Sukses

Jaksa Berharap MA Vonis WN India Terlibat Penipuan Jual Beli Daging Sesuai Tuntutan

Jaksa mengajukan kasasi atas vonis ringan yang diterima WN India Sathya Vrathan Biju dalam kasus penipuan jual beli daging kerbau. Vonis yang diterima Biju jauh lebih rendah dari tuntutan jaksa.

Liputan6.com, Jakarta - Kasus tindak pidana penipuan jual beli daging kerbau yang dilakukan oleh seorang berkewarganegaraan India yang juga Direktur PT Indo Agro Internasional (IAI) Sathya Vrathan Biju, tengah bergulir di tingkat kasasi di Mahkamah Agung (MA).

Jaksa Penuntut Umum (JPU) mengajukan kasasi lantaran tidak puas dengan putusan banding Pengadilan Tinggi DKI Jakarta yang hanya memberikan hukuman penjara 1 tahun terhadap Biju. Padahal, Jaksa menuntut Biju 3 tahun 6 bulan.

"Putusan Pengadilan Tinggi belum memenuhi rasa keadilan. Tuntutan jaksa (kepada terdakwa) tiga tahun enam bulan," ujar Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Utara melalui Kasi Intel Aditya Rakatama dalam keterangannya, Minggu (24/9/2023).

Dalam memori kasasi yang diajukan, JPU menyebut hukuman yang dijatuhkan pada dua tahapan peradilan belum mencerminkan rasa keadilan. Padahal, Majelis Hakim Pengadilan Tinggi DKI Jakarta tegas menyatakan perbuatan WN India ini memenuhi unsur tindak pidana penipuan secara bersama-sama.

Namun, menurut JPU dalam pertimbangannya hakim tidak cermat dan tidak menyelami perasaan hukum dan keadilan dalam masyarakat. Sebaliknya, hakim malah menonjolkan alasan-alasan yang sangat meringankan para terdakwa yang telah menikmati hasil dari kejahatan.

Alasan Jaksa Ajukan Kasasi

Di kesempatan terpisah, Kasipenkum Kejati DKI Ade Sofyansyah mengatakan kasasi ini dilakukan karena putusan banding di bawah dua pertiga tuntutan yang dilayangkan JPU.

"Sehingga berdasarkan SOP, JPU harus melakukan upaya hukum ke tingkatan yang lebih lanjut," kata Ade.

Kemudian, mengenai hal-hal lain terkait kasus penipuan tersebut telah digali pada persidangan. "Terkait materi perkara sudah digali pada tahap pertama persidangan yakni di PN, pada pokoknya JPU menunggu apa yang menjadi hasil pada tahap kasasi ini," Ade menambahkan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Harapan Korban

Sementara, Kuasa Hukum korban PT Arta Global Sukses (AGS) Totok Prasetyanto berharap MA berlaku adil dan memutus dengan bijak proses kasasi tersebut. Terlebih, kliennya merugi hingga Rp 8,9 miliar lebih.

Dia menjabarkan, ada kejanggalan pertimbangan Hakim Pengadilan Tinggi DKI, yang menyebutkan uang dari CV Saebah Karya Beef tidak dinikmati secara pribadi oleh Biju. Kemudian kejanggalan selanjutnya, majelis hakim mengabaikan fakta uang yang masuk ke rekening PT Indo Agro International adalah hasil kejahatan penipuan yang dilakukan secara bersama-sama sejak awal.

Dia menyebutkan, Biju selaku Direktur PT Indo Agro International dan Direktur Utama PT Lulu Group Retail, sudah menghendaki agar PT AGS melakukan pembayaran daging kepada PT Indo Agro International melalui rekening CV Saebah Karya Beef.

Anehnya, setelah CV Saebah Karya Beef menyetorkan ke rekening PT Indo Agro International, dengan mudahnya Biju mengatakan bahwa uang tersebut adalah pembayaran utang dari Yudi Safari.

Karena itu dengan masuknya uang hasil penipuan tersebut, tegas Totok, artinya PT Indo Agro International telah menerima, bahkan mungkin mengelola uang hasil penipuan sebanyak Rp15 miliar dalam menjalankan usahanya.

"Untuk kasus pidana, kami sangat menyayangkan putusan hakim PT DKI dimana terdakwa bersalah namun barang bukti tidak dikembalikan ke korban," ujar Totok.

Ia menyebut, selain proses pidana, pihaknya juga mengajukan gugatan perdata ke PT IAI dan saat ini sedang berlangsung. Totok menjelaskan, kliennya yakni Komisaris PT AGS, Alvin Gunawan Susilo awalnya mempercayai pelaku merupakan pemain daging yang cukup ternama, dan bahkan merupakan pimpinan merek hypermarket ternama di Indonesia. Selain itu, kata Totok, kliennya juga sudah diperlihatkan daging yang akan dibeli olehnya di kawasan pergudangan di Bekasi, Jawa Barat.

"Memang meyakinkan sekali, karena ini menyangkut nama besar Hypermart L, dan juga klien saya sudah melihat daging itu, momennya kan sebelum lebaran 2021, jadi ini sebenarnya untuk kebutuhan Idul Fitri saat itu," kata dia.

 

3 dari 3 halaman

Kronologi Kasus

Kasus ini bermula dari pembelian daging kerbau impor oleh PT Arta Global Sukses (AGS) dari PT Indo Agro International sebanyak 5 kontainer pada April tahun 2021. Pembelian itu berawal dari tawaran seorang perempuan berinisial NSA yang mengaku sebagai agen penjual daging kerbau India milik PT Indo Agro International.

Setelah melihat ketersediaan stok dan melakukan percakapan dengan NSA dan Biju, pada tanggal 9 April 2021 AGS mentransfer Rp8.960.000.000 ke rekening BNI atas nama CV Saebah Karya Beef untuk pembayaran 5 kontainer.

Persoalan selanjutnya timbul ketika uang tersebut disetorkan kembali ke rekening PT Indo Agro International oleh Direktur CV Saebah Karya Beef, Yudi Safari, pada tanggal 12 April 2021, namun daging kerbau yang dibeli tidak kunjung diserahkan kepada AGS. Malahan, Biju beralasan uang tersebut adalah pembayaran utang Yudi.

Singkat cerita, Nur dan Biju dilaporkan ke Bareskrim. Akhirnya Biju dan Yudi ditetapkan sebagai tersangka pelaku dugaan tindak pidana pidana penipuan Pasal 378 KUHP.

Di Pengadilan Negeri Jakarta Utara terungkap bahwa ada perusahaan lain, yaitu PT Karunia Berkat Sejahtera yang juga menjadi korban penipuan dengan modus jual beli daging kerbau India yang dilakukan oleh Biju. Adapun total hasil penipuan tersebut berjumlah Rp15 miliar.

Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara menghukum terdakwa Sathya Vrathan Biju Puzhakkadavil selama dua tahun dan enam bulan. Sementara terdakwa Yudi Safari dihukum satu tahun dan enam bulan.

Saat banding, Majelis Hakim Pengadilan Tinggi DKI Jakarta justru 'menyunat' hukuman Sathya Vrathan Biju Puzhakkadavil menjadi satu tahun penjara. Sedangkan untuk Yudi Safari hukuman yang dijatuhkan tidak berubah, tetap satu tahun dan enam bulan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini