Sukses

Analisis BMKG soal Penyebab Gempa 4,9 Getarkan Pangandaran

Hasil monitoring BMKG hingga pukul 07.20 WIB belum menunjukkan adanya aktivitas gempa bumi susulan di Pangandaran.

 

Liputan6.com, Jakarta - Gempa bumi magnitudo 4,9 menggetarkan wilayah Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, pada Selasa (3/1/2023) pukul 06.55 WIB. Gempa berpusat di laut pada jarak 83 km Barat Daya Kabupaten Pangandaran pada kedalaman 29 km.

Menurut Kepala Balai Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah II Tangerang, Hartanto, hasil monitoring BMKG hingga pukul 07.20 WIB belum menunjukkan adanya aktivitas gempa bumi susulan. Dia mengungkapkan penyebab terjadinya gempa.

"Aktivitas subduksi lempeng Indo-Australia dan Eurasia," kata dia dalam keterangan tertulisnya, Bandung, Selasa, (3/1/2023).

Dia mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi tidak berpotensi memicu gelombang Tsunami.

Dampak gempa bumi yang digambarkan oleh peta tingkat guncangan (shakemap) BMKG dan berdasarkan laporan dari masyarakat, gempa bumi ini dirasakan di wilayah Garut, Pangalengan, Bungbulang, Pameungpeuk, Sindangbarang, dan Cidaun, dengan Skala Intensitas III MMI.

Kategori Skala Intensitas III MMI yaitu getaran dirasakan nyata dalam rumah, terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu.

"Di Pangandaran, Tasikmalaya, Cisompet, dan Kota Banjar dengan Skala Intensitas II - III MMI. Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang - Getaran dirasakan nyata dalam rumah dan terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu," kata Hartanto.

Sementara di Sukabumi, Cianjur dan Kabupaten Bandung dengan Skala Intensitas II MMI. Pada skala ini getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang.

Namun hingga saat ini belum ada laporan mengenai kerusakan bangunan sebagai dampak gempa bumi tersebut.

Dilansir dari laman pusatkrisis.kemkes.go.id, belajar dari gempa bumi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat beberapa waktu lalu, masyarakat harus menyadari sangat penting mengetahui berbagai langkah antisipatif untuk terhindar dari dampak gempa bumi.

Karena hanya dengan demikian, jumlah korban baik luka maupun korban jiwa dapat diminimalisir saat terjadi gempa berikutnya.

Salah satu bentuk langkah antisipatif yang bisa dipelajari adalah mengenai apa yang harus dilakukan saat gempa terjadi.

Dengan mengetahui hal tersebut, maka potensi selamat bagi korban gempa yang sedang berada di lokasi rawan dan tidak memungkinkan untuk lari ke ruang terbuka menjadi lebih meningkat.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Yang Harus Dilakukan

Berikut ini adalah 7 hal penting yang harus dilakukan saat gempa bumi terjadi, di antaranya adalah:

1. Melindungi kepala dengan menggunakan bantal atau helm, atau berdirilah di bawah pintu.

2. Berlindung di bawah meja untuk menghindari dari benda-benda yang dimungkinkan akan jatuh seperti atap atau benda berbahaya lainnya.

3. Bila keluar rumah, perhatikan kemungkinan pecahan kaca, genteng atau material lain. Tetap lindungi kepala anda dan segera menuju ke lapangan terbuka.

4. Jangan berdiri di dekat tiang, pohon atau sumber listrik atau gedung yang mungkin roboh.

5. Kenali bagian bangunan gedung atau rumah yang memiliki struktur kuat, seperti pada sudut bangunan untuk berlindung.

6. Ikuti instruksi evakuasi dari pengelola, penjaga, atau petugas yang berwenang.

7. Pilihlah menggunakan tangga darurat untuk melakukan evakuasi keluar bangunan. Apabila sedang berada di dalam elevator, tekan semua tombol atau gunakan interphone untuk melakukan panggilan kepada pengelola gedung.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.