Sukses

Prabowo Kembali Dampingi Jokowi ke Kalsel Usai dari Singapura, Istana Beri Penjelasan

Bey mengungkap, Prabowo tidak sekedar menjadi tamu dalam acara Istigosah dan doa bersama Rabithah Melayu-Banjar di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. Bahkan sebelum Jokowi tiba, Prabowo sudah hadir lebih dulu dan memberikan pidato sambutannya.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pertahanan Prabowo Subianto masih mengiringi langkah kunjungan kerja dari Presiden Jokowi. Setelah kunjungan dinas presiden ke Singapura, Rabu, 16 Maret 2023 kemarin, hari ini Prabowo juga tampak hadir di Tabalong Kalimantan Selatan dalam kegiatan Istigosah dan doa bersama Rabithah Melayu-Banjar.

Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudin menjelaskan, kehadiran Prabowo bukan tanpa sebab. Menurut informasi, hadirnya Prabowo dalam acara pagi ini merupakan undangan dari pihak panitia.

"Pak Prabowo diundang oleh panitia ke acara,” singkat Bey saat dikonfirmasi, Jumat (17/3/2023).

Bey mengungkap, Prabowo tidak sekedar menjadi tamu dalam acara tersebut. Bahkan sebelum Jokowi tiba, Prabowo sudah hadir lebih dulu dan memberikan pidato sambutannya.

"Pak Prabowo kasih sambutan sebelum Presiden hadir,” ujar Bey.

Melihat rekam jejak Prabowo dalam beberapa momen kunjungan kerja Jokowi, tampak sang menteri sedang sering menempel giat presiden. Hal itu diawali saat panen raya di Kebumen, Jawa Tengah. 

Jokowi mengaku meminta Prabowo hadir di lokasi panen raya sebab lokasi Prabowo tidak jauh dari titik giat kepresidenan. Momen tersebut menjadi viral dikarenakan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga sedang mendampingi Jokowi saat giat panen raya.

Selanjutnya, ketika Jokowi bertemu PM Lee di Singapura, tampak pula Prabowo hadir dan duduk bersama jajaran menteri lainnya yang ikut dalam giat tersebut.

Teranyar adalah hari ini, Prabowo juga hadir di Kalimantan Selatan dan mendampingi Jokowi dalam Istigosah dan doa bersama.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Respons Jokowi soal Wacana Dukungan Ganjar-Prabowo

Presiden Joko Widodo (Jokowi) buka suara soal asumsi publik, tentang ‘perjodohan’ antara Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo yang sengaja dilakukannya saat momentum panen raya di Kebumen, Jawa Tengah.

Menurut Jokowi, tidak ada niatan untuk menjodohkan keduanya. Hanya saja ketiganya tengah berada di tempat yang sama sehingga dipertemukan untuk melihat momentum panen raya.

“Itu panen raya, panen raya di sawah, kebetulan Pak Prabowo mau ke Magelang. Saya ajak bareng, turun di Kulonprogo karena pertemuan Pak Prabowo-nya siang udah kita ke sawah dulu, ke panen raya. Ada saya, ada Pak Ganjar Pranowo ada Pak Prabowo, udah,” kata Jokowi di Bali, seperti dikutip dari siaran daring, Senin (13/3/2023).

Namun pengamat politik Adi Prayitno melihat dari sudut pandang yang berbeda. Menurut dia, ada upaya menduetkan kedua tokoh itu sebab saling berpotensi. Dia meyakini, tidak harus menimbang senioritas untuk memunculkan potensi kedua orang tersebut. Justru Adi melihat faktor terpenting saat menduetkan adalah soal elektabilitas.

Adi meyakini, senioritas bukan lagi menjadi penghalang saat ini untuk menjadi menduetkan sosok yang potensial. Misalnya, saat Jokowi yang sudah dua kali mendapatkan pasangan yang lebih senior dan berpengalaman darinya, Jusuf Kalla (JK) dan Ma'ruf Amin sebagai wakil presidennya.

"Kalau Pak Prabowo lebih senior memang tidak bisa dibantah tetapi di pilpres kita 2014 dan 2019, Jokowi juga memiliki cawapres yang lebih senior. Pak JK dan Ma'ruf Amin. Namun, elektabilitas dan dukungan untuk Jokowi lebih unggul saat itu," kata Adi secara terpisah, Minggu 12 Maret 2023.

Adi mengingatkan, saat ini kondisi Ganjar serupa dengan Jokowi saat Pemilu Presiden. Ganjar meraih elektabilitas lebih tinggi dari Prabowo di beberapa survei nasional saat ini. 

Sedangkan Prabowo sendiri berada di posisi kedua untuk tingkat elektabilitas capres menjelang 2024. Artinya, partai pendukung tentu akan melihat elektoral tertinggi personal untuk dijadikan capres.

Meski begitu Adi mengamini, sejak awal Gerindra memang sudah memasang harga mati untuk pencapresan Prabowo Subianto. Tetapi, bila pertimbangan Gerindra karena senioritas, maka hal itu belum tentu bisa dijadikan pertimbangan yang kuat ketimbang elektabilitas sosok dan khususnya partai.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.