Sukses

Menelisik Dugaan Goyahnya Koalisi, Benarkah KIB Akan Pecah?

Menurut Arifki, PAN diduga mulai goyah untuk mencalonkan kader internal. Sementara itu, partai anggota KIB lain yaitu PPP juha terlihat mulai merapat ke arah PDIP.

Liputan6.com, Jakarta Tiga partai anggota Koalisi Indonesia Bersatu atau KIB kini disinyalir memiliki skema calon presiden dan calon wakil presiden berbeda. Menurut Pengamat Politik Arifki Chaniago, hal itu terjadi setelah munculnya wacana PAN yang hendak mengusung Ganjar-Erick di Pilpres 2024. 

Menurut Arifki, PAN diduga mulai goyah untuk mencalonkan kader internal. Sementara itu, partai anggota KIB lain yaitu PPP juha terlihat mulai merapat ke arah PDIP.

“Narasi ini juga diperkuat dengan adanya upaya Mantan Ketua Umum PPP, Muhammad Romahurmuziy yang lebih mendekat dengan PDIP. Dari dua narasi ini, PAN dan PPP maka banyak yang berkesimpulan bahwa masing-masing anggota KIB memiliki jalan berbeda di Pilpres 2024,” jelas Direktur Eksekutif Aljabar Strategic ini.

Namun Arifki menilai, jika narasi itu muncul dan dikaitkan dengan pecahnya KIB maka hal itu terlalu terburu-buru. Sebab, tindak tanduk dari Romahurmuziy yang merapat ke PDI-P tidak dapat diartikan sebagai bagian KIB. 

"Kecuali yang berbicara itu para ketua umum partai atau para fungsionaris ketiga partai yang terlibat langsung dengan KIB,” untkap Arifki.

Arifki mendorong publik lebih luas melihat dari kacamata organisasi. Artinya, Jika hendak bicara KIB pecah yang bicara haruslah Airlangga, Zulhas, atau Mardiono selaku ketua umum masing-masing dari partai anggota. Maka tentu dapat kemungkinan jika memang terjadi guncangan di tubuh koalisi. 

"Saya kira KIB sudah punya narasi yang lebih jauh soal Pilpres 2024, jika ini bubar begitu saja tentu disayangkan karena narasi yang dibawa itu memperkuat narasi kelembagaan partai", tutur Arifki. 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

KIB jadi Penentu Peta Capres 2024

Kendati begitu, ketika belakangan muncul wacana Airlangga Hartarto yang berduet dengan Ganjar Pranowo atau Prabowo diduga hal itu menjadi sinyal bahwa KIB bakal bekerjasama dengan PDI-P atau dengan Gerindra-PKB.

Hal itu tentu lebih logis, jika KIB menjadi penentu dari koalisi kuat yang bakal terbentuk. 

"KIB tentu lebih logis menjadi penentu daripada terpecah-pecah dengan membentuk koalisi baru. Jika narasi itu yang dipertahankan oleh KIB, maka narasi kelembagaan yang dibangun oleh Golkar, PAN, dan PPP bakal terus menarik dilihat sebagai pendekatan baru dalam menentukan capres dan cawapres", Arifki menutup. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.