jam waktu non-puasa setiap hari, sejak matahari terbenam itu benar-benar perlombaan untuk mengisi bahan bakar, melembabkan, berdoa dan tidur. Saya pikir wajar untuk merasa lebih lapar daripada haus, tetapi saran saya adalah memprioritaskan asupan cairan sejak matahari terbenam," lanjutnya, merujuk kepada tempat ia berdomisili.

"Meskipun disarankan untuk minum dua liter air setiap hari jika Anda berlari di bulan Ramadan, bahkan ada lebih banyak cairan dan elektrolit yang hilang untuk dapat dikompensasi, jadi mungkin ide yang bijaksana (adalah) untuk berlari pada hari-hari alternatif (yang) memungkinkan tubuh untuk melakukan rehidrasi dan pemulihan, lebih baik daripada memaksa tubuh menjadi dehidrasi dan kelelahan."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

2. Cermati asupan makan

Dalam hal makan, Mota menyarankan bahwa "yang terpenting adalah memikirkan kualitas daripada kuantitas makanan". Pastikan Anda mengisi tubuh dengan karbohidrat, sehingga Anda tidak akan kehabisan tenaga keesokan harinya.

Anda dapat memulainya dengan beralih ke banyak gandum dan kacang-kacangan juga kurma dan pisang. Jenis-jenis makanan tersebut akan memberi Anda energi pelepasan yang lambat sepanjang hari dan membuat Anda kenyang lebih lama.

3. Atur waktu terbaik untuk berlari

"Sebaiknya pilih waktu yang paling cocok untuk Anda, daripada hanya mengikuti apa yang dilakukan oleh orang lain," saran Mota. 

"Di Inggris, orang-orang berlari sepanjang hari; dini hari sebelum sarapan, sebelum bekerja, selama istirahat makan siang, tepat setelah bekerja, menjelang matahari terbenam, segera setelah berbuka puasa, atau bahkan pada tengah malam setelah salat malam. Tidak masalah untuk bereksperimen dengan berlari pada waktu yang berbeda, karena sebenarnya tidak ada aturan untuk berlari. Lakukan apa yang berhasil untuk Anda," tambahnya.

4. Pertimbangkan lari tepat sebelum berbuka puasa

Selama menjalankan tantangannya, Mota memilih untuk menyelesaikan larinya di malam hari, sekitar satu jam sebelum matahari terbenam. 

"Ini berarti saya akan menyelesaikan lari saya dan kemudian, dalam beberapa menit, saya akan dapat berbuka puasa dan mulai menghidrasi dan makan. Ini membuatnya menantang karena saya akan berlari di akhir puasa saya ketika saya berada di (titik) yang paling lemah dan paling rentan. Saya ingin tantangan dan ini juga merupakan kesempatan untuk mendorong diri saya keluar dari zona nyaman saya dan juga mempelajari hal-hal baru tentang tubuh saya,” jelasnya.

“Saya bisa berlari pada awal hari ketika saya masih segar dan lebih kuat tetapi itu berarti harus menunggu sepanjang hari untuk dapat minum dan makan lagi. Beberapa orang memilih untuk berolahraga di malam hari setelah berbuka puasa, tetapi itu tidak akan berhasil bagi saya," tambahnya.

3 dari 3 halaman

5. Jangan melampaui batas normal

"Ramadan bukanlah waktu untuk menjadi drastis dan memaksakan diri melampaui batas normal," kata Mota. 

"Ini tidak berarti Anda tidak dapat bekerja keras dan keluar dari zona nyaman Anda. Ini hanya menemukan keseimbangan untuk apa yang berhasil untuk tubuh Anda. Kebanyakan orang cenderung menggunakan bulan ini untuk memperlambat dan menjaga kaki tetap berdetak untuk pemeliharaan kebugaran daripada berpegang pada intensitas dan volume latihan reguler mereka," jelasnya.

Mota merekomendasikan pelari berpegang pada jarak yang lebih mudah saat berpuasa, karena mereka tidak terlalu membebani tubuh. Pada hari-hari di mana Anda tidak ingin keluar untuk berlari, tetap lakukan latihan rumahan yang lebih pendek dan fokus pada membangun kekuatan dan fleksibilitas inti Anda.

6. Ingat pentingnya menjaga normalitas

"Penting untuk menjaga normalitas dan terus melakukan apa yang kita nikmati dan apa yang membuat kita tetap sehat, selama hak dan ritual Ramadan terpenuhi," kata Mota. 

"Saya ingin menantang narasi itu dan itu juga salah satu alasan mengapa saya memilih lari 260 km pada Ramadan lalu. Di balik apa yang saya capai, saya ingin menginspirasi dan mendorong orang untuk tetap aktif selama bulan suci dan percaya bahwa mereka juga dapat melanjutkan latihan kebugaran mereka," pungkasnya.

Mota meluncurkan 'Ramadan Challenge 3.0', dengan lembaga amal, Penny Appeal. Kampanye ini mendorong orang untuk berlari, berjalan, bersepeda, dan jogging selama 30 hari Ramadan. 

"Anda tidak harus menjadi seorang Muslim untuk mengalami seperti apa hari puasa di bulan Ramadan," kata Mota, yang mendesak semua pelari untuk terlibat dan mencoba menjalankan lari sambil puasa di bulan Ramadan.

Reporter: Priscilla Dewi Kirana

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.